Akifah's POV
2 minggu kemudian
Hari yang ditunggu-tunggu dan sangat menegangkan akhirnya tiba juga. Hari dimana aku siap bertempur di lomba kali ini dan aku hanya berdoa, berusaha serta bertawakkal. Aku juga tidak lupa meminta doa serta restu dari Papa, Mama, serta Kak Ahmad. Untuk hasilnya nanti, aku hanya berserah diri kepada Yang Maha Kuasa.
Setelah aku menenangkan diriku terlebih dahulu, akhirnya aku turun ke lantai bawah untuk menyantap makanan yang dimasak oleh Mama.
"Pagii Ma! Pagi Paa! Dan hmm.. pagi Kak Ahmad juga." Ucapku sambil tersenyum girang. Girang darimana, aku aja deg-degan mulu dari tadi.
"Pagi sayang!" Ucap Papa dan Mama secara bersamaan. Mereka sangat kompak membalas ucapanku.
"Nihh makan dulu! Isi perut kamu tuhh supaya nanti lombanya bisa konsen!"
"Iyaa Ma!"
Diatas meja sudah ada nasi uduk yang dibuat oleh Mama dan juga Bi Tati. Bi Tati adalah asisten rumah tangga dirumahku. Kemarin-kemarin ia tidak ada dirumah karena anaknya sedang sakit dikampung.
Nasi uduk itu baunya sudah terasa banget sampai perutku sudah tidak bisa menahannya lagi. Tanpa basa basi lagi, aku dengan cepat langsung menyantapnya sampai habis. Setelah selesai, aku segera mengambil tasku dan pamit pada mereka.
"Maa! Aku pamit yahh! Doain Kifaahh mudah-mudahan bisa lolos sampai tingkat nasional!" Ucapku dengan mencium pipi Mama dan punggung tangannya itu.
"Kakak jugaa! Kak Ahmad yang paling aku sayang tapi boong! Doain Kifah yahh Kak!" Ucapku sambil memperlihatkan gigiku yang rapi.
Pletakk
Suara sentilan dari jari Kak Ahmad membuatku meringis kesakitan.
"Iyaa baweel!" Jawab Kak Ahmad dengan memperpajang kata bawelnya. Hmm..
Tidak lupa aku menghampiri Bi Tati yang sedang mencuci piring di dapur.
"Bibii!" Teriakku sambil berlari menghampiri Bi Tati dan memeluknya erat. Yup. Bi Tati sudah mengurus aku dan Kak Ahmad dari kecil akibat orang tuaku yang sangat sibuk. Sudah bisa dibilang, ia sudah lama tinggal bersama keluargaku dan sudah dianggap sebagai keluarga.
"Ehh? Non Kifah! Jangan peluk-peluk! Baju bibi kotor nihh!" Ucap Bi Tati sambil memperlihatkan bajunya yang dipenuhi oleh air cucian piring.
"Gak papa Bii! Doain Kifah yahh Bii!"
"Iyaa Non! Pasti Bibi doain Non Kifah!"
"Makasihh ya Bi! Kifah berangkat dulu yahh! Assalamualaikum!" Ucapku sambil mencium punggung tangan Bi Tati.
"Waalaikumsalam Non! Kenapa non pake salim segala? Tangan Bibi kotor non!"
"Gak papa! Hehehe!" Ucapku sambil cengegesan.
Aku pun dengan segera menuju ke halaman dan masuk ke dalam mobil.
"Mama! Kak Ahmad! Aku duluan yahhh?"
"Iya hati-hati sayang!" Ucap wanita setengah paru baya itu dengan melambaikan tangan kanannya kepadaku.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam sayang!"
Mobil yang dikendarai oleh Papa melaju dengan kecepatan sedang dan lama-kelamaan rumah itu tak terlihat lagi.
Kami pun menelusuri jalanan kota Jakarta. Seperti biasanya, jalanan selalu dipenuhi mobil dan motor sehingga mengakibatkan macet. Beruntungnya, kami sudah berangkat lebih awal agar tidak terjebak macet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You [END]
Genç KurguNurul Akifah. Cewek pintar di angkatan, manis, tetapi dingin sedingin es. Dia seperti itu karena dia harus fokus dengan masa depannya tanpa mau melirik cowok yang mau dekat atau ngajak pacaran sekali pun. ----- Muhammad Fatih Aditya. Anak multitale...