Part 26 | Terjadi Lagi

83 14 58
                                    

Akifah POV

Sudah sebulan yang lalu kami berlibur ke Bandung dan tidak lupa mengunjungi rumah oma yang terletak di Lembang. Seperti hari-hari sebelumnya kami kembali ke sekolah untuk menuntut ilmu lagi dan lagi.

Hari ini adalah hari yang penuh dengan ujian. Baru sebulan yang lalu kita berlibur, kami dihamburkan dengan tugas-tugas.

"Faa! Bagi tugas lo dong!" Rayu Ifa.

Aku yang sedari tadi hanya menatap laptop dan juga lembar KTI ku yang akan aku perlombakan 2 minggu ke depannya, langsung melirik Ifa yang membujukku untuk menyalin tugasku.

"Kenapa gak dikerja sih?"

"Hehe ketiduran mbak." Jawabnya sambil cengengesan ke arahku. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku melihat kelakuannya.

"Makanya mbak.. kalo siang dikerja. Jangan nonton drakor mulu."

"Dihh.. lo nuduh gue, tapi gak merasa lo penyuka drakor juga hmm.."

Aku hanya tertawa kecil mendengar ucapan yang keluar dari mulut Ifa. Memang aku sangat menyukai drakor, tetapi itu aku nonton saat libur saja. Aku sudah tidak punya waktu untuk itu. Aku pun memberikan buku tugasku pada Ifa.

Kringg..

Bel pun berbunyi tanda proses belajar mengajar berlangsung. Semua siswa yang berada diluar kelas, akhirnya masuk ke dalam ruangan mereka masing-masing.

"Kifahhh! Gue belum selesai nuliss! Mana Pak Hartono lagi yang masuk ahh!" Kesal Ifa.

Yup. Pak Hartono adalah guru kimia di sekolah kami. Guru yang terkenal killer dan ditakuti oleh semua siswa di sekolah ini. Ifa yang mendengar bel berbunyi dengan cepat ia menyelesaikan tugasnya.

"Gue bilang apa. Kalo ngerjain tugas, siang aja. Paling nggak, selesain dulu tuh tugas lo, baru lanjut drakoran!" Kesalku.

"Udah selesai juga. Jangan marah-marah mulu. Kayak nyokap di rumah aje.."

Beberapa menit kemudian, akhirnya Pak Hartono datang. Pembelajaran di kelas ini pun akhirnya dimulai. Semua menyiapkan alat tulisnya masing-masing dan Pak Hartono mulai menjelaskannya dengan suara yang lantang.

🌸🌸🌸

Berjam-jam di sekolah pun akhirnya berlalu. Semua siswa kembali ke rumahnya masing-masing. Saat aku mau keluar sudah berada di depan kelas, tiba-tiba Devan menghampiriku dengan langkah yang tergesa-gesa.

"Kifah! Wait." Teriaknya dari belakang dan aku pun menoleh ke arahnya.

"Napa? Gue buru-buru nih! Kak Ahmad udah jemput gue." Tolakku.

"Nggak. Lo harus liat ini dulu. Bantuin gue mecahin teka-tekinya." Ucap cowok itu sambil memperlihatkan layar handphone nya ke arahku.

"Dulu sms teror! Sekarang ngirim teka-teki! Anehh!" Batinku dalam hati.

Aku pun mengernyitkan keningku melihat huruf-huruf yang harus ditebak satu per satu. Aku pun berpikir keras mencari makna dari kata-kata tersebut.

"Nih siapa sih yang ngirim teka-teki? Sepenting itu yah kita harus tebak nih kata-katanya?"

"Iya. Kita harus tebak nih kata-katanya. Jangan sampai penting."

Aku pun mengangguk pasrah. Aku pun kembali fokus dan mencari makna dari kata-kata yang ada di layar benda tipis itu.

"Oke. Gue bantu."

Pergi. Datang. Pertemuan. Masa kecil. Menderita.

Kata-kata itulah yang terlihat di layar handphone Devan. Aku pun mencermatinya secara perlahan.

Because Of You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang