Part 25 | Jalan-Jalan

90 14 55
                                    

Akifah's POV

"Fa? Lo dengar gak? Tadi malem ada yang teriak di balkon? Suaranya kayak perempuan deh." Kata Ifa sambil menghadap ke arahku.

"Apa Ifa denger semua yah yang diomongin ama Fatih?" Batinku.

"Gue gak denger tuh. Emang ada yah?"

"Gue juga denger Fa! Kenapa lo gak denger yah? Padahal teriakannya lumayan keras loh! Gue aja yang tidurnya nyenyak banget sempat kebangun. Atau jangan-jangan elo Fa? Karena pas gue bangun, lo gak ada." Sahut Gita.

Mendengar ucapan Gita, membuat tubuhku menegang. Sangat susah bersahabat dengan orang yang sangat peka dengan keadaan seperti Gita. Gita adalah sahabatku yang paling peka dari semuanya. Kali ini, aku seperti diintimidasi oleh sahabat sendiri.

"Tapi kok yang gue denger yah.. mirip banget suara lo Fa!" Ucap Gita yang membuat tubuhku semakin kaku.

"Apa gue jujur aja yah sama mereka tentang semalem?" Batinku.

Suasana seketika menjadi hening. Tidak ada pembicaraan di dalam sana. Sibuk dengan kesibukan masing-masing. Beberapa menit kemudian, aku pun menghela nafas pasrah dan jujur dengan mereka semua. Bagaimana pun mereka sahabatku.

"Hm... jadi, tadi ma-lem tuh yang te-riak gu-e!" Ucapku gugup. Tidak berani menatap mata mereka berdua. Tatapan mereka seperti ingin menerkamku saja.

"Lo juga ngapain ke balkon tengah malem? Lo liat hantu?" Tanya Ifa.

Aku hanya menggeleng pelan mendengar perkataan Ifa.

"Yah terus? Kenapa?"

"Oke. Gue ceritain. Jadi, gimana yah?"

Ifa dan Gita yang tadinya menatapku serius, berubah menjadi tatapan penuh kesal.

"Jangan gitu dong Fa! Gak bakal bocor kok!" Kata Gita.

"Iya. Gak bakal bocor kok." Susul Ifa dengan tatapan yang penuh arti.

Aku pun menghela nafas pelan dan menghembuskannya melalui saluran pernapasanku. Aku pun mulai bercerita sedikit demi sedikit.

"Rumusan masalahnya yaitu mengapa Kifah teriak saat jam setengah 12 malem? Tujuannya yaitu untuk mengetahui mengapa Kifah teriak saat jam setengah 12 malem."

"Ini bukan karya tulis Kifah!" Teriak mereka serentak. Aku hanya tertawa kecil mendengar mereka.

"Jadi gue langsung ke pembahasan. Jangan dipotong. Tadi malem kan gue lagi di balkon nih. Kalian tau lah gimana mata gue? Gak bisa tidur. Yah udah ke balkon deh gue. Terus, tiba-tiba Fatih dateng. Katanya gak bisa tidur juga. Yah udah gue ngobrol ama Fatih. Saat itu juga, Fatih ngomong serius pake mutarin bintang terbesar segala baru ngomong serius. Dan lo tau? Fatih nyatain perasaanya ama gue."

Ifa dan Gita yang mendengarnya yang tadinya fokus mendengarkan, tiba-tiba mata mereka terbuka lebar. Kaget? Pastinya.

"WHAT?" Teriak mereka serentak membuat gendang telinga auto pecah.

"Gendang telinga gue ya Allah! Pecah nanti." Ucapku sambil mengelus-elus telingaku.

"Are you seriously?" Tanya Gita sambil menatapku serius dengan raut muka tidak percaya.

"Yups. I don't lie."

"Jadi respons lo gimana?"

"Yahh gue jawab saat keputusan akhir perjodohan gue ama Fatih."

"Kelamaan! Nunggu lulus dulu."

"Gue masih bingung. Udah deh gak usah dibahas."

Tiba-tiba ada suara cowok diluar sana teriak-teriak sambil memukul pintu kamar.

Because Of You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang