Part 16 | Kena Teror?

106 34 52
                                    

Akifah's POV

Drtt... drtt..

Aku pun mengambil handphone ku yang ada di saku seragamku. Aku pun melihat isi chat tersebut. Aku mengernyitkan dahiku. Pesan ini tidak memiliki nama.

xxx789020412
Udah seneng yah sekarang? Tunggu tanggal mainnya aja Fa! Hidup lo gak bakal tenang.

"Nih siapa?" Ucapku.

Mereka yang semeja denganku merasa bingung. Mereka pun menghampiriku, terutama Ifa dan Gita.

"Fa! Chat siapa tuh?"

"G-ue kayaknya kena te-ror deh!" Ucapku gugup.

"HAHH?" Teriak mereka tidak percaya.

"Sans aja bisakan? Gak usah teriak-teriak!" Ketusku.

Aku pun membalikkan badanku. Aku membalikkan badanku mengarah ke Ifa.

"Ifaa! Lo kenal nih nomor kagak?"

Ia pun melihat nomor itu dengan teliti. Tetapi, hasilnya nihil. Ia tidak tahu siapa oramg itu.

"Gak tahu gue!"

Setelah itu, aku pun mengalihkan pandanganku ke Fatih.

"Lo kenal nih nomor kagak?" Ucapku sambil memperlihatkan layar handphone ku.

Cowok itu hanya menggeleng pelan.

"Siapa sih ini? Gue risih tau gak!"

"Faa! Lo punya saingan gitu? Atau musuh?"

"Gak punya gue!"

"Gak mungkin kalo nih yang neror lo bukan musuh lo!" Jelas Fatih.

Aku pun mengalihkan pandanganku ke Devan. Yup. Aku mengajak cowok itu untuk gabung ama kita. Lagian, aku udah anggap dia sebagai sahabat kembali.

"Van?"

"Apwaan?" Ucapnya dengan makanan yang masih full di dalam mulutnya.

"Telan dulu tuh makanan!"

Setelah ia menelan makanannya, kami pun kembali ke topik.

"Tinggal lo sih yang ngafal mati gue! Setau elo, gue punya musuh gak sih yang gue gak tau gitu?"

Cowok itu pun mulai mengingat-ingat kejadian saat SMP dan SMA. Beberapa menit kemudian, akhirnya ia menemukan jawabannya.

"Gak ingat Devi apa? Lo lupa? Kayaknya Devi tuh! Setau gue, musuh lo tuh hanya Devi! Gak ada lain."

"Lo kasi nomor gue ke dia? Kenapa dia tau?"

"Kagak lah! Ngapain juga nomor lo gue hambur-hambur!"

"Lo masih pacaran ama tuh cewek?"

Tiba-tiba Devan tersedak mendengar ucapanku.

"Uhukk.. uhukk!"

Aku pun langsung memberinya es teh yang ia beli tadi. Dengan segara ia menyerut es teh itu masuk ke dalam kerongkongannya hingga setengah gelas.

"Sensi gue kalo bahas tuh cewek! Gue udah putus! Ya kali gue tahan ama cewek model gituan!"

"Kayak cewek aja lo! Btw, tuh cewek emang waktu lo putusin,  masih sayang ama elo?"

Cowok itu hanya mengangguk mengiyakan sebagai jawaban.

"Pantes!"

Fatih akhirnya mengarahkan pandangannya kepadaku sambil tersenyum manis.

Because Of You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang