"Lu ternyata berat juga yah Fa?"
Kifah secara tidak langsung menjambak rambut cowok yang mengendongnya saat ini.
"Sakittt Faaa! Canda doang!"
"Gue ringan kayak gini bilang berat! Yah udah kalo berat turunin gue disini aja! Nanti gue jalan!"
"Gue turunin nihh?"
Kifah pun akhirnya turun dari punggung cowok yang sedari tadi menggendongnya itu.
"Aww.." Cewek itu meringis kesakitan. Ternyata lukanya itu sakitnya masih terasa.
"Sok kuat banget sih lo! Masih sakit malah minta diturunin."
"Lo gak kasian apa ama gue?"
"Kan tadi lo minta, kan? Fat.. turunin gue!" Cowok itu mengikuti kata-kata apa yang diucapkan oleh gadis disampingnya itu.
Setelah menunggu perdebatan yang cukup lama, akhirnya Kifah memutuskan untuk jalan sendiri. Tidak peduli seberapa sakit telapak kakinya ini.
Saat perjalanan mereka hanya diam. Hanya suara angin yang terdengar diantara kami berdua.
Fatih merasa kasian melihat Kifah meringis kesakitan. Fatih tidak bisa melihat gadis yang kesakitan seperti itu. Meskipun Kifah merupakan teman debatnya hampir tiap hari dia gak peduli. Akhirnya, Fatih pun memberikan punggungnya lagi.
"Naik!"
"Kok lo nawar lagi?"
"Lo kesakitan kayak gitu, nanti gue lagi yang dimarahin ama guru-guru! Belum lagi teman-teman lo! Belum lagi orang-"
"Stop! Udah ngomongnya? Hmm?" Ucap Kifah sambil memiringkan kepalanya.
"Cerewet banget sih lo! Katanya cool girl, tapi modelan kayak gini!"
"Gue dari sudut pandang mana bisa! Di sekolah gue emang dingin."
"Iya bawel! Buruan naik! Kaki lo tuhh nanti infeksi kalo gak diobatin!"
Kifah akhirnya naik ke punggung Fatih. Setelah beberapa menit, akhirnya mereka tiba diposko utama. Banyak pasang mata yang melihat mereka berdua. Apalagi lelaki itu menggedong siswa berprestasi sekaligus juara umum kedua sekolah. Gimana gak kaget coba?
"Lama bener!" Ucap Ifa dengan perasaan khawatir. Ifa selalu berpikiran meskipun Fatih baik, nafsu gak ada yang tahu kan?
"Kalian pacaran dalam hutan?" Tanya Ifan membuat siswa di posko tertawa lepas.
"Nggak lah!" Tegas Kifa membuat orang-orang kaget.
"Kifa tuh menye-menye nya lama bener! Belum lagi debat dalam hutan! Untung gue gak kena sambaran penghuni hutan!"
"Kalo lo gak ikhlas yah udah! Kenapa lo gendong gue tadi?"
Teman-temannya hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan mereka berdua. Sama-sama orang dengan tipe yang tak mau menerima kekalahan dalam perdebatan.
"Makanya jangan nangis! Kalo lo nangis, gue yang susah!"
"Ini bkn duri sebiji, Fatiiih! Akar durinya banyak yang nancap di kaki guee! Kalo duri sebiji gue bisa jalan kali!"
"Makanya jalan tuh pake mata! Lu jalan pake otak!"
"Allahu akbar!" Ucap Ifan sudah capek melihat mereka berdua. Sudah 15 menit mereka bertengkar layaknya anak kecil yang rebutan mainan.
"Tadi lu berdua adem ayem aja! Kok ini malah bertengkar?"
"Hal tadi, gue tarik kata-kata gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You [END]
أدب المراهقينNurul Akifah. Cewek pintar di angkatan, manis, tetapi dingin sedingin es. Dia seperti itu karena dia harus fokus dengan masa depannya tanpa mau melirik cowok yang mau dekat atau ngajak pacaran sekali pun. ----- Muhammad Fatih Aditya. Anak multitale...