Fatih's POV
Setelah makan malam tadi, aku pun langsung ke kamar. Aku masuk ke dalam kamar dan melihat Reza sudah tidur ternyata. Aku pun menuju ke tempat tidurku. Aku menghempaskan tubuhku disamping tubuh Reza.
Aku mulai menutup mataku perlahan. Berulang-ulang dan hasilnya nihil. Aku tidak bisa terlelap. Aku tidak mengantuk sama sekali.
Aku melihat langit-langit kamarku. Tiba-tiba aku kepikiran dengan perkataan Bunda. Mengapa perkataan Bunda sangat mengganggu pikiranku saat ini?
"Jagain Kifah juga disana yah?"
Aku mengacak rambutku frustasi mengingat kata-kata Bunda. Perkataan bunda masih terngiang di pikiranku. Aku pun bangkit dari tempat tidurku dan keluar menuju balkon untuk menghirup udara segar.
Aku pun menuju balkon rumahku yang tidak jauh dari kamarku. Saat aku berada tepat di depan pintu, aku melihat sosok gadis yang tidak lain adalah Kifah.
"Kenapa belum tidur?" Tanya Fatih.
"Gue gak ngantuk." Ucap Kifah.
Aku hanya mengangguk mengiyakan perkataan Kifah sebagai tanda jawaban.
"Lo sendiri? Kenapa gak tidur?" Tanyanya padaku.
"Jawaban lo dan gue sama. Gak bisa tidur."
Cewek itu hanya mengangguk mengiyakan sebagai jawaban.
Aku pun melirik Kifah yang masih melamun sedari tadi. Penglihatannya masih fokus ke depan melihat suasana sekitar di malam hari.
"Apa gue jujur aja yah soal kejadian di kantin dulu? Mungkin ini waktu yang tepat. Kalo ada yang lain, pasti gue gak bebas ngomongnya." Batinku dalam hati.
Keadaan sekarang sangat sunyi. Apalagi sekarang sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam.
Aku pun menarik nafas dalam-dalam. Mungkin ini saatnya aku jujur atas kejadian itu. Aku masih tetap di samping Kifah seperti tadi. Aku pun mulai membuka pembahasan.
"Lo tau gak? Bintang apa yang paling terang di alam semesta ini?" Tanyaku pada Kifah, tetapi pandanganku dan dia masih tetap melihat sekitar rumahku dari balkon.
"Sirius. Emang kenapa lo nanya gitu? Apalagi nanyanya tentang bintang segala?" Tanyaku bingung.
Posisiku yang awalnya berada di samping Kifah, sekarang sudah saling berhadapan. Aku menatap manik mata Kifah, tetapi gadis di depannya ini malah menundukkan pandangannya ke bawah.
"Lo kenapa nunduk? Lo berpikiran kalo kita belum mahrom? Makanya lo jaga pandangan lo ke gue?" Tanyaku sambilm melihat wajah Kifah yang sedari tadi menunduk.
"Ng-gak juga!" Jawabnya.
Aku pun terdiam. Melihat reaksi Kifah yang begitu aneh saat ini.
"Apa Kifah gugup? Ahh jangan ke geeran Fat! Buka mata lo! Pikiran lo! Kifah gak suka ama lo!" Batinku.
Beberapa lama kemudian, aku pun membuka pembicaraan lagi dan lagi. Kifah belum berani menatapku. Ada apa dengan gadis di hadapanku ini?
"Gue juga tahu batasan kali! Gak mungkin gue apa-apain lo disini. Gue juga masih punya iman." Ucap Fatih
Setelah percakapan itu, kami terdiam sejenak. Tidak ada pembicaraan di dalam sana. Selang 3 menit kemudian, akhirnya Fatih membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You [END]
Подростковая литератураNurul Akifah. Cewek pintar di angkatan, manis, tetapi dingin sedingin es. Dia seperti itu karena dia harus fokus dengan masa depannya tanpa mau melirik cowok yang mau dekat atau ngajak pacaran sekali pun. ----- Muhammad Fatih Aditya. Anak multitale...