Siang itu, matahari terik tepat diatas kepala. Di jam istirahat kedua, semua koridor lantai satu sampai lantai lima dipenuhi sorak-sorak murid perempuan yang begitu histeris melihat pemandangan itu.
"Ada apa sih ini, Vel?" Teriak Ayka sekencang mungkin, karena suaranya kalah dengan teriakan-teriakan siswi lainnya.
"I don't know, Ay." Vely mengangkat kedua bahunya kemudian menyibak kerumunan murid-murid dilantai dua itu sembari berteriak 'permisi'.
Setelah mereka berdua sudah berada di barisan terdepan, ternyata sosok yang amat Ayka benci itu sedang berlarian mengelilingi lapangan basket.
Pantas saja hampir semua murid perempuan histeris melihat ke arah lapangan. Lihat saja! Dengan kaos putih yang kini dikenakan, sosok tinggi berkulit putih itu terlihat mempesona. Keringat yang bercucuran di tubuhnya, menambah kesan eksotis dimata perempuan yang melihat. Dan perhatikan saja! Bentuk tubuhnya yang sispex, begitu terekpos karena kaos putihnya sangat tipis.
"Ayo Vel cabut, ginian aja ditonton. Ngga ada faedahnya!" Ayka sudah balik badan dan pergi dari tempat itu, namun Vely masih berdiri mematung disana.
Baru saja ia akan balik badan, teriakan murid-murid di sekelilingnya justru semakin kencang. Ia pun buru-buru mengurungkan niatnya dan kembali melihat sepupunya itu. Vely menutup mulutnya, seakan-akan tidak percaya dengan apa yang ada di depan matanya.
Terdapat tiga murid perempuan yang masing-masing menjulurkan botol minum ke arah Asha. Namun, Asha hanya menatap mereka bertiga kemudian berjalan meninggalkannya begitu saja tanpa sepatah kata apapun.
Tiga perempuan itu adalah nenek lampir sekolah ini, mereka bertiga terkadang saling menjatuhkan satu sama lain, tapi terkadang juga saling suport. Seperti melabrak adik kelas contohnya.
Perkenalkan, ini adalah nama-nama nenek lampir pembuat onar itu. Bianca, murid kelas XII yang berprovesi sebagai ketua tim chirliders. Fanya, murid kelas XII yang selalu menjadi pusat perhatian karena ia adalah ketua eskul modeling yang dua tahun berturut-turut menjadi pemenang di beberapa ajang perlombaan.
Dan yang terakhir Marsha, anak kelas XI. Dia adalah model majalah remaja termana. Fotonya selalu dipampang disampul-sampul majalah. Kerennya lagi, tiga bulan terakhir ini ia mulai memasuki dunia akting dan mendadak jadi aktris sebagai pemeran utama disalah satu film bergenre remaja. Wow, bukan?
Namun, terlepas dari itu semua, seorang Bigasha tidak pernah tertarik dengan mereka. Sekedar melirik pun rasa-rasanya Asha enggan.
***
"Aduh Ay lo ngga asik banget sih, main nylonong gitu aja." Vely menghampiri Ayka yang justru sedang sibuk dengan buku paketnya.
"Lagian ngga ada manfaatnya juga kali Vel,"
"Lo bener-bener uda ngelewatin drama keren Ay, gue kasih tau nih ya," Vely dengan wajah antusias dicampur wajah betek dan jijik itu, menceritakan semua yang baru saja terjadi di lapangan. Vely juga mengenalkan tiga perempuan yang sudah dibuat jatuh harga dirinya oleh Asha.
"Terus apa untungnya buat gue, dan gue juga ngga kenal sama nama-nama yang lo sebutin tadi," Ayka menjawabnya begitu santai.
"Ih lo ngga menghargai gue banget sih Ay, gue cuma pengen lo tau aja sama trio ulet bulu itu. Jadi gue harap lo jangan sampe berurusan sama mereka bertiga deh."
"Emang kenapa?" Ayka mengernyitkan dahinya.
"Karena mereka bertiga itu udah kaya singa yang ngga makan satu tahun, bisa-bisa lo jadi mangsanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIGASHA |-END-|
Подростковая литератураTerlanjur cinta itu bukan hal sepele. Apalagi, jika cinta terhalang perbedaan kasta, negara serta agama, apa yang akan terjadi? Berpisah atau bertahan? °°° Kalau penasaran sama ceritanya langsung baca aja. Jangan lupa intip biodata mereka di part p...