Pagi ini Asha, Revan dan Gavin sedang berjalan di koridor sekolah, dan dugaan Gavin tentang surat wasiat itu kini benar-benar terjadi. Bu Tita sudah menyerahkan selembar surat pemanggilan orang tua mereka masing-masing. Namun, mereka bertiga justru saling tatap dan tertawa begitu keras saat Bu Tita sudah meninggalkan mereka.
Tawa mereka akhirnya tersumpal, saat Vely tiba-tiba datang dengan wajah yang begitu pucat dan nafasnya tidak teratur.
"Kenapa lo, dikejar penunggu taman belakang?" cletuk Revan.
"A - Ay - Ayka," jawab Vely terbata-bata karena nafasnya belum stabil.
"Ayka kenapa?" tanya Asha.
"Ayka dilabrak sama tiga setan sinting itu," jawab Vely.
Tanpa bertanya siapa, Asha, Gavin dan Revan sudah tahu nama-nama yang dimaksud oleh Vely.
"Dimana?" Tangan Asha sudah sempurna mengepal begitu kuat.
"Kantin," jawab Vely cepat.
Tanpa basa basi Asha langsung berlari menuju kantin sekolah.
"Gimana bisa, bukanya mereka bertiga ngga akur. Kok bisa jadi satu genk gitu?" tanya Gavin.
"Mana gue tau. Mending kita samperin mereka aja!" Vely sudah berlari menuju kantin, diikuti Gavin dan Revan.
Kantin itu terlihat begitu rame. Bagaimana tidak? Murid perempuan yang tergila-gila dengan Asha mendukung mereka bertiga yang saat ini sedang mengintimindasi Ayka.
"Dasar cewe centil ngga tau malu, lo jual murah ya ke Asha?" ucap Bianca dengan nada merendahkan.
"Tutup mulut lo ya! bukanya disini cabenya tuh elo?" Balas Ayka sinis tidak mau kalah.
"Anak baru aja belagu lo, belom tau gue siapa?"
"Gue tau kok, lo biang cabe kan?"
"Berani juga nih anak, kayaknya dia pengen mandi kuah bakso panas deh, Bi." Ucap Marsha dengan kedua tangannya di lipat di depan dada.
"Mending kita kasih saos sama sambal sekalian Bi kuahnya, biar lebih kerasa panas-panas pedes gimana gitu." Kali ini Fanya sudah menuangkan saos dan sambal ke mangkuk bakso di meja depannya.
Baru Ayka ingin menimpali omongan mereka, dirinya sudah didorong Marsha hingga jatuh ke lantai, dan Fanya sudah bersiap menuangkan semangkuk bakso panas lengkap dengan saos dan cabai.
Sepersekian detik sebelum bakso itu tumpah, Asha lebih dulu berjongkok di depan Ayka dan menelangkupkan tangannya di kepala Ayka. Dua detik kemudian, semangkuk bakso itu sudah sempurna membasahi kepala dan punggung Asha.
Ayka pun membuka matanya, gadis itu kaget karena bukan dirinya yang tersiram kuah itu, melainkan Asha.
Tanpa seucap kata apa pun, Asha langsung berdiri dan menarik Ayka keluar dari kerumunan semua murid. Bianca, Fanya dan Marsa pun belum sempat berkata sepatah kata apapun, mereka syock karena justru Asha lah yang mereka siram.
"Lo ngga kenapa-kenapa kan?" tanya Asha.
"Harusnya gue yang nanya, ada yang luka ngga?" Ayka mengamati punggung Asha.
"Nih sob lo pake baju ganti gue, kebetulan gue selalu jaga-jaga di loker!" Ucap seorang lelaki sembari melemparkan baju seragam ke Asha.
Ayka membulatkan matanya, melihat siapa laki-laki yang ada di depannya ini.
Asha menangkap baju itu, dan sebelum mengucapkan apapun, Gavin, Revan dan Vely datang begitu heboh.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIGASHA |-END-|
أدب المراهقينTerlanjur cinta itu bukan hal sepele. Apalagi, jika cinta terhalang perbedaan kasta, negara serta agama, apa yang akan terjadi? Berpisah atau bertahan? °°° Kalau penasaran sama ceritanya langsung baca aja. Jangan lupa intip biodata mereka di part p...