9. Pulang Bareng

403 96 4
                                    

Setelah bel pulang sekolah berbunyi Ayka buru-buru ke ruang musik. Hanya butuh dua menit ia sudah berada persis di depan pintu kayu ruangan kedap suara itu. Ayka membuka pintu dan tidak mendapati siapa pun disana.

Ia menaruh tasnya di pojok ruangan dan langsung duduk disalah satu kursi dengan memegang sebuah gitar. Rasanya, sudah lama sekali ia tidak memegang gitar. Karena, gitar dirumahnya senarnya putus, dan Ayka belum sempat untuk membawanya ke tempat service.

Jari-jari Ayka mulai menari diatas senar gitar begitu cekatan dan trampil. Tidak tanggung-tanggung, ia pun kini sudah melantunkan sebuah lagu korea berjudul "Always" . Jika kalian pernah menonton film DOTS, kalian tidak akan asing lagi dengan lagu ini.

Tanpa Ayka sadari seorang laki-laki sudah berdiri diambang pintu sedari tadi, bersandar disana sembari melihat Ayka yang begitu menghayati setiap not yang ia ciptakan dari petikan gitar dan suara merdunya.

Ya, laki-laki itu adalah Asha. Bule itu kini menatap ke arah Ayka tanpa berkedip, ia tidak menyangka dengan kemampuan gadis yang selama ini ia pandang sebelah mata.

Ayka merasakan seperti ada yang sedang memperhatikannya, ia menghentikan aktifitasnya dan menengok ke samping. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus, saat matanya bertemu dengan mata Asha. Bagaimana tidak? Tatapan Asha yang tidak biasa ini membuat jantungnya tiba-tiba berdebar.

"Ternyata bagus juga permainan gitar lo,"

"Apa sih, biasa aja. Bagusan juga lo." Ayka meletakkan gitar itu ke tempat semula, ia salting lalu pura-pura sibuk dengan ponselnya.

"Jadi lo mau mengakui permainan gitar gue bagus?"

"Cuma orang budek yang bilang permainan lo jelek," jawab Ayka ketus.

Dan untung saja, Adnan, Ferro serts Nantan seketika muncul dari balik pintu kayu itu.

"Sorry ya kita bertiga telat, tadi ketemu Pak Anton. Dan begitulah, kalo udah sekali bicara bisa panjang lebar kali tinggi." Adnan tersenyum begitu ramah.

"Oh iya Sha, Ay, tadi kita bertiga udah dikasih tau pak Anton lagu apa yang pantes kita bawain di acara itu. Dan kita semua mau ngga mau harus mau," jelas Nathan.

Setelah Adnan menceritakan inti dari pembicaraan mereka dengan Pak Anton, akhirnya mereka berlima memutuskan untuk segera memulai latihan. Mengingat waktu mereka hanya tinggal satu minggu lagi sebelum pensi itu diselenggarakan.

***

Pukul delapan malam, akhirnya latihan mereka selesai. Adnan mengajak Ayka untuk pulang bersama namun, gadis itu takut Adwis sudah menjemputnya. Ia pun menolak tawaran.

Ayka pamit lebih dulu dan berjalan menuju parkiran. Akan tetapi, disana tidak ada tanda-tanda mobil Adwis parkir. Dengan sedikit panik, Ayka pun mengeluarkan ponselnya dari tas dan mengirim pesan kepada kembarannya.

Bebek Gila Cabe Ijo

Ko, lo dimana?


Gue masih ada bimbel, kelar jam 10. Lo naik ojol aja.

Yaelah Ko, kenapa lo ngga bilang dari tadi. Barusan gue nolak tawaran kak Adnan, dan mungkin sekarang kak Adnan uda cabut.


Sorry gue lupa ngasih kabar, naik taksi aja.

Deket ini.

Dasar lo, kecoa ngga berperikemanusiaan.

Read

Ayka pun sudah mengumpat dalam hati, ia segera memasukkan ponselnya ke dalam tas. Percuma saja, ia tidak bisa menghubungi siapa-siapa, Ayah Bundanya jam segini masih bekerja dan Ayka juga tidak ingin merepotkan mereka.

Ayka pun berjalan menuju gerbang sekolah yang sudah sangat sepi, hingga sebuah suara mengagetkannya.

"Sok-sokan nolak tawaran Adnan, eh pulang jalan kaki," sindir cowo itu.

"Suka banget sih ngurusin hidup orang, urusin aja diri lo yang bad itu,"

Ingin sekali rasanya Ayka mengeluarkan sumpah serapah. Namun, ia berusaha mati-matian untuk menahannya.

"Naik!"

"Maksut lo?" Ayka mengerutkan keningnya.

"Naik ke besi ban belakang!"

"Gila ya lo, gue pake rok lo suruh berdiri diatas ban gitu. Lo mau bikin gue gagar otak?" sergah Ayka.

Asha pun menghela nafas gusar, ia lupa bahwa Ayka sekarang masih mengenakan rok. Asha pun berfikir dengan cepat agar bisa memberi tumpangan gadis itu, ia tidak tega melihat perempuan jalan sendirian malam-malam begini.

Asha pun akhirnya punya ide agar Ayka duduk di besi depan. Ayka sebenarnya ingin menolak mentah-mentah namun, disisi lain ia tidak ingin naik taksi sendirian. Selama ia tinggal di kota ini, ia belum pernah berpergian sendiri menggunakan ojol atau kendaraan umum lainnya. Takut diculik katanya.

Dan pada akhirnya, Ayka sekarang sudah duduk miring di besi depan sepeda Asha. Asha menggoes sepedanya dengan kecepatan standar, ia memilih lewat jalan pintas melewati perkampungan agar tidak terjebak macet jika lewat jalan utama.

Kini pandangan Ayka fokus ke depan, ia tidak berani menoleh sedikitpun ke arah Asha. Ayka merasakan sesekali nafas Asha menyapu pucuk kepalanya, membuatnya harus mati-matia menahan nafas serta debaran jantung yang sudah tidak karuan.

Wajah gadis itu kini telah merah padam seperti kepiting rebus, ia tidak menyangka Asha akan memberikan tumpangan semengejutkan ini.

Selama sekitar sepuluh menit perjalanan tidak ada suara diantara mereka berdua, mereka sama-sama bergulat dengan fikirannya masing-masing.

"Masih pengen gue bonceng sampe bulan?"

"Hah?" Ayka melotot.

"Lo ngga liat ini udah sampe?" Asha balas melotot pada Ayka.

Ayka pun refleks langsung turun dari speda Asha dan berlari ke gerbang tanpa mengucapkan terimakasih. Asha yang masih memperhatikan punggung Ayka kini sedang memandang datar melihat gadis itu salah tingkah. Dan setelah Ayka masuk kerumahnya, Asha pun bergegas pulang.

Gadis itu merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya dia salah tingkah seperti tadi. Ayka langsung membenamkan wajahnya ke bantal, ia tidak berselera untuk mandi dan langsung tertidur pulas setelah berkuat dengan fikirannya yang telah penuh dengan Asha, Asha dan Asha. Jijik, bukan?






_Ariskatiwi_

BIGASHA |-END-|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang