46. Skors

285 55 2
                                    

Sesampainya di sekolah, Asha langsung memarkirkan mobilnya tepat di samping mobil Gavin. Dua sahabatnya itu masih setia menunggunya di parkiran. Dua makhluk astral itu sedang duduk di kap mobil depan Gavin sembari menikmati snack kentang.

Asha keluar dari kursi balik kemudi, di ikuti Ayka yang berada di kursi penumpang sebelahnya. Jika kebanyakan pasangan, si laki-laki pasti akan membukakan pintu untuk kekasihnya agar terlihat perhatian dan romantis. Namun, seorang Bigasha tidak pernah melakukan hal seperti itu. Menurutnya, itu adalah kebiasaan yang norak.

Maka dari itu, sekeluarnya ia dari mobil, Asha langsung berjalan begitu saja menuju arah dua sahabatnya, tidak perduli Ayka mau keluar atau tidak.
Sungguh bule itu memang keterlaluan. Tak berperi kemanusiaan.

"Kemaren aja, ketemu kaya ngga saling kenal. Eh, sekarang uda kaya prangko sama amplop aja, nempel muluuuuuuu," cletuk Revan.

"Lo buta apa nglawak sih, ngga liat jarak gue sama Ayka dua meter gini?" timpal Asha.

"Yaelah Sha, gitu aja ngambekan lo,"

Ayka kini berdiri cukup jauh dari Asha, ia sudah akan masuk kelas namun, suara Gavin menghentikannya.

"Kok lo mau aja sih Ay deket sama orang modelan kaya gini?"

"Kepaksa Vin," jawab Ayka singkat.

"Apa lo bilang, kepaksa?" Ucap Asha dingin.

"Lagian mana ada cewe yang mau deket-deket sama lo, tampang lo aja serem gitu," gerutu Ayka.

Asha pun kini berjalan menghampiri Ayka yang jaraknya lumayan jauh darinya. Asha  berhenti tepat di depan gadis itu. Ayka pun bingung kenapa tiba-tiba Asha menatapnya sedekat ini.

"Mau apa lo?" Bentak Ayka.

"Ulangin omongan lo tadi!"

"Minggir! kalo ngga gue teriak nih,"

"Teriak aja!"

Dan benar, Ayka pun sudah membuka mulutnya dan akan berteriak. Namun, sepersekian detik sebelum niatnya terealisasi, Asha lebih dulu mencium bibirnya singkat.

Cup

Sontak gadis itu kaget bukan main, bagaimana tidak? Ini area sekolah, dan jika ada yang melihat, urusannya akan fatal.

"Wow," teriak Gavin dan Revan bersamaan.

"Lo emang gila Sha." Ayka pun kini sudah membalik badanya dan meninggalkan Asha yang masih berdiri dengan senyum jailnya.

Untung saja sekarang mereka berada di parkiran khusus guru, jadi tidak ada murid yang melihat mereka. Gavin, Revan atau Asha selalu memarkirkan mobilnya di parkiran ini dengan alasan, disini tidak pernah macet jika jam pulang sekolah.

Sebenarnya, mereka bertiga sudah sering diingatkan dan diberi hukuman. Tetapi, jika sehari saja tidak membuat masalah, mereka bertiga sudah kelejetan cari gara-gara. Dan hanya trio kampret itu saja yang merani melakukan hal seperti ini. Memang terkesan gila dan absurd, bukan?

Eh, tunggu! Apa, parkiran khusus guru?

Mereka salah mengira bahwa adegan tadi tidak ada yang melihatnya. Akan tetapi, Dewi Fortuna sepertinya belum berpihak pada sepajang sejoli itu. Kini, bu Tita sudah berjalan dengan langkah lebarnya menghampiri Asha dan menarik telinga murid ternakalnya itu.

Kebetulan sekali, bu Tita baru saja memarkirkan mobilnya dan akan berjalan menuju kantor. Namun, pemandangan yang justru dilihatnya sepagi ini, membuatnya naik darah.

Bu Tita menarik telinga Asha, menggiringnya langsung menuju ruang BP. Asha hanya meringis kesakitan karena ulah gurunya itu.

"Aawww bu, sakit,"

Bu Tita tidak memperdulikan rintihan Asha, ia terus saja menarik Asha sembari menceramahi muridnya itu sepanjang perjalanan menuju ruangannya.

Gavin dan Revan hanya tersenyum melihat hal itu, dan saat tatapan Asha seakan meminta bantuan dari mereka, dua makhluk astral itu justru mengangkat kedua tangannya sembari tertawa. Mengisyaratkan jika mereka tidak ingin ikut campur. Sungguh sahabat durhaka bukan?

Sesampainya di ruang BP, bu Tita langsung menyuruh salah satu guru lainya untuk memanggil Ayka. Bu Tita sudah mengenal Ayka sejak pertama kali Ayka telat bersama Asha. Justru, sejak awal memang bu Tita sudah menuduh mereka pacaran.

Lima menit kemudian, Ayka memasuki ruangan BP dan langsung duduk di kursi samping Asha. Menghadap bu Tita di seberang meja kayu dengan tatapan takut.

Bu Tita sudah ceramah panjang lebar kali tinggi dan mereka hanya diam, masuk telinga kanan lalu keluar dari telinga kiri. Akan tetapi, setelah kata-kata bu Tita selanjutnya membuat Asha semakin geram.

"Apa alasan kalian ciuman di sekolah, hah?" Bentak bu Tita, dan mereka berdua masih diam, sedari tadi mereka memang tidak berucap sedikitpun.

"Atau memang kamu sering diperlakukan oleh lelaki seperti itu Ayka?" teriak bu Tita.

Dan setelah kata-kata itu keluar dari mulut bu Tita, Asha sudah sempurna mengepalkan tangannya. Ia sudah benar-benar emosi mendengar olokan dari bu Tita pada kekasihnya.

Namun, sebelum Asha menonjok meja atau mungkin membanting komputer di depannya, tangan Ayka kini sudah sempurna memegangi tangan kanan Asha. Ayka sudah menduga pacarnya ini pasti akan marah.

Dan untung saja, mereka dihalangi oleh meja. Jika bu Tita melihat mereka berpegangan tangan di depannya langsung, mungkin beliau akan semakin marah.

"Jawab Ayka, Asha! Apa alasan kalian?" bentak bu Tita entah untuk yang keberapa kalinya.

Asha sudah akan menjawab namun, suara Ayka lebih dulu terdengar

"Maafkan kami bu! kami janji ini adalah yang pertama dan terakhir. Saya pastikan itu," ucap Ayka.

Tangan Ayka kini masih memegangi Asha, pacarnya itu belum meregangkan kepalan tangannya. Itu tandanya, emosinya masih di puncak ubun-ubun.

"Ibu ingatkan sekali lagi, jangan jadi wanita murahan kamu ya!"

"Cukup bu!" Teriak Asha.

"Kamu berani bentak guru kamu Sha, sopan santun kamu dimana, hah?" Teriak bu Tita tidak kalah kencang.

"Maaf bu," jawab Ayka.

"Ay-" Asha sudah akan menyanggah namun, Ayka meremas tangan Asha begitu kuat. Mengisyaratkan untuk menahan amarahnya.

Asha yang tau maksud kekasihnya itu, ia langsung diam. Entah bagaimana, sentuhan Ayka selalu berhasil membuat Asha tidak mampu berkutik.

"Ibu sudah muak dengan kalian, silahkan ambil tas kalian dan pulang. Ibu skors kalian 3 hari. Perbaiki diri kalian, renungkan kesalahan kalian berdua!"

Asha masih menatap tajam gurunya, sedangkan Ayka hanya mengangguk sopan.



_Ariskatiwi_

BIGASHA |-END-|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang