39. Pingsan

318 57 3
                                    

Vely berjalan menuju kelas, ia baru saja dari kantin membelikan roti untuk Ayka. Sedari pagi wajah gadis itu terlihat begitu pucat.

"Nih lo makan rotinya, muka lo pucat gitu!. Ucap Vely sembari menyodorkan roti itu.

"Gue ngga laper Vel,"

"Gue tau pasti semalem lo abis nangis kan, terus lo juga ngga tidur dan ngga makan,"

"Gimana lo bisa tau?" tanya Ayka.

"Apasih yang ngga gue tau? kalo lo emang ngga mau cerita sama gue seengganya lo cerita sama Adwis, dia khawatir sama lo Ay,"

"Adwis?"

"Iya, tadi gue ketemu dia, katanya lo ngga makan dari kemaren dan lo juga semalem mewek," timpal Vely.

Namun, sebelum Ayka menjawab kini tubuhnya terasa begitu lepas dan pandangannya semakin kabur. Hingga kini, semua sudah sempurna gelap. Ya, Ayka pingsan. Untung saja Vely dengan sigap menangkap tubuh yang duduk disampingnya itu.

Vely kini sangat panik, ia bingung harus bagaimana. Kelasnya kosong, dan hanya ada mereka berdua.

Ingin menghubungi Adwis, tapi tidak memiliki nomernya, begitu juga dengan Asha. Vely tidak pernah menyimpan nomer sepupunya itu. Hingga akhirnya ia menghubungi Revan.

Semua orang di sekolah pasti punya nomer Revan, secara dengan sangat sukarela ia menempel nomer ponselnya di mading dilengkapi sebuah foto selfi alay-nya. Maklum playboy absurd.

"Van tolongin gue, Ayka pingsan di kelas!" teriak Vely diseberang telepon.

"Ok, gue kesana," jawab Revan tanpa berfikir panjang dan langsung memutus panggilan itu.

"Ada apa Van? tanya Gavin.

"Ayka pingsan dikelas, lo mending bawa dia ke rumah sakit deh Sha, gue perhatiin mukanya pucet dari pagi!" ucap Revan.

"Lo berdua aja sana, gue males!" jawab Asha ketus.

"Gue ngga abis fikir hati lo itu terbuat dari apa." Sergah Gavin yang langsung berdiri meninggalkan Asha, dan Revan juga sudah mengekor dibelakangnya.

Asha kini menjambaki rambutnya sendiri, ingin rasanya ia membantu Ayka. Sejujurnya ia juga sangat khawatir, tapi egonya terlalu tinggi.

Sesampainya di kelas, Gavin langsung menggendong Ayka menuju UKS. Untung saja koridor masih sepi karena semua murid sedang istirahat di kantin.

Akan tetapi, ditengah jalan seorang laki-laki menghampiri Gavin yang masih membawa Ayka dalam gendongannya.

"Ayka kenapa?" tanya lelaki itu.

"Mending lo minggir, biar gue bawa ke UKS dulu!" teriak Gavin.

"Sini, biar gue aja!" Lelaki itu sudah mengambil alih Ayka dari gendongan Gavin, dan dengan sedikit berlari membawa Ayka menuju UKS. Vely, Revan dan Gavin pun kini mengekor dibelakangnya.

Sesampainya disana, Ayka langsung ditidurkan di ranjang. Gadis itu sebenarnya sudah siuman sejak masih digendongan Gavin. Namun, ia tidak mampu membuka matanya, rasanya begitu berat dan pusing.

"Makannya kalo disuruh makan itu nurut, lo mau bunuh diri atau gimana sih Ay?" Teriak Adwis. Ya, lelaki itu adalah Adwis, bukan Asha.

"Gue ngga papa Ko," jawab Ayka serak.

"Mana tuh bule?" tanya Adwis yang kini memandang ke arah Gavin dan Revan.

"Dikantin," jawab Gavin singkat.

"Lo bilangin sama temen lo, kalo dia cuma bisa nyakitin kembaran gue, suruh dia jauh-jauh!" Bentak Adwis.

Revan dan Gavin pun kaget, dua makhluk astral itu mengira bahwa mereka mungkin hanya sodara sepupu yang tinggal serumah. Tapi kenyataannya, mereka sodara kembar.

"Apa, lo kembar?" Cletuk Revan.

"Itu ngga penting, mending lo berdua cabut!" Usir Adwis.

Adwis yang selalu sabar dan jarang marah, kini sudah terlihat begitu emosi. Bahkan, ia ingin sekali memukul wajah Asha saat ini juga.

"Kita pulang aja!" ajak Adwis pada Ayka yang masih terlihat begitu lemas.

"Gue pengen tidur dulu, kita pulang kalo uda bel. Lo ajak Vely ke kelas, gue pengen sendiri!" ucap Ayka dengan suara parau.

"Tapi Ay, kalo lo gim-" Belum selesai Vely melanjutkan kalimatnya, Adwis sudah lebih dulu memotong.

"Kita keluar Vel, biarin dia tenangin pikirannya dulu!"

Adwis kini sudah keluar begitu saja, Veli pun hanya melirik Ayka sekilas lalu mengekor Adwis menuju pintu. Dan kini, Ayka kembali menangis sesenggukan, ia juga tidak tahu kenapa bisa secengeng itu. Mungkin, karena baru kali ini ia merasakan jatuh cinta pada seorang laki-laki.






_Ariskatiwi_

BIGASHA |-END-|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang