Jam empat sore hujan lebat mengguyur kota, Ayka kini sedang menatap hujan dari jendela kamarnya yang berada dilantai dua. Sesaat kemudian, ponselnya berdering tanda adanya panggilan masuk.
Dengan langkahnya yang malas-malasan, ia menyambar ponsel yang tergeletak di meja belajarnya. Matanya menyipit, melihat nama yang tertera di layar ponsel itu.
"Hallo."
"Ngapain lo, kesambet?" tanya Ayka dengan nada mengejek.
"Listen to me!"
"Ngga jelas banget sih lo,"
"Please gue butuh bantuan!" pinta lelaki di seberang telepon.
"What?"
"Bawa mobil lo kerumah gue sekarang, nanti gue jelasin kalo lo uda sampe disini!"
"Lo ngga liat ini hujan deres banget? Lagian apa untungnya gue bantuin lo?"
"Listen to me Ay, Laura kabur. Siang tadi dia berantem sama tante, dan barusan tante nemuin surat Laura yang bilang bakal pergi sama cowonya," jelas Asha.
"Yaudah tinggal lo kejar aja, mobil lo banyak ini, ngapain nyuruh-nyuruh gue buat kerumah lo bawa mobil?"
"Masalahnya tuh anak kelewat pinter. Semua kunci kendaraan dibawa, gue uda cari kesemua tempat tapi nihil. Jarak rumah Gavin ke sini setengah jam, kelamaan. Dan Revan nomernya ngga aktif. Cuma lo harapan gue Ay, Please! Tante gue uda histeris bahkan uda tiga kali pingsan,"
Setelah penjelasan Asha yang panjang dan lebar, akhirnya Ayka langsung mengiyakan. Ayka mematikan panggilan itu dan berlari menuju kamar Adwis untuk mengambil kunci mobil.
Adwis sedang berada ditempat bimbel, dan untung saja Adwis tadi lebih memilih membawa motornya karena takut jalanan macet.
Ayka menuruni tangga rumahnya langsung menuju garasi tanpa pamit ke pembantunya. Tanpa ragu-ragu, gadis itu sudah membawa mobilnya melesat membelah hujan menuju rumah Asha yang jaraknya tidak sampai lima menit.
Dan saat ini, mobil kuning itu sudah masuk ke pekarangan rumah mewah dengan halaman yang begitu luas. Ayka turun dari mobilnya dan langsung disambut oleh seseorang dengan tampilan acak-acakan.
"Buruan!" Ayka kini berlari kecil dan langsung masuk ke kursi penumpang, Asha paham dengan maksud gadis itu dan ia segera masuk ke kursi dibalik kemudi.
"Lo gue anter pulang, dan gue pinjem mobil lo," Asha langsung menginjak pedal gas.
"Gue ikut, kasian Laura,"
"Tapi-"
"Keputusan gue udah bulat, langsung kita kejar aja," sergah Ayka, dan Asha hanya mengangguk sekilas.
"Gimana kita bisa cari mereka, kita ngga tau mereka ke arah mana?"
"Lo tenang aja, hp Laura masih aktif jadi gue bisa liat lewat GPS hpnya. Dan sekarang mereka sudah masuk tol arah Bandung," jelas Asha.
"Apa, Bandung? Cepet banget tuh anak kaburnya?"
"Dia sama cowonya, Frezel anak sekolah kita. X IPS 3."
"Anak sekolah kita? Frezel? Bukanya Laura suka sama kak Adnan?" Mata Ayka sudah melotot sempurna.
"Dia emang suka Adnan, tapi sebenernya dia deket sama Frezel,"
"Terus kenapa Lau-" Belum sempat Ayka melanjutkan kalimatnya, Asha lebih dulu memotong.
"Please, lo bisa diem dulu kan? Gue lagi fokus ini, hujannya deres banget. Lo ngga mau kan kita kenapa-kenapa?" pinta Asha dengan nada memohon.
Kilat angkuh yang biasa terpancar dari matanya, kini telah sempurna hilang dan tatapannya berubah menjadi sendu. Ayka terbungkam dengan kalimat itu.
Bagaimana mungkin seorang Asha bisa mengeluarkan kalimat memohon seperti itu? Huh, entahlah.
Ayka kini diam mengalah, ia menyandarkan punggungnya ke kursi dan mencoba rileks. Entah kenapa, jantungnya kini berdetak begitu kencang. mungkin karena ucapan Asha dan tatapan berbeda lelaki itu. Atau justru perasaan khawatir karena memikirkan Laura? Entahlah, Ayka bingung dengan perasaannya saat ini.
_Ariskatiwi_
KAMU SEDANG MEMBACA
BIGASHA |-END-|
Teen FictionTerlanjur cinta itu bukan hal sepele. Apalagi, jika cinta terhalang perbedaan kasta, negara serta agama, apa yang akan terjadi? Berpisah atau bertahan? °°° Kalau penasaran sama ceritanya langsung baca aja. Jangan lupa intip biodata mereka di part p...