24. Pacar Settingan

315 66 4
                                    

Ayka kini duduk gelisah disalah satu bangku taman, sudah dari lima belas menit yang lalu gadis itu menginjakan kaki di taman komplek perumahannya. Akan tetapi, hingga sekarang sosok yang ia tunggu sama sekali belum terlihat batang hidungnya.

Ketika Ayka sudah beranjak berdiri dari duduknya, dan berencana akan pulang. Sosok tinggi berkulit putih itu berjalan menuju arahnya sembari menuntun sepeda gunung kesayangannya.

Sebenarnya, Ayka ingin marah karena laki-laki itu sudah telat hampir dua puluh menit. Namun niatnya ia urungkan.

Bagaimana gadis itu akan tega, jika lelaki yang kini berdiri satu meter darinya terlihat begitu kusam dan kucal dengan seragam basket yang masih membalut tubuhnya, serta tas sekolah yang kini ia tenteng.

"Kemana aja sih, lama banget?"

"Lo buta atau gimana, ngga liat gue masih pake atribut ginian?"

"Slow aja kali, gitu aja ngegas!" Ayka memutar bola matanya sebal, lelaki didepannya ini memang benar-benar pedes omongannya.

"Gue uda pikirin mateng-mateng, dan gue juga tau maksud lo ngajak gue ketemuan."

Asha kini duduk persis disebelah Ayka dengan jarak hanya sejengkal. Maklum, kursi taman begitu kecil.

"Maksud lo?" Ayka memincingkan matanya ke arah Asha.

"Mulai sekarang kita pacaran!"

"Apa? Gue ngga salah denger? Gila ya lo."

Ayka langsung berdiri dari duduknya, dan berdiri persis didepan Asha dengan berdecak pinggang. Matanya juga sempurna melotot dengan tatapan membunuh.

"Bisa slow dikit ngga?"

"Ngga," sergah Ayka dengan cepat.

"Ngga harus pacaran beneran sih, cukup kita pura-pura aja. Intinya biar semua anak tau kalo lo cewe gue dan gue bakal ancem mereka biar ngga gangguin lo, dan kalo keadaan udah membaik kita bisa udahan," jelas Asha dengan santainya.

Bule itu sedari tadi terlihat santai, meski omongannya pedas dan nglantur. Kerennya lagi, ia tetap mempertahankan tampang coolnya.

"Sekali ngga, ya ngga," teriak Ayka yang kedua kalinya.

"Yaudah kalo lo ngga mau, tapi kalo ada apa-apa gue ngga tanggung jawab."

Asha sudah berdiri dan berjalan menuju sepedanya, berniat akan pulang. Namun, suara serak itu menghentikan langkahnya. Asha pun  lalu menoleh ke sumber suara.

"Ok, fine," Suara Ayka tidak begitu keras tapi masih bisa didengar oleh bule itu, Asha pun menoleh lalu mengangkat satu alisnya.

"Tapi cuma pas di sekolah, dan kalo gosipnya udah reda gue mau kita udahan!"

"Setuju." Asha berjalan mendekati Ayka dan menjulurkan tangannya ke arah gadis itu.

"Ok."

"Yeah, ok," Ayka membalas uluran tangan Asha.

Kini, resmi sudah mereka berpura-pura pacaran. Dan tanpa malu, Ayka justru meminta Asha mengantar dirinya pulang dengan alasan sebentar lagi magrib dan Ayka takut.

Asha hanya memutar bola matanya jengah namun, tetap menyanggupi permintaan gadis itu.

Kini Ayka terpaksa duduk di besi keras sepeda Asha lagi, meskipun jantungnya deg-degan tidak karuan tapi ia berusaha biasa saja. Hembusan nafas Asha sesekali menyapu pucuk kepala gadis itu, Ayka hanya bisa menahan agar tidak berteriak.

***

Sesampainya di gerbang rumah, Ayka langsung turun dan masuk begitu saja kedalam gerbang, tanpa mengucapkan terimakasih pada Asha yang masih mengamati punggung gadis itu hingga hilang dibalik pintu rumahnya.

"Dasar nenek lampir ngga tau terimakasih." umpat Asha yang kemudian bergegas pergi dari depan gerbang rumah bernuansa Eropa itu.

***

"Ya Allah, kenapa tiba-tiba dada ini susah napas?" Cletuk Ayka yang masih berdiri didepan pintu dengan memegangi dadanya, ia tidak sadar bahwa sosok Adwis yang duduk diruang tamu memandanginya dengan senyum-senyum.

"Kenapa lo, jatuh cinta?" ledek Adwis.

"Ih lo ngagetin aja deh Ko!" Ayka berteriak kaget, dan kemudian jalan menghampiri kembarannya.

"Jadi lo udah jadian?"

"Siapa bilang? nuduh aja lo,"

Tanpa perlu mendengar perkataan kembarannya, Adwis kini melempar ponselnya ke Ayka dan karena reflek Ayka yang begitu bagus, kini ponsel itu sudah berada digenggamannya.

"Gila, tuh anak emang cari mati sama gue ya." Ayka membanting ponsel Adwis sembarangan. Tetapi, untung saja ponsel itu jatuh tepat disofa sebrang meja.

"Marah sih marah, tapi ngga harus nyelakain hp orang,"

"Bodo, bodo, bodo." Ayka menjambaki rambutnya, gadis itu terlihat sangat prustasi setelah melihat sebuah postingan di ponsel Adwis yang menyangkut dirinya.

Ya, Asha telah membagikan postingan berupa sebuah kalimat singkat dua menit yang lalu. Lebih tepatnya, saat bule itu masih berada di depan gerbang rumah Ayka.

Sebuah postingan singkat padat dan jelas yang meskipun baru tiga menit namun sudah mendapat hampir seribu like dan lebih dari seratus komentar. Tidak lain dan tidak bukan, karena postingan pertamanya membuat follower setia akun itu menunggu hingga tiba postingan keduanya.

Postingan pertama akun dengan nama '@niguel.ashardo' dengan gambar bola basket sebagai pemanis dan menuliskan sebuah caption.

"Berita besar, dua jam yang akan datang."

Hanya sebuah kalimat singkat itu, mampu membuat para follower setia akun tersebut kalang kabut menunggu dan memantengi dua jam terakhir. Hingga sebuah postingan kedua yang kini sukses membuat follower setianya sesak nafas.

"My love."

Sebuah kalimat sederhana yang mampu membuat heboh fansnya. Apalagi dengan foto Ayka yang kini diunggahnya. Entah dari mana bule itu mendapat foto Ayka yang terlihat begitu cute, mungkin hasil stalking Instagram gadis itu.

Muka Ayka kini terlihat kucal seperti baju yang sebulan tidak pernah dicuci. Ia sungguh malu karena group sekolahnya kini sedang menjadikannya trainding topik.

Ayka mematikan ponselnya, ia malas mendapat hujatan demi hujatan dari orang-orang yang tidak suka dengannya. Ayka kini sudah terbaring di kasurnya, memejamkan matanya dan berniat besok tidak akan masuk sekolah. Sungguh gadis itu kini sedang prustasi karena malu.





_Ariskatiwi_

BIGASHA |-END-|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang