16. Ayka dan Adnan

364 84 0
                                    

Hari ini adalah hari terakhir Ayka dan bandnya untuk latihan, karena lomba akan dilaksanakan sabtu pagi besok di lapangan kota.

Sekitar dua puluh lima peserta akan mengikuti lomba tersebut, dan sekolah Ayka mendapatkan urutan tampil ke delapan.

Sepulang sekolah, Ayka menuju ruang musik untuk gladi bersih. Kali ini mereka latihan kurang lebih selama empat jam, sejauh ini latihan mereka berjalan dengan lancar. Suara Ayka selalu bisa diandalkan, begitu juga para pengiring musik. Jemari tangan mereka semua terampil menari di alat musik yang masing-masing mereka pegang.

Sekarang sudah pukul delapan malam, akhirnya Adnan memutuskan untuk menyudahi latihan hari ini dan mengajak teman-temannya pulang. Adnan pun tidak lupa memberi masuka untuk kelancaran acara besok. Adnan meminta temannya untuk kumpul di parkiran dekat pintu masuk menuju area lomba jam enam pagi, agar mereka bisa menyiapkan segala sesuatunya sebelum tiba giliran mereka untuk tampil.

"Ay, kakak lo jemput ngga?" tanya Adnan.

"Kayaknya ngga deh kak, dia hari ini ngajar bimbel. Emang kenapa ya kak?"

"Bareng gue aja gimana, udah malem gini?" bujuk Adnan.

"Em, ngrepotin ngga nih kak?"

"Santai aja kali, gue ngga keberatan kok,"

Akhirnya Ayka mengiyakan ajakan Adnan, setelah di pikir-pikir ngga ada salahnya pulang bareng Adnan. Lagian, Adwis juga tidak bisa menjemputnya.

Tanpa Ayka sadari, seorang lelaki yang sedang berdiri di belakangnya sedari tadi memperhatikannya.

Ayka dan Adnan pun langsung keluar dari ruangan musik itu setelah berpamitan dengan ketiga temannya. Suasana didalam mobil begitu lenggang, Ayka maupun Adnan tidak mengucapkan sepatah kata apa pun.

Adnan yang biasanya ramah, kini mendadak jadi pendiam dan terlihat canggung. Ayka pun demikian, jantungnya berdebar entah karena apa, ia merasakan keringatnya bercucuran meskipun mobil Adnan dilengkapi dengan AC.

Sunguh, demi balonku ada lima rupa-rupa warnanya, jantung Ayka terasa dag-dig-dug-der.

"Gue laper nih Ay, makan dulu gimana?" tanya Adnan memecah kecanggungan diantara mereka berdua.

"Em, tapi kak" Ayka memberi jeda ucapannya,"Boleh sih. Tapi gue ngga bisa lama-lama. Takut dicariin soalnya,"

"Ngga lama kok, abis makan kita langsung pulang. Gimana?" Adnan mengangkat satu alisnya, dan Ayka hanya mengangguk.

"Mau makan di restoran, kafe atau dimana?"

"Terserah kakak aja,"

"Kalo seandainya gue ajak lo makan di tukang sate pinggir jalan langganan gue, apa lo mau?"

"Boleh. Gue lebih suka makan gituan, dulu gue sama Zainko sering banget jelajah kuliner gitu kak. Bahkan sampe sekarang gue sama dia masih sering ngebolang," jawab Ayka panjang lebar karena antusias, jarang-jarang ada cowo tajir yang mau makan di pinggir jalan.

"Zainko? Kakak lo masutnya?" tanya Adnan.

"Eh. Iya kak," jawab Ayka cepat.

Kini Adnan pun sudah berganti topik. Sebenarnya, tadi Adnan hanya mengetes Ayka apakah cewe itu mau diajak makan dipinggir jalan, dan ternyata mau.

Kini, rasanya Adnan makin cinta dengan gadis yang duduk disampingnya itu. Bagaimana tidak? Jaman sekarang jarang sekali ada perempuan yang mau diajak seperi itu. Kebanyakan dari mereka gengsi dan merasa tidak level.

***

Sesampainya di penjual sate yang dimksud oleh Adnan, Adnan pun memesan dua porsi untuknya dan Ayka. Namun, sate adalah makanan kesukaan gadis itu, tanpa basa basi dan gengsi, Ayka nambah satu porsi lagi.

Adnan pun hanya tersenyum melihat tinggah gadis manis di depannya ini, bahkan Adnan hampir tidak berkedip sedari tadi. Ia terus memperhatikan Ayka, meskipun yang di perhatikan tidak peka sama sekali dan sibuk dengan sate ayam di hadapannya.

"Ini kak buat ganti yang tadi." Ayka menyodorkan uang lima puluh ribuan pada Adnan, kini mereka sudah berada di dalam mobil.

"Apaan sih Ay? Yang ngajak makan kan gue, berarti udah tugas gue yang bayarin." Tolak Adnan cepat sembari mendorong tangan Ayka yang menyodorkan uang itu.

"Tapi kak, gue tadi kan makannya banyak. Gue jadi ngga enak sama lo,"

"Yaelah Ay, gue ikhlas kali. Ngga abis seratus ribu ini, uda deh ngga usah diganti, suer!"

"Tapi kak,"

"Udah lo simpen aja duitnya!"

Ayka pun akhirnya mengalah, ia kembali memasukkan uangnya ke dalam dompet warna coklat itu dan memasukkannya kembali ke tas sekolah.

"Makasih ya kak. Nanti kapan-kapan giliran gue deh yang tlaktir." Ayka tersenyum menghadap Adnan.

"Santai aja kalik Ay, gue ngga minta lo ganti ini,"

"Ih, tapi kan ngga adil kalo ngga gantian,"

"Iya deh iya, lo atur aja. Siapa sih cowo yang ngga mau ditlaktir cewe secantik lo," kini Adnan sudah tertawa. Kalimatnya itu berhasil membuat pipi Ayka semerah tomat.

Sekitar lima belas menit kemudian, mereka akhirnya sampai dirumah Ayka. Padahal jarak antara sekolah menuju rumah Ayka hanya sepuluh menit, tapi karena Adnan mengajak Ayka makan ke tempat yang berlawanan dari jalan menuju rumahnya, jadi mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai.

Dan setelah menurunkan Ayka, Adnan langsung pulang. Ayka pun mengucapkan terimakasih sekali lagi dan langsung masuk ke gerbang depan rumahnya.

***

Sesampainya didalam rumah Ayka langsung menuju kamar, rumahnya masih sepi. Mungkin Adwis masih ditempat bimbel, dan Ayah serta Bundanya sift malam.

Ayka sudah biasa dengan keadaan ini sedari kecil, ia lebih sering sendiri dirumah, semua anggota keluarganya sangat sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Setelah mandi Ayka langsung merebahkan tubuhnya ke kasur dan mulai memejamkan mata. Namun, ponselnya tiba-tiba bergetar.

Kak Adnan

Gue uda sampe Ay, lo buruan tidur ya. Semangat buat besok. See you cantik:')

Seketika mata Ayka membulat sempurna, jantungnya berdetak tidak karuan. Sungguh, Adnan membuatnya melayang saat ini, rasanya ia seperti terbang di antara bintang-bintang.

Iya kak. Thanks ya buat yang tadi.
See you to:)

Setelah membalaskan pesan itu Ayka langsung lompat-lompat di atas kasur seperti anak kecil. Mungkin, malam ini ia tidak akan bisa tidur nyenyak.

Akan tetapi, tawanya tersumpal setelah membaca pesan dari orang yang amat tidak ia inginkan kehadirannya.

Si Curut Gila

Jaket lo tadi ketinggalan diruang musik, sekarang dirumah gue. Kalo lo masih butuh ambil aja kesini.

Iya besok sepulang lomba gue ambil.
AWAS, jangan lo buang!!!


Ayka sudah mengumpat dalam hatinya 'kenapa harus Asha? Kenapa bukan Nathan atau Ferro aja yang nemuin?'

Asha pun hanya membuka pesan Ayka tanpa membalasnya. Setelah pesannya telah di read oleh Asha namun tidak ada balasan. Ayka pun langsung melemparkan ponsel itu sembarangan, lalu menutup wajahnya dengan bantal. Rasa senangnya menguap begitu saja dengan rasa kesal yang begitu besar menjalar pada setiap bagian tubuhnya hingga sampai di DNA. Ayka benci Asha. Itulah yang dirasakan gadis itu saat ini.




_Ariskatiwi_

BIGASHA |-END-|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang