Tiga hari telah berlalu, dan malam ini adalah malam pergantian tahun. Sudah genap sepuluh hari Asha tidak ada kabar sama sekali, laki-laki itu juga masih belum membuka semua pesan yang dikirimkan oleh Ayka.
Kini, Adwis masuk ke kamar Ayka tanpa permisi, membuat gadis itu sedikit kaget karena Adwis langsung merebahkan tubuhnya di samping Ayka.
"Apaan?" Tanya Ayka sembari mengerutkan keningnya.
"Lo kenapa belom ganti baju, lo ngga tau kalo hari ini sekolah ada acara?"
"Tau,"
"Terus kenapa belom siap- siap?"
"Gue ngga minat buat ikut,"
Adwis membuang nafasnya gusar, ia tidak habis fikir dengan tingkah Ayka yang selalu mengurung diri di kamar beberapa hari terakhir ini.
"Baru cinta monyet aja lo udah hampir mati kaya gini, dasar bucyin." Ucap Adwis sembari cepat-cepat keluar dari kamar itu, takut Ayka mengamuk.
"Zainkooooooooo," teriak Ayka dengan suara toa-nya.
Adwis hanya cengengesan mendengar teriakan itu dari luar kamar Ayka, ia pun langsung bergegas pergi ke sekolahnya.
Malam ini, sekolah yang terkenal sangat elite itu mengadakan acara pesta kembang api untuk menyambut pergantian tahun baru tersebut. Sekolah itu juga mengundang band terkenal sebagai pengisi acara hingga pukul dua belas malam nanti.
Ayka masih sibuk menonton drakor di laptopnya, tapi sepersekian detik kemudian pintu kamarnya diketuk dan seorang perempuan paruh baya masuk ke kamar itu.
"Kenapa bi?"
"Ada tamu cowo ganteng non," jawab sang bibi dengan genit.
"Siapa bi?"
"Bibi juga ngga tau, pokoknya pakai pakaian serba hitam gitu,"
"Itu Zainko kali, kan dia pake baju serba hitam juga,"
"Ih bukan, mas Adwis sudah pergi kok, orang bibi liat sendiri,"
Ayka pun berfikir sejenak, hingga akhirnya ia langsung berlari terbirit-birit menuju pintu masuk rumahnya. Ia sangat percaya bahwa tamu itu adalah Asha.
Tidak perlu menunggu lama, Ayka pun langsung membuka pintu itu. Berteriak sekencang-kencangnya memanggil nama yang sangat ingin ia temui beberapa hari terakhir.
"ASHA!" teriak Ayka dengan semangat empat lima.
Laki-laki yang berdiri tepat di depan Ayka justru terkejut, mendengar suara toa gadis cantik itu.
"Apa?"
"Eh,"
Ayka malu bukan main. Sungguh, demi dinosaurus yang sudah punah, Ayka benar-benar sangat malu.
"Gue kira Asha, taunya lo berdua,"
"Yaelah Ay, harusnya lo beruntung disamperin cowo-cowo kece dan keren maximal kaya kita berdua ini,"
Ayka hanya memutar bola matanya jengah, tidak ingin berdebat dengan dua makhluk astral itu.
Ya, laki-laki itu bukan Asha, melainkan Gavin dan Revan. Duo laki-laki absurd titisan Mars.
"Gue ngga minat keluar rumah, mending lo berdua aja gih!"
"Lo ngga nghargain gue sama Gavin banget sih Ay, udah jauh-jauh jemput kesini juga,"
"Gue lagi ngga enak badan Van, sorry banget ya!" Ucap Ayka sembari memasang wajah sedihnya.
"Yah, ngga asik dong Ay, ngga ada vokalis kece yang suaranya semerdu badai," sergah Revan.
"Kan sekolah udah ngundang band terkenal Van, suaranya juga pasti lebih bagus dari gue kali,"
"Tetep aja, kalo ngga ada lo ngga asik,"
"Yaudah deh, kalo gitu kita cabut dulu. Lo jangan sedih terus, muka cantik lo berubah jelek nanti,!" ejek Gavin.
Ayka pun hanya tersenyum singkat, Gavin dan Revan pun segera pergi dari rumah itu.
"Sekali lagi sorry ya!"
"No problem honny," jawab mereka serempak.
Sungguh, rasanya Ayka ingin muntah setelah mendengar kalimat itu dari mulut mereka berdua. Sangat-sangat absurd.
***
Ayka kini bergegas menuju kamarnya, kembali melanjutkan drakor yang sebelumnya sedang ia tonton. Namun, baru saja iya menekan tombol play di laptopnya, bibi pun kembali memanggilnya dari balik pintu.
"Iya bi, ada apa?" teriak Ayka.
"Ada tamu non,"
"Siapa bi?"
"Ngga tau non, cowo ganteng pakai pakaian serba hitam,"
Kali ini Ayka keluar dari kamarnya dengan malas. Ia bahkan menyangka bahwa dua makhluk astral itu kembali kerumahnya, semua orang juga tahu, bahwa mereka berdua adalah tipe orang pemaksa dan setiap kemauannya harus terturuti.
Ayka membuka pintu rumahnya dan dengan tidak tau malu langsung berteriak sesuka hatinya.
"Mau ngapain lag-" Ayka menghentikan ucapannya saat mengetahui siapa yang datang kali ini.
Memang, Ayka tidak pernah belajar dari pengalaman. Bagaimana tidak? Ia harus menanggung malu untuk yang kedua kalinya.
"Eh,"
"Gue salah ya datang kesini?" tanya lelaki itu.
"Bu - bu - bukan gi - tu," jawab Ayka gagap.
"Terus?"
"Eh," respon Ayka saat laki-laki itu menatapnya.
"Lo ngga ke acara sekolah, kenapa lo belum siap-siap?"
Ayka masih belum menjawab pertanyaan itu, ia masih tidak yakin dengan kehadiran lelaki tersebut di depan rumahnya saat ini.
"Kok kakak bisa disini?"
Bukan Asha. Ya, lelaki yang kini berdiri di depan Ayka bukanlah Bigasha, melainkan Adnan.
Entah kesambet apa, Adnan tiba-tiba dengan sangat berani menampakkan dirinya di rumah gadis itu. Padahal, Ayka sudah berkali-kali menolak Adnan dengan berbagai alasan.
Dan kalian harus yakin. Pasti kali ini, Ayka akan kembali menolaknya.
"Gue mau jemput lo, kita ke sekolah bareng yuk!" pinta Adnan.
"Ta - tapi kak,"
"Kenapa?"
"Gue lagi ngga enak badan, tadi Adwis juga sempet ngajakin sih. Tapi gue tolak,"
"Eh, muka lo pucet banget Ay. Mau gue anter ke rumah sakit?"
"Ngga kok kak, gue ngga apa-apa. Gue cuma butuh istirahat," Ayka menjeda ucapannya, "Kak Adnan mending langsung ke sekolah aja, acaranya juga pasti udah dimulai!"
Adnan hanya membuang nafasnya gusar. Lagi-lagi, ia mendapat penolakan dari Ayka. Sungguh, hidup ini sangat tidak adil bagi seorang Adnan.
"Yaudah, kalo gitu gue cabut dulu ya?"
"Sekali lagi, sorry ya kak. Gue ngga bermaksud buat ngusir kakak!"
"No problem, Ay."
Setelah itu Adnan langsung berjalan menuju mobilnya, sedangkan Ayka merasa sangat bersalah karena terus-terusan menolak Adnan seperti itu. Rasanya, ia terlalu jahat menjadi seorang wanita.
_Ariskatiwi_
KAMU SEDANG MEMBACA
BIGASHA |-END-|
Teen FictionTerlanjur cinta itu bukan hal sepele. Apalagi, jika cinta terhalang perbedaan kasta, negara serta agama, apa yang akan terjadi? Berpisah atau bertahan? °°° Kalau penasaran sama ceritanya langsung baca aja. Jangan lupa intip biodata mereka di part p...