Sesampainya di minimarket, mereka bertiga langsung menuju ke bagian kasir dan meminta petugas kasir itu untuk memperlihatkan rekaman cctv yang mereka punya.
"Maaf mas hanya karyawan saja yang diperbolehkan, itu privasi kami,"
"Ayolah mbak, ini penting. Apa salahnya kita liat, cuma rekaman doang kan?" pinta Revan.
"Mohon maaf mas, tapi saya tidak bisa memberikannya," ucap petugas kasir itu dengan sopan.
Setelah mengeluarkan berbagai jurus rayuan, akhirnya Gavin dan Revan pun menyerah. Asha sudah sangat emosi, bahkan ia hampir menonjok mbak kasir itu jika kedua sahabatnya tidak menahannya.
"Tenangin diri lo man! kita bisa minta cctv di hotel. Gue yakin disana juga pasti ada jejak," bujuk Gavin, dan Asha pun akhirnya langsung menyelonong keluar dari tempat itu.
Dan kini, mereka sudah sampai di hotel yang dimaksud Asha. Mereka menuju meja resepsionis dan membujuk karyawan itu untuk memperlihatkan cctvnya. Namun, jawaban mbak resepsionis itu tidak jauh beda dari petugas kasir minimarket.
"Maaf mas, tapi itu melanggar privasi kami,"
"Ayolah mbak, ini penting!" bujuk Revan.
"Sekali lagi mohon maaf mas, dan silahkan keluar sebelum saya memanggil satpam!" ucap wanita itu.
Mereka bertiga pun langsung keluar, karena Asha sudah terlihat emosi dan Gavin tidak ingin mengambil resiko. Revan pun langsung menarik Asha menjauh dari sana, hingga kini mereka sudah berada di dalam mobil.
"Lo tenangin diri lo dulu Sha! gue bakal cari cara buat dapetin cctv itu," bujuk Gavin.
"Lo berdua harus bantu gue, gue pengen masukin pelakunya ke UGD!"
"Serahin sama kita berdua Sha, kalo masalah ginian lo ngga perlu raguin gue sama Gavin, kita ahli gali informasi. Lo tenang aja!"
"Gue pegang omongan lo Van," timpal Asha.
"Jangan panggil gue Revan kalo sampe gue ngga bisa dapetin cctv itu," jawab Revan dengan mantap.
***
Siang itu Ayka berjalan di koridor sekolahnya bersama dengan Vely, dan kebetulan dari arah yang berlawanan Asha dan kedua sahabatnya juga berjalan ke arahnya. Namun, Asha sama sekali tidak menyapa Ayka, ia terus menghadap ke depan tanpa melirik Ayka sedikitpun.
"Lo berdua berantem?" tanya Vely.
"Biasa aja," jawab Ayka singkat.
"Kenapa lo diem-dieman gitu, sariawan?"
"Udah deh Vel ngga usah dibahas, lagi ngga mood nih!" Ayka pun sudah berjalan mendahului Vely, ia tidak menceritakan masalah Adwis dan juga Asha. Ayka takut, Vely justru akan ikut-ikutan salah sangka.
Disisi lain, Asha dan dua sahabatnya kini sedang duduk di area tribun lapangan basket, tempat itu adalah tempat mereka bertiga biasa nongkrong di area sekolah.
"Lo marahan sama Ayka?" tanya Gavin.
"Menurut lo?" tanya Asha balik.
"Lo ngga seharusnya marah sama dia Sha, dia ngga salah. Lagian Adwis juga belum tentu pelakunya,"
"Lo itu kenapa sih Vin belain Adwis mulu, sebenernya yang sahabat lo itu siapa?"
"Lo buta apa gimana sih Sha, jelas-jelas tampang Adwis itu kalem. Selama ini dia juga ngga pernah macem-macem apa lagi sampe digosipin sama cewe, kayanya ngga banget deh," ucap Revan.
"Kalo lo berdua pengen gue baikan sama Ayka buruan selesein misi lo, temuin tuh pelaku!" sergah Asha.
"Lo yang ada masalah kenapa kita berdua yang repot?"
"Jadi lo ngga mau?"
"Aye aye komandan."
Setelah kata itu keluar dari mulut Gavin atau Revan, Asha sudah tidak perlu mencemaskan masalah ini lagi. Tandanya, semua akan beres ditangan mereka.
Sudah empat hari ini Gavin dan Revan selalu memata-matai hotel itu. Mereka menunggu sampai ada setitik cahaya yang bisa di jadikan alat untuk mengorek informasi. Dan dua ahli pembohong itu, akan mengarang cerita untuk mendapatkan cctv yang mereka incar. Namun, sampe sekarang belom juga ada tanda-tanda Gavin dan Revan akan berhasil.
_Ariskatiwi_
KAMU SEDANG MEMBACA
BIGASHA |-END-|
Ficção AdolescenteTerlanjur cinta itu bukan hal sepele. Apalagi, jika cinta terhalang perbedaan kasta, negara serta agama, apa yang akan terjadi? Berpisah atau bertahan? °°° Kalau penasaran sama ceritanya langsung baca aja. Jangan lupa intip biodata mereka di part p...