Asha masih belum bergeming dari tempatnya. Ia memandangi punggung Ayka yang semakin menjauh, sembari menarik nafas dalam-dalam. Mengurusi species satu ini memang harus sabar, karena wanita selalu ingin dimengerti. Bukan begitu pemirsa?
Asha akhirnya mengalah, ia pun kini mengikuti Ayka yang entah tujuannya kemana. Karena yang Asha tau, gadis itu tidak membawa uang sepeserpun, ditambah ponselnya yang tertinggal dirumahnya.
Lebih dari dua puluh menit Ayka memutari mall itu. Mulai dari lantai tiga tempat ia mengomel tadi, lalu lantai dua sudah ia putari semua. Dan kini, gadis itu menuju lantai satu. Asha memutar bola matanya jengah, ia masih tidak bisa menebak jalan pikiran pacarnya itu.
Karena bosan, Asha pun langsung mempercepat langkahnya. Yang semula ia berjarak sekitar lima meter di belakang Ayka, kini laki-laki itu mendekat. Dan jaraknya dengan Ayka saat ini, hanya sekitar sepuluh langkah.
"Kaki lo masih kuat?"
Ayka tersentak kaget, ia sangat hafal dengan si pemilik suara.
Dengan keberanian karena rasa malunya, Ayka pun kini membalik badanya, dan memandangi Asha yang masih terus berjalan mendekat.
"Ngapain berhenti?" Ucap Asha yang langsung berdiri di depan Ayka.
"Kok lo bisa disini?"
"Udah ngambeknya?"
"Lo ngapain ngikutin gue?"
Bukannya menjawab mereka berdua justru saling lempar pertanyaan.
"Gue mau pulang, capek jadi bodyguard lo," Asha menjeda ucaannya," Lo masih mau muterin nih mall atau ikut gue?"
"Gue bisa pulang sendiri,"
"Yaudah,"
Asha berusaha acuh pada Ayka. Ia pun memutar otaknya agar bisa membawa Ayka pulang tanpa harus menurunkan harga dirinya sebagai laki-laki dingin. Sungguh, egois sekali bule ini.
Disisi lain, Ayka juga memutar otaknya. Jika ia tidak ikut Asha sekarang, ia ragu bisa sampai dirumahnya dengan selamat sejahtera sentosa.
"Rencana gue mau ngajak lo makan, tapi berhubung lo ngga mau. Ya, gue terpaksa makan sendirian." Kini Asha sudah membalik badannya, meninggalkan Ayka yang masih mematung ditempat.
Tidak ingin menyia-nyikan makanan gratis, akhirnya Ayka pun dengan muka temboknya yang sudah dilapisi baja, akhirnya memanggil nama pacarnya.
"Sha,"
Asha pura-pura tidak mendengar panggilan dari Ayka, ia terus berjalan dengan senyum kecil di bibirnya. Asha juga sengaja membuat langkahnya sepelan mungkin, ia berani bertaruh. Jika Ayka, pasti akan memintanya menghantar pulang.
"Asha," teriak Ayka yang kedua kalinya.
Asha menghentikan langkahnya, kemudian mengangkat satu alisnya dan menghadap ke arah Ayka.
"Gue liat di telapak tangan kanan lo ada item-item segede tutup botol, lo punya tanda lahir?"
Asha kini mengerutkan keningnya, tidak paham dengan kalimat Ayka barusan. Sumpah demi apa pun, ia tidak pernah memiliki tanda lahir di telapak tangan.
"Coba liat, gue mau mastiin!"
"Apa?" tanya Asha datar.
"Telapak tangan lo lah,"
"Gue ngga punya tanda lahir, jangankan ditangan. Dipantat pun, gue ngga punya,"
"Terus, itu di tangan lo apaan?"
Asha pun penasaran sendiri dengan apa yang dibilang oleh Ayka. Ia perlahan mengeluarkan tangan kanannya dari saku celana, dan membukanya. Memastikan bahwa Ayka benar-benar sedang nglindur.
Namun, sepersekian detik kemudian. Ayka sudah menautkan jari-jari lentiknya ke tangan Asha, Asha yang menyadari akan hal itu kini semakin mengerti, bahwasannya dirinya hanya di bohongi oleh gadis absurd itu.
"Ayo!" Ayka menarik tangan Asha, mau tidak mau Asha hanya menurut.
Sebuah senyuman kini terpancar di wajah Asha, ia tidak menyangka bahwa pacarnya yang polos itu bisa semodus ini.
"Udah marahnya?" tanya Asha dengan nada mengejek.
"Belom,"
"Terus ngapain gandeng gue?"
"Gue laper,"
"Apa hubungannya laper sama pegang tangan gue?"
"Lo bisa diem ngga sih?"
Senyum Asha tidak bisa dipungkiri lagi, ia sudah berusaha menahannya. Namun, nihil, ia sungguh tidak bisa mencegahnya lagi. Kesan dingin itu pun sirna sudah.
"Kaki lo masih kuat jalan?"
"Lo kira gue punya rematik?"
"Siapa tau,"
"Pokoknya lo harus tlaktir gue makan, tenaga gue uda terkuras habis buat ngambek sama lo,"
"Siapa suruh ngambek?"
"Ishhhh dasar, marmut,"
"Tapi lo suka kan?"
"Najis,"
Mereka pun masih saling melontarkan kalimat-kalimat absurd itu hingga sampai di dalam mobil. Entahlah, pacaran model apa dua sejoli ini. Bahkan, sampai ikan bisa hidup di darat pun, hubungan mereka berdua benar-benar aneh. Aneh dan sangat Aneh.
_Ariskatiwi_
KAMU SEDANG MEMBACA
BIGASHA |-END-|
Подростковая литератураTerlanjur cinta itu bukan hal sepele. Apalagi, jika cinta terhalang perbedaan kasta, negara serta agama, apa yang akan terjadi? Berpisah atau bertahan? °°° Kalau penasaran sama ceritanya langsung baca aja. Jangan lupa intip biodata mereka di part p...