Minggu siang itu Ayka sengaja pergi ke toko buku yang berada disalah satu mall didekat rumahnya. Ia meminjam mobil Adwis karena kembarannya itu tidak mau mengantarnya. Ayka terpaksa membawa mobil sendiri di jalanan yang padat karena macet.
Sesampainya di mall, ia bingung mencari-cari dimana toko buku karena ini pertama kalinya ia pergi ke mall sendirian. Jadi wajar saja, ia bingung.
Setibanya di toko buku, ia langsung menuju ke rak bagian novel, Ayka sangat suka membaca novel dan koleksinya dirumah lebih dari seratus buku. Selagi Ayka memilih beberapa buku, sebuah suara mengagetkannya.
"Sendirian aja?" sapa lelaki itu.
"Eh," Ayka terkejut.
"Kenapa, kok kaget gitu?"
"Kok kakak bisa disini?" Ayka justru balik bertanya.
"Gue lagi cari buku, dan ngga sengaja liat lo. Jadi, gue samperin aja,"
Ayka hanya ber oh ria sembari mengangguk-ngangguk.
"Sendirian aja?"
"Eh, iya nih kak. Kakak sendiri?"
"Seperti yang lo lihat," jawab Adnan santai
Ayka pun hanya tersenyum merespon jawaban Adnan.
"Uda selesai?" Tanya Adnan.
"Uda kok, tinggal bayar aja. Kakak sendiri udah?"
"Gue ngga jadi beli, buku yang gue cari kosong,"
Ayka kembali ber oh ria, ia bingung harus berbicara apa. Jantungnya rasanya mau copot.
"Selesai bayar, jalan-jalan sebentar gimana? Gue pengen cari sepatu buat acara pensi nih, bantu pilihin ya!"
"Em, boleh. Tapi gue ngga bisa lama-lama kak. Soalnya mobilnya takut mau dipake sodara gue,"
"Ok, ngga nyampe sejam kok,"
Kini Ayka dan Adnan sudah berada diluar toko buku tersebut. Mereka berjalan menyusuri toko-toko sepatu. Adnan masih sibuk memilih namun, belum ada yang cocok dengan kriterianya.
Ayka pun tidak keberatan diajak memutari hampir seluruh lantai dua mall ini. Ia happy karena Adnan begitu hangat memperlakukannya. Bahkan, sedari tadi Adnan mengajaknya bercanda dan membicarakan hal-hal lucu.
Satu jam mereka berkeliling tanpa istirahat. Hingga tawa Ayka kini tersumpal.saat seorang lelaki yang amat ia kenal berdiri tepat di depannya bersama seseorang yang terlihat familiar.
"Kak Adnan," ucap gadis berambut pirang itu.
"Laura, kok bisa kebetulan banget ya?" jawab Adnan dengan senyum khasnya.
"Kakak kok bisa sama nih cewe?" tanya Laura.
"Kamu kenal sama Ayka?"
"Oh jadi namanya Ayka, gue baru tahu," jawab Laura ketus.
Ayka hanya diam, ia membuang mukanya karena saat ini Asha sedang menatapnya dengan tatapan elangnya.
"Kamu kok bisa kenal Ayka?" tanya Adnan yang masih penasaran.
"Pernah liat aja kak, dia temen kak Asha,"
"Jadi lo adiknya Asha?" Adnan baru sadar bahwa Asha sedari tadi berdiri disebelah Laura.
"Iya kak, dia kakak sepupu aku." Jawab Laura sembari menengok ke arah Asha.
"Kak Asha, jadi kak Adnan ini guru piano aku. Kak Asha pasti ngga tau kan?" Ujar Laura, sedangkan Asha hanya mengangkat kedua bahunya tanpa berbicara sepatah kata apa pun.
"Gue duluan ya kak, Sha, mobilnya mau dipake sodara gue," Ayka terpaksa berbohong dengan Adnan dan Asha, ia tidak ingin terjebak di antara mereka semua. Adnan hanya mengangguk dan kemudian Ayka sudah berjalan meninggalkan mereka.
"Rara ke kamar mandi bentar ya kak, kebelet soalnya," pinta Laura.Asha dan Adnan hanya mengangguk. Kini Laura sudah tidak terlihat oleh Asha dan Adnan.
Sebenarnya, Laura tidak benar-benar ke kamar mandi, ia menuju ke parkiran mencari Ayka. Setelah ia mendapatkan sosok yang ia cari, Laura segera mendekatinya.
"Mau lo apa?"
"Apa sih lo? Norak banget,"
"Ngaca dong, elo tuh yang norak. Kemaren kakak gue lo godain, dan sekarang kak Adnan juga."
"Jaga ya mulut lo, masih bocah aja kelakuan lo uda kaya gini. Bener-bener ngga ada sopan santunnya!"
"Gue suka kak Adnan dari dulu, dan lo tiba-tiba langsung masuk gitu aja diantara gue sama kak Adnan,"
"Kalo lo ngga tau yang sebenarnya lebih baik tutup mulut lo!" Teriak Ayka tak kalah kencang.
"Awas aja, kalo lo sampe ngrebut kak Adnan dari gue, gue bakal pastiin lo bakalan putus sama dia,"
"Gimana lo nya aja deh, gue ngga ada waktu ngurusin hal ngga penting kaya gini." Ayka sudah balik badan dan langsung masuk ke mobilnya, ia langsung melajukan mobilnya keluar dari parkiran.
Sebenarnya hatinya sangat sakit, ia dekat dengan Asha ataupun Adnan selalu saja salah dan menjadi bahan hinaan orang-orang. Apa salahnya coba? Ia hanya menganggap semuanya teman. Ya, meskipun Ayka suka dengan Adnan namun, Ayka tidak terlalu berharap menjadi pacar Adnan. Lagian selama ini Ayka belum pernah pacaran, dan ia juga belum siap untuk itu.
Kini Ayka menyetir mobil dengan mata yang berkaca-kaca, rasanya ia ingin sekali buru-buru sampai dirumah dan menceritakan semuanya pada Adwis. Hanya bahu Adwis lah yang bisa membuatnya merasa nyaman dan hangat.
***
Sesampainya dirumah, Ayka langsung berlari menuju kamar Adwis, ia sudah tidak bisa menahan lagi air matanya. Adwis bingung kenapa tiba-tiba kembarannya memeluknya dan menangis. Setelah Ayka mulai tenang, Adwis mencoba membujuk ajar gadis itu mau menceritakan apa yang terjadi.
"Kita ini satu darah Ay, kalo lo sakit gue juga ikut sakit. Bahkan lo harus percaya, setiap lo nangis hati gue lebih sakit daripada apa yang hati lo rasain. Jadi apa pun yang terjadi, lo harus cerita sama gue," bujuk Adwis.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Ayka mau menceritakan semuanya. Kejadian disekolah kemarin lusa bersama Asha, dan kejadian barusan di mall. Tentang semua orang men judge dirinya tanpa berperasaan sedikitpun.
Tangan Adwis mengepal begitu erat, ia rasanya ingin membuat memar muka Asha dan Adnan yang sudah membuat sodaranya seperti ini. Akan tetapi, niatnya ia urungkan, setelah di fikir-fikir itu bukan salah mereka berdua, melainkan ini semua murni salah para perempuan yang kecentilan itu.
Adwis hanya bisa memeluk Ayka, menyalurkan energi hangat yang ia punya, memberikan kenyamanan pada orang yang amat ia sayangi.
_Ariskatiwi_
KAMU SEDANG MEMBACA
BIGASHA |-END-|
Teen FictionTerlanjur cinta itu bukan hal sepele. Apalagi, jika cinta terhalang perbedaan kasta, negara serta agama, apa yang akan terjadi? Berpisah atau bertahan? °°° Kalau penasaran sama ceritanya langsung baca aja. Jangan lupa intip biodata mereka di part p...