Ayka berjalan memasuki gerbang sekolah dengan raut wajah ingin menelan Asha hidup-hidup.
Bagaimana tidak? Dari semalam Asha tidak memberinya kabar sama sekali. Ayka sudah berusaha mengirim pesan dan menelpon bule itu, tapi nihil. Tidak ada jawaban sama sekali hingga pagi ini. Bahkan, Asha tidak menjemput Ayka seperti biasanya.
Pagi tadi, Ayka sempat menolak tawaran Adwis untuk berangkat bersama. Akan tetapi, sampai pukul delapan batang hidung Asha tidak nampak dirumah gadis itu. Akhirnya, dengan berat hati Ayka meminta sang bunda untuk menghantarkan ke sekolah, dan disinilah Ayka sekarang.
Gadis itu berjalan terus menuju kelasnya, menghiraukan lautan manusia yang berebut melihat pengumuman di mading. Karena, hari ini adalah hari pengumuman juara hasil Ulangan Semesteran.
Kelas Ayka kosong, tidak ada tanda-tanda Asha disana. Lalu, kemana Asha?
Ayka pun kini duduk di kursinya, meletakkan kepalanya diatas bangku. Ia sudah benar-benar muak dengan tingkah Asha yang tiba-tiba menghilang.
"Ay,"
"Em,"
"Ngapain lo sedih gitu, lo ngga seneng atau bangga gitu dapet juara umum?"
"Emang gue dapet juara?" Tanya Ayka sembari mengangkat kepalanya. Gadis itu sedikit terkejut.
"Emang lo ngga lihat di mading?"
Ayka menggelengkan kepalanya, ia tidak berselera untuk berdesak-desakan di depan mading itu.
"Asha dapet juara satu, Adwis dua, dan lo tiga. Seriusan gue ngga nyangka, dunia ini sempit Ay, bener-bener sempit. Gimana bisa juara umum diraih sama kalian?" Ucap Vely panjang lebar.
Belum sempat Ayka menanggapi ucapan Vely, Gavin dan Revan pun menghampiri mereka.
"Bule sengklek mana Ay?" tanya Revan.
"Lo kan temennya, ngapain nanya ke gue?"
"Lha lo kan cewenya, harusnya lo tau!"
"Tuh anak ditelan bumi apa kemana sih, dihubungin ngga bisa?" gerutu Gavin.
"Emang dia ngga kirim pesan ke elo gitu, Ay?" tanya Vely.
Ayka hanya menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tidak tahu sama sekali Asha dimana.
"Semalem Revan kirim gambar cewe sexy juga ngga direspon sama Asha,"
"Bangke lo. Bukannya elo yang kirim video mesum, kenapa gue yang jadi kambing hitam?"
"Mending lo berdua diem!" Sergah Vely.
Tanpa basa-basi lagi, Ayka sudah berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan melewati Vely, Gavin dan Revan.
"Mau kemana lo Ay?" tanya Vely.
"Kerumah Asha,"
"Gue ikut." Ucap Vely dan dua makhluk astral itu bersamaan.
Akhirnya mereka pun berangkat menuju rumah Asha. Di sepanjang perjalanan, Revan, Gavin dan Vely hanya melontarkan kata-kata absurd yang membuat Ayka semakin pening mendengarnya. Gadis itu pun lebih memilih diam tanpa suara, bergulat dengan fikirannya sendiri.
Bagaimana jika tiba-tiba Asha pergi dari hidup Ayka dan tidak kembali? Apa Ayka akan kuat? Bukankah gadis itu sangat mencintai Asha untuk saat ini? Entahlah, demi Upin Ipin yang tidak mungkin makan angin ke Pulau Jeju, Ayka benar-benar takut untuk saat ini.
***
Lima belas menit kemudian, akhirnya mobil hitam itu tiba di rumah Asha. Mereka pun langsung menggedor rumah Asha, seorang pembantu muncul setelah tiga kali Gavin mengetuk pintu itu dengan kencang.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Asha nya ada bi?" tanya Ayka tanpa basa-basi.
"Maaf mbak, masudnya tuan muda Niguel?"
"Iya bi Niguel, bule sengklek itu," timpal Revan.
"Tuan muda pergi semalam, kelihatannya terburu-buru. Tuan juga tidak bawa baju ganti sama sekali."
Muka Ayka seketika memerah, ia berfikiran yang tidak-tidak mengenai Asha.
Bagaimana mungkin laki-laki itu pergi tidak membawa pakaian dan sampai sekarang belum pulang? Ayka khawatir terjadi sesuatu dengan kekasihnya.
"Kalo boleh tahu, kemana ya bi?" sergah Vely.
"Saya kurang tahu mbak, kalo nyonya memang sedang pergi ke Surabaya untuk beberapa hari, non Laura juga ikut sekalian liburan. Tapi tuan muda, beliau tiba-tiba dijemput oleh tiga orang semalam," ucap pembantu rumah Asha panjang lebar.
"Siapa yang jemput bi?" Gavin mengerutkan keningnya.
"Maaf mas, saya kurang tahu. Yang jelas, mereka memakai bahasa yang saya tidak mengerti artinya,"
"Sialan. Ada yang ngga beres Van," gerutu Gavin.
Muka Ayka pun sudah benar-benar tidak bersahabat, rasa khawatir, cemas, dan takut bergabung menjadi satu. Jika Asha tidak kembali, mungkin Ayka benar-benar akan terpuruk.
Vely mengerti akan sikap Ayka yang tiba-tiba berubah, ia pun kini membujuk Ayka untuk menghantarkannya pulang.
Ayka langsung menerima tawaran Vely begitu saja, yang ia inginkan saat ini adalah berbaring di kasur, tubuhnya terasa begitu lemas.
Gavin dan Revan pun mengucapkan terimakasih pada pembantu rumah Asha, kemudian mereka kembali ke mobil dan menghantarkan Ayka pulang.
Tidak butuh waktu lama, kurang dari lima menit Ayka sudah sampai dirumahnya. Ia menyuruh Vely untuk pulang bersama dua makhluk astral itu. Ayka bilang, ia ingin sendiri.
Vely yang sangat mengerti dengan keadaan sahabatnya, hanya mengangguk pasrah, dan menuruti titahan dari Ayka.
Sesampainya di kamar yang sudah mirip dengan kebun binatang karena banyak species boneka hewannya itu, Ayka langsung membaringkan tubuhnya di kasur. Entah kenapa, air matanya tidak bisa dibendung lagi, ia benar-benar takut Asha akan meninggalkannya dan tak kembali lagi.
Ayka berusaha untuk memejamkan matanya, namun sekeras apapun ia mencoba semua itu gagal. Bukan tertidur, justru tangisan itu kian menjadi.
Bunda Ayka yang mendengar suara tangisan dari kamar putrinya, beliau langsung menghampiri anak gadisnya dan mendekapnya dari samping.
"Ada apa, kenapa kamu nangis sayang?"
Tidak ada jawaban sama sekali dari mulut Ayka, gadis itu justru sedang terisak.
"Bukannya harusnya kamu disekolah, kenapa sudah pulang?"
Lagi-lagi tidak ada jawaban.
"Kamu dapet nilai jelek, kata Zainko hari ini kalian pengumuman hasil ulangan, besok bunda juga disuruh ke sekolah kan?"
"Bukan karena itu bun,"
"Lalu kenapa, ada apa?"
"Asha pergi bun, tiba-tiba hilang begitu aja, ngga ada kabar,"
"Dia ngga pamit sama kamu?"
Ayka menggeleng pelan.
"Sabar sayang, kamu jangan berfikir negatif dulu, Asha pasti balik kok," hibur sang bunda.
Ayka tidak menjawab, ia hanya memeluk bundanya semakin erat. Rasanya, Ayka benar-benar takut Asha pergi. Entah, kenapa Ayka bisa secengeng ini. Apa mungkin karena Asha adalah cinta pertamanya? Atau mungkin Ayka benar-benar tulus dengan bule itu hingga tidak ingin kehilangannya?
Sungguh, untuk saat ini Ayka tidak tahu dengan isi pikiran dan juga hatinya, semua terlihat abu-abu.
_Ariskatiwi_
KAMU SEDANG MEMBACA
BIGASHA |-END-|
Teen FictionTerlanjur cinta itu bukan hal sepele. Apalagi, jika cinta terhalang perbedaan kasta, negara serta agama, apa yang akan terjadi? Berpisah atau bertahan? °°° Kalau penasaran sama ceritanya langsung baca aja. Jangan lupa intip biodata mereka di part p...