25 | Cantik

333 37 4
                                    

Sebelum baca, jangan lupa untuk kasih vote ya! Lalu tinggalkan komen. Udah gratis, dapat pahala pula karena bikin orang seneng >_< oke, ya? >_<

Happy reading ✨
-------------------------------

25. Cantik

Irfan berjalan dengan wajah datarnya menuju ke arah Karen yang sedang duduk di salah satu bangku kantin seraya memainkan HP-nya. Setelah tiba, dia meletakkan pesanan mereka berdua ke atas meja. Biasa, burger. Irfan hanya mengikuti Karen saja, padahal dia tidak terlalu menyukai menu itu.

"Makasih," ujar Karen dengan senyumnya.

"Sama-sama." Irfan mengembangkan senyumnya yang terlihat sedikit berbeda, terlihat kaku daripada biasanya.

Irfan menatap Karen yang menikmati burgernya, senang sekali dia melihat pemandangan itu. Entahlah, hanya senang saja. Dan hal itu, bisa membuat rasa kesalnya pada Karen sedikit hilang. Irfan kesal pada Karen? Betul, kalian tidak salah baca kok. Dia kesal karena mendengar berita bahwa kemarin Karen bolos lagi, dan tadi pagi mendapatkan surat peringatan lagi. Membuatnya menyesal karena kemarin tidak datang ke sekolah. Kalau saja datang, dia bisa mencegah Karen untuk tidak bolos.

"Jangan ngeladenin Sabrina, Ren. Dia itu anak penyumbang sekolah," ucap Irfan di sela-sela makannya.

Karen menghentikan makan burgernya, kunyahan masih berada di mulutnya, membuat pipinya menjadi bulat. Mood-nya yang tadi sudah membaik, sekarang malah memburuk lagi hanya karena mendengar ucapan Irfan tadi.

Karen sekarang mengalihkan pandangannya pada Irfan. Menatap lawan bicaranya datar. "Terus karena dia anak penyumbang sekolah dia berhak gitu buli orang?" tanyanya, bernada kesal.

Irfan menggeleng pelan, "Bukan gitu juga. Sebaiknya kita cari aman."

Karen memutar bola matanya malas, kemudian lalu melanjutkan kunyahannya. "Oh, jadi ini alasan kenapa lo waktu itu diem aja pas mereka buli lo? Alasan karena mereka adalah anak penyumbang sekolah?" Karen menarik sudut bibirnya. Kesal rasanya, harta memang membuat semua orang tunduk.

"Lo tahu sendiri. Gue itu cuma anak yang dapet beasiswa. Beasiswa gue bisa dicabut kapan aja kalo gue bikin ulah." Irfan menyunggingkan senyum nyerinya. Fakta ini membuat dadanya sakit.

"Kalo ada masalah jangan bolos, Ren. Inget, lo udah dapat surat peringatan kedua. Jangan sampe ke angka lima, Ren. Nanti lo bisa dikeluarin," ucap Irfan, "dan maaf karena kemarin gue nggak berangkat jadi nggak bisa bantu masalah lo."

Karen tak merespon ucapan Irfan. Ada rasa kesal dan kasihan mendengar ucapan Irfan tadi. Faktanya dia juga di posisi sama dengan Irfan sekarang. Sama-sama orang yang tidak punya uang, yang berarti bisa ditendang kapan saja dari sekolah ini jika berbuat ulah. Fakta yang menyakitkan.

"Boleh gabung?" tanya seseorang yang datang tiba-tiba dengan makanan di tangannya.

Karen dan Irfan menatap pemilik suara. Kesal, itu yang langsung Karen rasakan. Dan kaget, itu yang Irfan rasakan. Pasalnya, orang itu adalah Ryan.

"Karena cuma diem aja gue anggap boleh, ya?" Ryan lalu menjatuhkan bokongnya di kursi depan Karen dan Irfan.

"Lo ngapain sih di sini?" tanya Karen, ketus. Kemudian matanya menatap sekeliling, dan benar, sekarang mereka menjadi tontonan anak-anak yang berada di kantin. Tentu saja aneh, Ryan anak populer kenapa bisa duduk di sana? Padahal sebelumnya mereka tidak pernah sama sekali melihat Ryan makan bersama orang lain selain kedua sahabatnya.

Ethereal [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang