09 | Ray Goblok

444 67 11
                                    

Sebelum baca, jangan lupa untuk kasih vote ya! Lalu tinggalkan komen. Udah gratis, dapat pahala pula karena bikin orang seneng >_< oke, ya? >_<

Happy reading ✨
--------------------------------

09. Ray Goblok

Cuaca pagi ini benar-benar panas. Padahal baru jam tujuh lebih lima belas menit. Membuat anak kelas X MIPA 2 mengeluh kepanasan. Padahal dua AC kelas sudah menyala.

Bel masuk sudah berbunyi. Murid X MIPA 2 segera berjalan menuju lokernya masing-masing untuk meletakkan HP-nya.

Sabrina yang sedang meletakkan HP-nya itu melirik sinis ke arah Karen yang ada di sebelahnya. Karen yang tadinya biasa saja itu sekarang mengomel kala cewek itu dengan sengaja menabrak bahunya sebelum duduk ke bangkunya.

"Apaan sih?! Nggak jelas!" omelnya pelan. Sejujurnya Karen tahu kenapa cewek itu bersikap seperti itu. Pasti Sabrina itu masih kesal dengan kejadian waktu itu. Tapi biarlah, dia tidak takut lagi pula.

"Selamat pagi anak-anak!"

Keadaan kelas yang tadi sedikit berisik kini langsung tenang ketika Pak Edi memasuki ruang kelas dengan buku di tangannya.

"Pagi, Pak!"

"Lebih cepat dari yang ku duga," ujar Galang pelan. Wajahnya berubah jadi malas, padahal tadi sedang cengengesan dengan Jali.

"Sudah siap? Baik, mari kita langsung presentasi saja. Kelompok siapa yang akan maju duluan?" Pertanyaan dari Pak Edi berhasil membuat suasana menjadi tegang. Tanpa sadar, beberapa murid meneguk ludah.

"Bagaimana kalo kelompok, Vio?" tanya Pak Edi sebelum mereka menjawab pertanyaannya tadi.

"Vi, jangan, Vi!" cegah Lina pelan. Cewek itu menggelengkan kepala sambil menarik lengan baju Vio dari belakang.

"Baik, Pak," jawab Vio tidak takut sedikitpun. Berbeda dengan kedua sahabatnya; Salsa dan Lina. Mereka terlihat takut. Tentu saja, untuk apa anak seperti Vio takut. Biasanya juga malah dia sendiri yang meminta untuk maju duluan.

"Shit, Vio!" Lina mengumpat lagi pelan. Tak punya pilihan, dia ikut bangkit dan berjalan ke depan kelas dengan wajah pasrahnya.

Sedangkan itu, di bangkunya masing-masing, Ryan dan Galang tengah bingung. Pasalnya Ray belum juga memunculkan diri. Peraturan dari Pak Edi selalu saja membuat mereka susah. Bukan peraturannya sebetulnya, Ray. Iya, Ray yang membuat segalanya rumit, datang selalu saja terlambat.
---
"Ingat semuanya, saya tidak mau kalian absen di mata pelajaran saya minggu depan. Apalagi telat. Awas Ray!" ucap Pak Edi seraya menatap Ray, memperingatkan anak yang paling sering telat setiap harinya.

"Iya, Pak." Ray menggaruk tengkuknya. Wajahnya mah jangan ditanya, malas sekali dia kelihatannya. Membuat murid-murid menertawakannya.

"Jika ada yang absen, apa lagi datang terlambat. Saya tidak akan menerima dia untuk mengikuti pelajaran saya sampai akhir semester."

"Jadi, jika teman kelompok kalian ada yang tidak hadir, otomatis kalian juga tidak akan bisa mengikuti pelajaran saya sampai akhir semester."
---
Vio membuang napas pendek ketika tiba di depan kelas, lalu menatap satu per satu murid-murid yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

Ethereal [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang