89 | Memilih Ikhlas Dan Memaafkan

237 32 7
                                    

Sebelum baca, jangan lupa untuk kasih vote ya! Lalu tinggalkan komen. Udah gratis, dapat pahala pula karena bikin orang seneng >_< oke, ya? >_<

Happy reading ✨
--------------------------------

89. Memilih Ikhlas Dan Memaafkan

Hari ini adalah hari kedua setelah Ray memenangkan perlombaan. Banyak yang berubah setelah dia memenangkan lomba itu. Tempat les yang ramai kembali, Pak Jaka yang kembali mengajar les, pemilik tempat les yang sudah tak meneleponnya 3 kali dalam sehari. Oh iya, bahkan dirinya juga ditawari untuk menjadi pengajar les di salah satu tempat les dengan bayaran yang lumayan. Tapi masih dia pertimbangkan, takut ada kesibukan lainnya.

"Morning, Sayang." Henny menyapa anaknya yang tengah berjalan turun dengan muka bantalnya.

"Morning, Mah."

"Yuk sarapan."

Dengan langkah yang semakin dekat, Ray mengangguk. Setelah sampai, dia mengambil duduk di salah satu kursi dapur. Mengambil gelas, lalu menuangkan air putih ke dalamnya dan meneguknya.

"Mamah masak sendirian? Bi Iyem mana?"

Henny yang tengah memindahkan masakan yang sudah dimasak ke piring pun menoleh. "Bi Iyem lagi belanja. Buat acara besok."

Ray ber-oh ria. Dia sempat melamun. Memikirkan rencana yang dibuat mamahnya besok. Mamahnya hendak membuat acara untuk merayakan hari ulang tahunnya ke 17. Bahagia? Tentu saja. Ini akan menjadi perayaan ulang tahunnya bersama mamahnya setelah sekian lama. Tapi ada juga yang membuatnya sedih, Karen tidak ada di sini. Padahal jika ada, semuanya akan terasa sempurna.

"Udah nyatetin nama orang-orang yang mau kamu undang?"

Ray tersadar, lalu menoleh ke arah mamahnya. "Aku undang lewat online aja, ya, Mah."

Henny terkekeh ringan. Kini dia sudah selesai meletakkan masakannya di meja makan. Dia duduk. "Ya udah, terserah kamu aja."

***

Ray kini sudah berada di kamarnya setelah selesai sarapan. Dia duduk di kursi, tangannya memegang pena, tengah menulis sesuatu di surat undangan.

Setelah selesai menulisnya, dia memotretnya. Lalu memasuki aplikasi WhatsApp. Membuka grup "XI MIPA 2".

Anda mengirim foto
                    Besok gue ngadain pesta ulang tahun.
                    Yang bisa datang, silakan datang.
                    Nggak usah bawa hadiah.
                    Gue nggak suka dikasih hadiah. 09.31

Jali friend
Sip. Gue datang kok. 09.32
Kiko enak tahu
Gue juga. 09.32
+62××××××××××          ~Nami
Gue juga. 09.33
+62××××××××××          ~Vika
Sekalian ketemu melepas rindu. 09.33
Solihin friend
Oke. 09.34

Sebelumnya, Ray memang belum keluar dari grup itu walaupun dirinya bukan bagian dari SMA Elang lagi. Dan kenapa dia mengundang teman di sekolah lamanya bukan teman di sekolah barunya, karena dirinya belum kenal siapa-siapa di sekolah barunya. Lagi pula dirinya ingin bertemu teman-teman di sekolah lamanya lagi.

Ray tersenyum melihat respon cepat dari teman-temannya. Kemudian dia keluar dari room chat itu. Memencet nama grup "Kumpulan anak tampan kecuali Galang".

Wajahnya datar. Benar, dia lupa kalau kedua sahabatnya, ralat, entah harus dia panggil apa Ryan dengan Galang itu, mereka berdua sudah keluar dari grup itu. Tinggal dia seorang. Grup yang biasa mereka gunakan untuk mengobrol topik tak jelas rasanya kini hanya tinggal kenangan. Sial. Hatinya malah nyeri.

Ethereal [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang