10 | Oppa Korea

431 61 7
                                    

Sebelum baca, jangan lupa untuk kasih vote ya! Lalu tinggalkan komen. Udah gratis, dapat pahala pula karena bikin orang seneng >_< oke, ya? >_<

Aku ngucapin banyak terima kasih untuk siapapun yang baca cerita ku yang panjang-panjang ini😂  Love❤️

Happy reading✨
------------------------------

10. Oppa Korea

"Lo percaya, Ren?"

"Kayaknya beneran deh, Ren. Itu asli, kulit pipinya ngelupas gitu. Kasihan."

"Kasihan banget. Kayaknya perlu di operasi deh."

"Ngeri banget lihatnya. Pasti sakit banget."

"Lo---?"

Karen menghela napas kesal. "Nggak! Itu tuh make up. Lo nggak bisa bedain? Sumpah ya, mereka goblok. Masa nggak bisa bedain asli apa nggak." Karen memotong ucapan Irfan. Telinganya bosan mendengar Irfan berbicara terus sedari tadi. Apa lagi yang dibicarakan adalah cowok itu. Menyebalkan.

"Gara-gara cowok rese itu presentasinya gagal deh. Lagian kenapa gue tadi diem aja sih?" Karen merasa aneh sendiri, harusnya tadi dia bilang kepada Pak Edi. Entahlah, dia jadi merasa bodoh sendiri.

"Kok lo tahu?" tanya Irfan takut-takut.

Tatapan datar yang hanya diberikan oleh Karen. Dia malas berbicara, sungguh. Kemudian, dia langsung bersiap kala bel istirahat berbunyi. Ngomong-ngomong, di kelas ini hanya ada Karen dan Irfan. Pasalnya yang lain pergi mengantar Ray.

"Ke kantin yuk, Ren."

Tak menjawab, Karen langsung saja berjalan keluar. Disusul oleh Irfan dari belakang.

"Kok lo bisa bedain sih, Ren? Gimana caranya?" tanya Irfan ketika mereka berjalan bersebelahan di koridor kelas. Entah kenapa, Karen kali ini tidak protes ketika Irfan meminta ke kantin bersama.

"Biar gue aja yang pesen, lo duduk duluan aja. Lo mau apa?"

Pergerakan kaki Karen lantas ikut berhenti ketika cowok di sampingnya berhenti. "Es jeruk. Airnya dikit aja, esnya banyakin," jawabnya.

"Makannya nggak, Ren?"

"Bakso aja."

"Oke, tunggu ya."

Karen merogoh uang di kantong bajunya, lalu memberikannya ke Irfan. Namun tidak jadi, karena cowok itu sudah pergi memesan. Baiklah, dia akan memberikannya nanti saja ketika Irfan kembali. Sekarang, dia memilih untuk berjalan menuju bangku kantin yang kosong.

***

"Kok susah sih hilangnya?!"

"Mampus!" ejek Ryan, jengkel.

"Bantuin dong, woi!"

"Bodo amat! Lu sih banyakan gaya!" balas Galang, kesal.

Ryan dan Galang memandang kesal cowok; Ray yang sedang sibuk membersihkan wajahnya di depan kaca kamar mandi kafe Paradise.

Ray mendesis seraya melirik ke arah kedua sahabatnya. "Tai lo berdua. Nggak bermanfaat banget dikasih nyawa!"

"Bodo amat, anjir! Elu nya aja yang goblok!" Galang meloloskan satu jitakan ke kepala Ray.

Ethereal [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang