59 | Terbongkar

263 33 4
                                    

Sebelum baca, jangan lupa untuk kasih vote ya! Lalu tinggalkan komen. Udah gratis, dapat pahala pula karena bikin orang seneng >_< oke, ya? >_<

Happy reading ✨
------------------------------


59. Terbongkar

Selesai mengikat tali sepatu yang lepas, Karen berjalan masuk ke dalam sekolah. Dan baru saja kakinya melangkah belum banyak, dia merasa aneh. Aneh sebab hampir semua murid menatapnya sambil berbisik-bisik. Sebenarnya Karen tidak merasa heran, dia sudah mengalami hal ini hampir setiap hari setelah pindah ke sini. Tapi, kali ini rasanya berbeda.

Karen mematikan lagu yang dia putar tapi tidak mencabut earphone dari telinganya, berusaha mendengarkan apa yang sedang diucapkan oleh anak-anak.

"Beneran dia orangnya?"

"Wah, bisa-bisanya masuk ke sekolah ini."

Karen terkejut mendengarnya walaupun wajahnya tidak terlalu menunjukkan. Ucapan mereka sebenarnya mengarah ke mana? Kenapa terdengar berbeda dari biasanya?

Saat akan memasuki gedung sekolah, Karen juga menatap barisan anggota OSIS yang menatapnya seraya memasang wajah jijik. Semakin membuatnya bingung.

Setiap langkah Karen terasa dikutuk. Dia merasakan sesuatu telah terjadi. Tapi dia benar-benar belum menemukan jawabannya. Mereka hanya sibuk berbicara tapi entah menuju ke mana. Dan itu membuat jantungnya berdegup kencang memikirkan alasan dibalik sikap mereka.

Dan saat kakinya melangkah memasuki kelas, dirinya juga kembali menjadi pusat perhatian teman sekelasnya. Dia semakin yakin, sesuatu telah terjadi.

"Fan, mereka kenapa, ya? Dari tadi gue jadi bahan obrolan mereka tanpa tahu alasannya. Gue emang udah biasa dapet ini, tapi kali ini rasanya beda. Sesuatu kayaknya udah terjadi." Karen yang barusan duduk di kursinya dan melepas tas itu langsung bertanya pada Irfan, berharap sahabatnya itu tahu sesuatu. Dan Irfan yang melihat Karen tidak tahu apa-apa itu merasa sedih. Dia bingung harus menjawab apa.

"Fan? Lo tahu sesuatu?" Karen semakin dibuat bingung. Teman kelasnya dan bahkan para murid yang entah sengaja atau tidak, berkumpul di samping kelasnya sambil menatapnya dan tetap berbisik-bisik. Dan Irfan juga yang ikut-ikutan diam.

"Oh jadi ini."

Mendengar suara dari samping, Karen menoleh. Mendapati Sabrina dengan para sahabatnya yang tengah menatapnya mengintimidasi. "Maksud lo?" sahutnya.

Sabrina terkekeh langsung melihat sikap Karen, disusul oleh sahabatnya. Dia pun menjawab dengan entengnya, "Jadi lo anak koruptor itu?" Dan pertanyaan Sabrina berhasil menyita perhatian semua murid. Semuanya semakin kencang menggunjingi Karen.

Sungguh, mendengarnya Karen merasa sudah tidak waras. Jantungnya berdegup kencang, kakinya gemetar bahkan mulutnya enggan membuka karena takut. Mereka tahu? Dari mana?

"Wah, nggak nyangka gue." Satu kalimat keluar dari mulut Ayu. Membuat Karen semakin ketakutan.

"Ren," lirih Irfan. Ya, dari banyaknya orang hanya Irfan lah yang tidak bersikap jahat. Dia merasa cemas melihat sahabatnya.

Karen tahu, bersikap seperti ini akan membuatnya semakin dihujat. Sekalipun nanti akan ketahuan, setidaknya dia harus bersikap kuat. Maka dari itu, dia memberanikan bertanya, seolah tidak mengerti apa-apa, "Maksud lo?"

Ethereal [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang