79 | Lebih Baik Kehilangan Sementara Daripada Selamanya

185 29 4
                                    

Sebelum baca, jangan lupa untuk kasih vote ya! Lalu tinggalkan komen. Udah gratis, dapat pahala pula karena bikin orang seneng >_< oke, ya? >_<

Happy reading ✨
--------------------------------

79. Lebih Baik kehilangan Sementara Daripada Selamanya

Ray terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara yang sedikit mengganggunya dari bawah, bukan, maksudnya bukan di bawah ranjangnya, tapi di lantai bawah.

Dia mengucek-ngucek matanya, lalu dengan tenaga yang dia miliki, dia meraih HP dari atas nakasnya. Mengecek jam. Sekarang pukul 9 pagi. Dan tidak lupa, dan memang inilah yang paling penting, dia membuka room chat-nya dengan Karen. Wajahnya langsung saja masam ketika melihat respon chat dari pacarnya itu.

Singa betina ❤️

                                    Udah di rumah kan? 22. 11
                            Atau masih di restoran? 22. 11                                                                    Ren? 22.15
                                                         Karen? 22. 15

                          Karen, lo udah tidur? 22.16
 

        Yaudah, selamat malam❤️ 22. 17

Udah. 23.07
Nggak. 23.08

Ray menautkan alisnya dalam. Setelah kemarin dia pergi tanpa izin, sikap Karen langsung saja berubah. Entah disengaja atau tidak, membalas chat pun lama sekali. Bahkan, ketika kemarin dia kembali ke rumah sakit setelah menemui Vio pun Karen sudah tidak ada di sana. Tapi dia tidak mau ambil pusing, pikirnya mungkin Karen sibuk atau lelah butuh istirahat.

Singa betina ❤️

Selamat pagi, Sayang❤️. 08.42


Benar, dia hampir lupa. Niatnya kan bangun hendak mengecek ada keributan apa di bawah. Dia menyingkap selimutnya, kemudian berjalan ke bawah hati-hati, dia belum sepenuhnya pulih walaupun sudah boleh pulang.

Langkahnya pelan sekali sampai akhirnya benar-benar berhenti tepat sekitar 10 meter sebelum mendekati dapur. Matanya menatap kaget ke depan.

"Udah siap, Bi?"

Bi Iyem mengangguk seraya tersenyum. "Udah, Nya. Coba rasain."

Henny mendekat, meraih sendok lalu menyeruput sesendok sup ayam yang baru saja selesai dimasak. Kemudian, dia mengangguk dengan matanya yang berbinar. "Enak, Bi."

Bi Iyem yang melihat pergerakan Ray yang mendekati mereka pun tersenyum menatap Ray. "Itu Den Ray, Nyonya."

Henny yang posisinya membelakangi Ray pun berbalik. Wajahnya datar, menatap putranya yang menatapnya dengan tatapan kagetnya.

"Mamah?"

Kedua ujung bibir Henny perlahan terangkat membentuk senyuman tipis. Dia mengangguk kuat. Matanya berkaca-kaca.

"Mamah ngapain di sini?"

Detik itu juga, hati Henny sakit, layaknya disayat. Apakah kehadirannya tidak diinginkan oleh anaknya?

Ethereal [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang