74 | Fakta-Fakta Itu

206 34 13
                                    

Sebelum baca, jangan lupa untuk kasih vote ya! Lalu tinggalkan komen. Udah gratis, dapat pahala pula karena bikin orang seneng >_< oke, ya? >_<

Lebih baik siapkan hati yang kuat. Di part ini, kalian akan dibuat tidak percaya. Banyak hal yang akan membuat kalian terkejut.

Happy reading ✨
--------------------------------

74. Fakta-Fakta Itu

Pembagian raport sudah dilaksanakan, semua murid segera berjalan keluar kelas untuk pulang ke rumah. Bersiap-siap mendapat pujian atau omelan dari orang tua masing-masing sesuai dengan hasil dari nilai raport mereka.

Karen mengambil barang-barangnya dari loker dengan perasaan tak bersemangatnya. Hanya gara-gara sikap Ray tadi, dirinya menjadi kesal hingga selama ini.

"Ren?"

Karen menengok ke samping, menatap Irfan yang sedang menatapnya seraya tersenyum. "Iya?" sahutnya.

"Gue mau ngomong sesuatu, boleh?"

"Ngomong apa? Ngomong mau nraktir gue karena dapat rangking 2?"

Irfan terkekeh, "Bukan. Tapi kalo lo punya waktu juga boleh."

Karen tersenyum lebar, "Wah, serius?"

Irfan mengangguk cepat.

"Oke. Nanti gue kabarin, ya. Nanti kapan-kapan gue main ke rumah lo juga, Amanda dan Satriya mau main ke sini libur nanti."

"Oh, ya?"

"Iya. Oh iya, mau ngomong apa?"

Karen dan Irfan sekarang mengambil posisi duduk di bangkunya. Duduk berhadapan, menatap satu sama lain. Hanya saja, Irfan menatap Karen dengan sedikit tidak nyaman.

"Ren, lo bahagia pacaran sama Ray?"

Karen mengerutkan keningnya, "Maksudnya?"

"Lo bahagia pacaran sama dia?"

Karen semakin dibuat bingung. Selain karena merasa aneh Irfan bertanya pertanyaan semacam itu secara tiba-tiba, nada bicara Irfan juga terdengar menuntut.

Baru saja Karen akan menjawab, HP-nya berdering. Dia menatap layar HP-nya, tertera nama Pak Jaka di sana, membuatnya sedikit bingung. Untuk apa Pak Jaka meneleponnya? Tak mau membuat Pak Jaka menunggu lama, dia pun menggeser tombol hijau.

"Hallo, Pak. Iya, waalaikumsalam Ada apa ya, Pak?"

"---"

"Emangnya ada apa, Pak?"

"---"

Pegangan tangan Karen di HP-nya meregang, tangannya menjadi lemas hampir membuat HP-nya jatuh. Bahkan tanpa sadar, air matanya meleleh begitu saja.

"Ba-bapak serius?" Suaranya bergetar.

"---"

"Iya, Pak. Gue ke sana sekarang."

Tut. Sambungan telepon terputus. Karen menatap Irfan penuh kekosongan, membuat Irfan menatapnya penuh tanda tanya.

"Ada apa, Ren?" Irfan bertanya dengan cemas.

Karen yang sempat terdiam beberapa detik, sekarang mulai membuka suara dengan mata yang merah sebab menangis, "Ray, dia kecelakaan."

Irfan mangap. Dia terkejut sekali sampai tidak bisa berkata-kata.

Karen shock. Dia hanya diam saking kagetnya. Air matanya masih mengucur membasahi pipi. Dia tengah berpikir keras. Berpikir keras kalau dia sekarang tidaklah sedang bermimpi.

Ethereal [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang