Rangga Elano Pangestu

855 40 3
                                    

Aku adalalah kepingan-kepingan luka yang selalu berharap untuk disatukan menjadi sebuah bahagia.

***

Bagaimana mungkin seekor bebek mampu bertransformasi menjadi angsa?

Ya, itu terkesan mustahil dan sangat tidak mungkin. Bahkan di negri dongeng sekalipun.

Rangga Elano Pangestu, cowok berkacamata tebal dengan segala kekurangannya.

Rangga sadar, dia tidak tampan, dia tidak memiliki daya tarik untuk menjadikannya sebagai bagian dari cowok populer di sekolahnya. Dia hanya cowok culun dengan sifat introvert. Dia jauh dari kata sempurna.

Namun apakah dia pantas menerima semua ini?

Apa dia pantas diperlakukan layaknya sampah hanya karena alasan itu?

Apa dia pantas mendapatkan itu semua?

Di-bully, dicaci, dihina dan diinjak-injak.

Apa dia pantas mendapatkan semua itu?

Bukan hanya psikisnya saja yang menjadi sasaran, namun fisiknya juga ikut dibuat cedera.

Terkadang Rangga heran pada orang-orang yang dengan seenak hati merundungnya karena penampilan fisik semata. Memangnya apa yang salah dengan itu?

Toh, dia tidak berbuat sesuatu yang dapat merugikan serta membahayakan mereka.

Bahkan sebagai Introvert dia hanya diam, tidak mengganggu.

Lantas kenapa mereka sebenci itu padanya?

Apa fisik menjadi point utama agar seseorang dapat dihargai?

Apa iya?

Jika iya, betapa kurang beruntungnya dia. Dia tidak mungkin menyalahkan takdir, ia tidak ingin menjadi manusia yang kurang bersyukur.

Seperti saat ini, suasana di sekitarnya yang mula ramai dengan canda dan tawa kini berubah menjadi bisikkan tajam yang mampu membuat telinga Rangga memanas.

Tiara yang berada di samping Rangga pun turut merasakan aura yang sama. Aura mengerikan yang pekat. Cewek itu mengeratkan pelukkannya pada lengan kanan Rangga dan menundukkan kepalanya dalam.

Rangga tidak tahu sejak kapan koridor sekolah memiliki aura mencekam yang begitu pekat, yang jelas dia sudah terlampau sering merasakannya.

Bahkan sejak pertama kali dia menginjakkan kakinya di sekolah ini. Dia sudah merasakan aura itu.

"Pasangan terculun di sekolah kita udah dateng guys. Ayo guys menyingkir, beri mereka jalan. Omong-Omong, Liat deh guys mereka lengket banget. so sweet ya guys? Saking so sweetnya gue mau muntah lihatnya! Sumpah! gue jijik banget ngeliat kalian!" ujar perempuan berponi di hadapannya, dia menatap jijik Rangga dan Tiara.

Sedangkan siswa-siswi lain hanya tertawa menghina.

Rangga menunduk, dia tidak membalas ucapan pedas yang baru saja terlontar dari mulut perempuan berponi yang ditunjukkan untuknya. Cowok itu tidak ingin memperpanjang masalah.

Katakan Rangga pengecut, penakut, atau apapun itu. Karena sungguh dia tidak perduli.

Dia tahu semakin ia melawan maka masalah akan bertambah menjadi semakin rumit.

Rangga belajar dari pengalaman. Dia sadar dia bukan berada dipihak yang menguntungkan jika dia melawan.

Rangga kalah jumlah.

HIM (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang