Tiga belas

93 18 3
                                    

Rangga berjalan di koridor sekolah dengan perasaan aneh. Ia merasa bahwa semua orang yang ada di sana menatapnya dengan tatapan terpana, bahkan sesekali mereka saling berbisik.

Apa karena penampilannya? Tetapi Rangga merasa ia tidak begitu merombak habis penampilannya. Ia hanya mengubah gaya rambut dan juga kacamatanya.

Saat itu, sebelum mereka benar-benar pulang ke rumah. Vita mengajak Rangga ke barbershop lalu memaksa cowok itu untuk memotong rambutnya.

Awalnya Rangga menolak, namun setelah melihat reaksi Vita yang mulai kesal dan berakhir merajuk membuat Rangga mau tidak mau menuruti permintaan cewek itu.

Karena Rangga tidak tahu harus memilih model rambut seperti apa, akhirnya Vita juga yang harus turun tangan untuk memilihkannya. Vita memilihkan Rangga potongan rambut gaya Undercut.

Vita merasa bahwa itu adalah gaya rambut yang cocok untuk Rangga. Terlebih jika dipadukan dengan kacamata baru cowok itu, Vita yakin Rangga akan lebih keren dan berwibawa dengan penampilan barunya itu.

Sedangkan Rangga hanya bisa pasrah dan menuruti permintaan cewek itu. Ia tidak mau kejadian di cafe beberapa waktu yang lalu terulang kembali. Ia tidak mau Vita kembali merajuk dan berakhir mengabaikannya.

Mengetahui Rangga menuruti permintaanya membuat Vita tersenyum senang.

Selang beberapa lama akhirnya Rangga keluar dengan penampilan barunya yang mampu membuat orang tersihir dengan pesonannya.

Vita yang melihat penampilan Rangga  yang sekarang pun dibuat menganga dan terkagum-kagum.

Oke, itu berlebihan namun itu kenyataannya. Vita dibuat sulit bernapas untuk beberapa detik.

"Lo beneran Rangga, 'kan?" tanya Vita yang masih belum percaya dengan perubahan signifikan dari seorang Rangga Elano Pangestu.

"Iya ini aku. Memangnya kenapa? Aku jelek, ya?"

Vita menggeleng kencang. "Enggak, lo enggak jelek. Bahkan lo enggak ada jelek-jeleknya sekarang. Lo keren parah. Gila gue aja sampe enggak ngenalin lo," ujar Vita heboh.

Sedangkan Rangga hanya tersenyum tipis dan menggeleng pelan. "Berlebihan."

"Terserah lo mau bilang apa, yang jelas gue berkata apa adanya. Gue enggak peres atau apalah itu. Gue jujur."

"Iya, iya. Aku percaya kok."

"Dan gue juga yakin enggak akan ada lagi yang bakal bully lo." ucap Vita yakin.

"Kalau untuk itu aku enggak mau berharap lebih, Tapi semoga aja apa yang kamu katakan itu benar." ungkap Rangga.

Dan sepertinya apa yang dikatakan Vita benar-benar terjadi. Saat ini tidak ada lagi tatapan penuh hina seperti dulu. perempuan yang dulu menatapnya dengan penuh benci, kini berubah menjadi tatapan penuh damba.

Kalau boleh jujur Rangga tidak ingin ditatap dengan cara seperti itu. Ia tidak nyaman. Ia merasa risi. Tetapi ia juga tidak ingin ditatap penuh dengan kebencian, ia hanya ingin mereka menatapnya dengan tatapan biasa.

Namun ya sudahlah Rangga tidak ingin ambil pusing. Ia tidak akan ambil pusing selama itu tidak merugikannya.

Saat di pertengahan jalan menuju kelasnya tanpa disengaja Rangga bertemu dengan mantan kekasihnya, Tiara. Namun cewek itu tidak sendiri, ia ditemani ketiga temannya.

Sama seperti yang lain, Tiara pun sempat terperanjat dengan penampilan baru sang mantan kekasih. Ia terenyak untuk beberapa saat.

"Rangga, ini ... kamu?" tanya Tiara dengan mimik wajah shock yang kentara.

HIM (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang