Lima belas

97 18 0
                                    

Sore harinya Vita sudah berada di cafe tempat Rangga bekerja. Ia tidak sendiri, Angle dan Karin ikut bersamanya.

Saat ini mereka sedang duduk sembari menikmati smoothie-nya.

Vita mengedarkan pandangannya. Menyusuri setiap sudut ruangan, namun tidak ia lihat keberadaan Rangga di mana pun.

Pandangannya mengarah pada para pelayan cafe, namun Rangga tidak ada di antara gerombolan itu.

Lagi, ia mengalihkan pandangannya dari para pelayan cafe ke arah kasir. Namun lagi-lagi orang yang ia cari tidak ada di sana.

Lalu apa sebenarnya pekerjaan yang Rangga kerajakan?

Apa Rangga seorang koki?

Saat matanya ingin beralih memandang ke arah sudut sebelah kiri, tiba-tiba Angle bersuara. Sehingga membuat atensi Vita mengarah padanya.

"Vit, ada apa sih? Dari tadi gue lihatin lo kayak orang yang lagi gelisah gitu, emang ada apa sih?" tanya Angle yang merasa heran dengan sikap aneh Vita.

"Enggak, gue enggak apa-apa kok, gue cuma lagi nyari seseorang aja," jawab Vita jujur.

Karin mengkerutkan dahinya. "Seseorang?"

"Siapa?" tambah Angle.

"Ada, tenang aja nanti gue kenalin sama kalian," ujar Vita seraya tersenyum miring.

Angle berdecih sinis. "Enggak usah sok berlagak misterius! Tampang lo jatuhnya mirip psycopat!"

"Iya, Vi. Ngeri gue lihatnya," sahut Karin.

Di saat ketiga perempuan itu larut dalam obrolan, suara tepuk tangan mengalihkan antensi mereka. Dengan kompak mereka menoleh ke arah di mana semua mata tertuju.

Vita menoleh ke samping kirinya, tepat di panggung berukuran sedang, di sana ia melihat sosok laki-laki yang postur tubuhnya sudah sangat ia kenali. Tidak begitu atletis namun terlihat tegap. Tidak terlalu tinggi tetapi pas untuk lelaki seusianya.

Dan Vita tahu siapa orang itu, meskipun dia memakai topeng untuk menutupi wajahnya. Ia tahu.

Dia, lelaki yang ada di sana itu adalah orang yang ia cari beberapa menit yang lalu. Dia ... Rangga. Vita berani sumpah jika itu benar-benar cowok itu.

Sekarang ia tahu apa pekerjaan Rangga.

Di sana Rangga terlihat keren dengan pakaiannya. Cowok itu memakai kaus oblong putih polos dibalut dengan jaket denim berwarna hitam pudar lalu dipadukan dengan celana jeans hitam dan sneakers putih polos.

Tidak hanya itu, di wajahnya pun terpasang topeng dengan perpaduan dua warna, yaitu warna emas dan hitam. Dengan warna emas yang lebih dominan. Topeng itu menutupi bagian mata dan hidung Rangga.

Untuk sesaat Vita lupa bagaimana cara bernapas dengan benar. Ia terlalu sibuk mengagumi keindahan Rangga sampai-sampai ia tidak sadar bahwa ia sedari tadi menahan napas.

Rangga mendudukkan dirinya di atas kursi, matanya ia edarkan ke segala arah dan berhenti di satu titik, titik di mana Vita berada. Ia menatap manik Vita yang juga sedang menatapnya tanpa berkedip.

Diam-diam Rangga merasa hatinya menghangat. Ia mengukir senyum lembut yang terlihat begitu tulus.

Senyum itu mampu meluluh-lantahkan hati setiap gadis yang melihatnya.

Suasana di dalam cafe mendadak riuh oleh teriakan para gadis dan ibu-ibu yang terjerat dalam senyum penuh pesona milik Rangga.

Untuk sesaat Rangga terenyak, hatinya sedikit bergetar. Dalam batinya ia bertanya, apa seperti ini rasanya menjadi good looking? Dihargai dan menjadi pusat perhatian. Apa seperti ini rasanya?

HIM (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang