Dua puluh

94 18 0
                                    

Embusan angin menerpa wajah dan rambut Rangga, mengantarkan hawa dingin yang begitu menusuk hingga ke tulang.

Kepala Rangga menengadah memandang bintang-bintang yang berkelap-kelip indah. Tangannya ia rentangkan, lalu matanya ia pejamkan.

Membiarkan dinginya angin malam menerpa tubuhnya yang mulai menggigil.

Rangga menghirup dalam udara di sekitarnya, lalu mengembuskannya secara perlahan. Mencoba untuk membuat dirinya lebih tenang.

Bayang-bayang kejadian di rumah bersama kakak dan ayahnya, kejadian di depan pintu ruang OSIS, dan kejadian di taman sekolah dua hari lalu masih saja berputar-putar di otaknya.

Seperti kaset rusak, bayang-bayang itu tak bisa Rangga hentikan dan terus saja berputar-putar tanpa ia minta.

Rangga memang orang yang memiliki kepribadian introvert dan cenderung cuek, namun untuk orang yang dia sayang, itu menjadi pengecualian.

Rangga akan menjadi seseorang yang sangat pemikir dan juga perasan, dia akan menjadi pribadi yang berbeda ketika bersama dengan orang yang ia sayang.

Dengan mata masih terpejam, Rangga mulai melerai sebagian masalah dalam hidupnya, mencoba untuk melepaskan sebagian beban yang mulai menumpuk dan semakin sulit untuk dibendung.

Untuk masalah dia dan keluarganya, Rangga memutuskan untuk berusaha lebih keras lagi supaya takdir merasa iba padanya dan mengambil peran untuk menyelesaikan masalahnya, meskipun Rangga tidak tahu dia harus melakukan apalagi.

Mengenai Vita, Rangga tidak tahu harus bersikap seperti apa, hatinya sakit, perasaanya ikut terluka, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa selain mengabaikan perasaannya.

Rangga tahu Vita bukan siapa-siapanya, hubungan mereka berdua hanya sebatas teman, mereka tidak memiliki hubungan yang khusus, jadi Rangga sadar bahwa dia tidak berhak untuk cemburu, meskipun perasaan yang Rangga miliki sudah lebih daripada perasaan kepada teman, tetapi tetap saja Rangga merasa bahwa ia tidak memiliki hak.

Dan saat ini Rangga sedang menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya. Di dalam hatinya mendadak tebersit sebuah keraguan, terlebih ketika ia melihat kejadian dua hari yang lalu. Perasaannya semakin tidak yakin.

Dan untuk Tiara, Rangga sudah memaafkan gadis itu, mencoba untuk mengubur dalam-dalam luka hatinya dan mulai membuka hatinya kembali untuk menjalin sebuah pertemanan. Rangga memilih untuk berdamai dengan hatinya dan ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depanya dengan tanpa membawa luka hati atau dendam pada orang lain.

Sentuhan di bahunya membuat Rangga sedikit tersentak, kelopak matanya terbuka dan dia menurunkan kedua tangannya yang sebelumnya ia rentangkan, lalu berbalik menghadap si pelaku.

Rangga tidak terkejut atau pun merasa heran saat mengetahui siapa yang menepuk bahunya, ia sudah menduganya.

"Gue cari lo ke taman sekolah dua hari ini, tapi lo enggak ada, tumben banget sih," celoteh Vita dengan raut wajah kesalnya.

Rangga terkekeh pelan. "Terus kenapa enggak kamu cari aku ke kelas?" tanya Rangga seraya membelai surai hitam Vita dengan lembut.

Vita masih menekuk wajahnya, dia mencebikkan bibirnya dan memalingkan wajahnya.

"Males," jawabnya singkat.

Rangga tersenyum geli, tangan kanannya meraup pipi kiri Vita dan menolehkan wajah cewek itu supaya menghadap dirinya. "Emang ada apa?"

Vita mengubah mimik wajahnya begitu cepat, wajah cemberut itu berubah menjadi semringah dan penuh binar.

"Gue dapat informasi kalau lo ikut ngisi acara buat ulang tahun sekolah selasa depan, sekaligus mewakili kelas lo. Apa itu benar?" tanya Vita dengan semangat yang menggebu-gebu.

HIM (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang