Rangga -35-

73 13 0
                                    

Rangga berdiri dengan bersandar di tembok samping pintu kelas Vita, menunggu sang kekasih tercinta.

Itu bukan kali pertama Rangga melakukannya. Pemuda itu bahkan sudah melakukan hal itu sejak mereka resmi jadian.

Awalnya, banyak mata yang memandang tak percaya dengan apa yang Rangga lakukan. Pasalnya, hal yang mereka ketahui tentang Rangga adalah sosok pemuda pendiam yang
sulit bergaul dan berbaur.

Jadi, akan terlihat aneh jika tiba-tiba saja mereka melihat sosok pemuda yang terkenal pendiam itu sedang berdiri di depan kelas yang bukan kelasnya.

Keheranan mereka bertambah menguat ketika mereka mengetahui siapa orang yang Rangga tunggu.

Mereka semakin penasaran saat mengetahui bahwa orang yang Rangga tunggu adalah Vita.

Namun mereka merasa enggan untuk bertanya, mengingat apa yang telah mereka perbuat pada Rangga di masa lalu.

"Yuk!" ajak Vita saat keluar dari kelas dan mendapati Rangga tengah bersandar di tembok, menunggunya.

Rangga dan Vita melenggang pergi menuju parkiran dengan bergandengan.

Mereka berjalan dengan aura bahagia yang terpancar di wajah keduanya. Itu terlihat dari bagaimana mereka tersenyum.

Rangga menggenggam tangan Vita dengan begitu erat, hingga membuat hati gadis lainya patah.

Berbeda dengan senyum Rangga dan Vita yang memancarkan aura kebahagiaan, gadis itu saat ini tengah tersenyum pahit.

Tiara memandang sepasang kekasih berbahagia itu dengan tatapan sendu.

Ada perasaan menyesal, kecewa, dan marah.

Namun yang paling mendominasi adalah iri.

Tanpa bertanya pun Tiara sudah tahu bahwa hubungan mereka bukan lagi sebatas teman. Tiara tahu, bahkan sangat-sangat-sangat tahu.

Dulu, ia pernah berada di posisi Vita. Namun karena kebodohannya dia malah melepasnya. Dia melepaskan sosok pemuda sebaik Rangga.

Dia masih memandang Mereka. Hatinya merasa miris, ya, memang dulu ia sempat berada di posisi itu, tetapi dalam tingkat yang berbeda.

Dan yang membuatnya berbeda adalah bagaimana cara Rangga memperlakukan antara dirinya dan Vita.

Dia memang pernah menempati posisi itu, tetapi dia tidak pernah mendapatkan perlakuan yang sama seperti yang Rangga berikan pada Vita.

Lantas, bukankah wajar jika ia merasa iri dan cemburu?

Namun mengingat perlakuannya dulu di masa lalu, Dia sadar bahwa dia tidak memiliki hak untuk itu.

Tiara tidak punya hak untuk merasa iri atau pun cemburu.

"Rangga, kita langsung pulang atau gimana?"

"Kamu maunya gimana?"

Vita tampak berpikir sebelum akhirnya bertanya, "Lo hari ini kerja, 'kan ?"

Rangga mengangguk.

"Kalau gitu, kita pulang aja," putus Vita. Ada keengganan di nada suaranya.

Sadar dengan itu Rangga pun berkata, "Aku emang kerja tapi nanti, sekitar jam tujuh malam."

"Sejak kapan?"

"Dua hari yang lalu."

Vita manggut-manggut. "Gimana kalau kita jalan-jalan dulu?"

Rangga mengangguk, lalu berjalan ke arah di mana sepedanya terparkir. Sementara itu Vita berdiri tak jauh dari sepeda Rangga.

Mereka lantas menaiki sepeda onthel itu dan melaju dengan kecepatan normal.

HIM (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang