Empat belas

93 17 0
                                    

Rangga berjalan menghampiri Vita yang masih bergeming di tempatnya. Langkahnya ia bawa cepat.

Rangga mengulas senyum ringan saat ia sampai di hadapan Vita. Rangga mengamati raut wajah Vita dengan saksama.

"Sejak kapan kamu ada di sini?" tanya Rangga pada Vita.

Vita diam, cewek itu malas berbicara. Apa yang ia lihat tadi membuatnya kesal.

Rangga menghela napas berat, sebenarnya Ia kualahan menghadapi sifat Vita yang seperti ini, namun tidak dapat dimungkiri bahwa sekarang ia mulai terbiasa dengan sifat cewek itu yang suka sekali merajuk.

Rangga mengacak lembut puncak kepala Vita. "Kamu kenapa enggak nyamperin aku? Kenapa kamu malah berdiri di sini?" tanya Rangga lembut.

Vita mendongak, menatap Rangga yang saat ini tengah mengulas senyum yang terlihat begitu manis.

"Gue enggak mau," ketus Vita, kepalanya ia palingkan ke sisi kiri.

Rangga tertawa pelan. "Kenapa?"

"Gue enggak suka lihat kalian berduaan. Dan gue juga enggak mau ngerusak momen bahagia kalian berdua dengan hadirnya gue," sarkas Vita yang mana membuat Rangga terkekeh. Cowok itu mengulum senyumnya.

"Kamu ... cemburu?" bisik Rangga tepat di telinga kanan Vita.

Vita melirik Rangga sekilas lalu mendengus kasar. "Enggak, buat apa gue cemburu? Lagian gue siapa lo sampai-sampai gue berhak buat cemburu? Gue bukan pacar lo, karena itu gue sadar kalau gue enggak ada hak buat cemburu sama lo."

Rangga mengela napas berat lalu memejamkan matanya. Mencoba untuk menenangkan perasaannya. Perkataan Vita sedikit menyentil sudut hatinya.

Perlahan kelopak mata itu kembali terbuka, menampilkan Wajah Vita yang kini saling berhadapan dengannya. Rangga mengukir senyum lembutnya, kemudian menatap manik Vita dalam.

"Jadi kamu mau jadi pacar aku?" tutur Rangga seraya mengelus lembut pipi kiri Vita dengan ibu jarinya, hingga membuat Vita membeku beberapa detik.

Vita mengangguk semangat. "Iya gue mau!" seru Vita dengan senyum lebarnya.

"Tapi aku-nya yang enggak mau," ujar Rangga santai.

Senyum lebar yang menghiasi wajah Vita seketika luntur, lenyap dibawa angin harapan palsu. Vita manyun.

Rangga tergelak saat melihat perubahan raut wajah dari Vita, namun tawa itu terhenti saat ia melihat air mata yang jatuh membasahi pipi cewek itu.

Rangga kalang kabut saat melihat air mata Vita turun semakin deras.

Bodoh, bodoh, bodoh. Kenapa aku bisa sebodoh ini? Sekarang apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan untuk menghentikan tangisnya, batin Rangga. Ia merutuki kebodohannya yang malah membuat Vita menangis.

Dengan mengikuti instingnya, Rangga menarik Vita ke dalam pelukkannya. Membiarkan Cewek itu menangis dalam dekapannya. Ia mengelus punggung bergetar Vita seraya membisikan kata maaf.

"Maafin aku," bisik Rangga sembari mengelus surai hitam Vita.

"Lo jahat," lirih Vita di sela isak tangisnya.

"Iya aku jahat, maafin aku,ya?"

"Kalau kamu mau bercanda bukan kayak gini caranya. Bukan dengan mempermainkan hati orang lain. Lo keterlaluan tau enggak!"

Rangga masih setia mengelus rambut dan juga punggung Vita dengan lembut. "Iya aku tahu, aku tahu kalau aku jahat, aku juga bercandanya keterlaluan, untuk itu maafin aku, ya? Aku janji enggak akan ngulangin hal itu lagi. Jadi udah ya nangisnya. Aku enggak suka lihatnya." Rangga melepaskan pelukkan itu lalu menangkup kedua pipi Vita. Ibu jarinya menyeka pipi Vita yang basah karena air mata.

HIM (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang