Rangga -28-

76 15 0
                                    

Hari ini, hari yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh penghuni sekolah SMA Starest, hari di mana HUT SMA Starest di gelar dengan begitu meriahnya.

Lapangan upacara yang luas dijadikan tempat untuk berlangsungnya acara tersebut.

Para guru, siswa-siswi, wali murid, serta tamu undangan sudah memadati dan memenuhi kursi yang tersedia.

Setelah sebelumnya acara sambutan-sambutan yang diisi oleh pemilik yayasan dan orang-orang penting lainya. Acara pun dilanjut dengan penampilan-penampilan para grup band dari eskul musik.

Adapun kontes drama yang akan disuguhkan oleh eskul seni nantinya.

Di backstage, tepatnya di dalam kelas yang dijadikan tempat untuk bersiap-siapnya para penampil, Rangga sedang mencoba untuk menenangkan dirinya.

Rasa khawatir dan cemas mulai mengisi hati dan pikirannya.

Mendadak Rangga merasa takut, dia takut gagal. Dia takut tak bisa mengontrol dirinya sendiri saat dia berada di atas panggung nantinya.

Ini pertama kalinya dia bernyanyi di hadapan orang banyak tanpa menggunakan topengnya.

Biasanya, saat dia bernyanyi di tempat kerjanya, dia akan selalu menggunakan topeng, jadi mungkin kali ini akan terasa berbeda jika dia melepasnya.

Dia takut saat dia berdiri di atas panggung banyak orang yang akan memandangnya remeh, meskipun akhir-akhir ini hidupnya damai tanpa bully-an, namun tetap saja ada perasaan takut di hatinya.

Karena bagaimanapun itu bisa memengaruhi konsentrasi dan mentalnya di atas panggung, dia takut penampilannya hancur berantakan dan berakhir dengan mempermalukan diri sendiri.

Dia takut semua rencana pembuktian kepada orang yang dia sayang malah akan menjadi penyebab mereka semakin menjauh.

Namun untuk menyerah bukanlah pilihan yang tepat saat ini. Tidak ada alasan untuk Rangga menyerah sekarang.

Ya, Rangga harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah menjadi keputusannya.

Rangga menarik napasnya dalam lalu mengembuskannya secara perlahan, mencoba untuk menenangkan tubuhnya yang tegang karena nervous.

Tak lama nama Rangga dipanggil oleh MC, dengan langkah kaku Rangga menuju panggung. Dalam perjalannya dia tak henti-hentinya mengantur napasnya agar sedikit lebih tenang.

Rangga menaiki tangga dan melangkah menuju kursi yang telah disediakan, Rangga duduk di atas kursi dengan memangku gitarnya.

Pandangannya ia edarkan, meneliti setiap sudut lapangan yang sudah penuh dengan manusia dan berhenti pada sosok pria yang menatapnya tajam sarat tak suka.

Rangga menghela napas berat, lalu netranya kembali menyusuri setiap sudut lapangan dan menemukan sosok pemuda yang menatapnya datar namun aura yang dikeluarkannya sama.

Tama dan Ano sama-sama menatap Rangga tak suka sarat akan kebencian yang mendalam.

Rangga mengembuskan napas lesu, dia teringat dengan neneknya yang tidak dapat hadir dan menyaksikan persembahannya. Mengingat neneknya harus pulang kemarin siang.

Rangga mendadak kehilangan semangatnya, dia merasa sendiri tidak ada yang mendukungnya, sepertinya hanya Vita saja yang ... ah, iya, mengingat nama itu membuat Rangga kembali mengedarkan pandangannya. Dia mencari keberadaan Vita.

Namun sudah berapa kali netranya bolak-balik menyusuri setiap sudut lapangan, tidak dia temukan sosok gadis yang sedang dia cari.

Rangga ingin menyerah dalam mencari sosok Vita, namun tiba-tiba dia melihat sosok Vita yang berjalan menuju lapangan dan duduk di kursi paling belakang.

Rangga tak bisa untuk tidak tersenyum, dia membenarkan letak kacamatanya yang sedikit melorot.

Vita membalas senyum yang Rangga berikan dengan senyuman manis. Gadis itu juga mengepalkan tangannya pertanda semangat.

Rangga menarik napasnya dalam dan mengembuskannya secara perlahan sebelum akhirnya dia memetik senar gitarnya.

Alunan nada yang Rangga ciptakan mampu membuat semua penonton yang hadir terpesona.

Begitu pula dengan Vita, cewek itu memandang Rangga dengan sorot penuh kekaguman. Di matanya Rangga terlihat begitu memesona. Cowok itu sangat menawan.
Bukan hanya suaranya saja, Visualnya pun sangat memukau.

Rangga terlihat keren dengan outfit yang cowok itu kenakan. Rangga terlihat tampan dengan kemeja flanel kotak-kotak hitam-putihnya yang sengaja tak cowok itu kancingi, memperlihatkan kaus abu-abunya.

Celana jeans hitam dan sepatu ketsnya terlihat begitu pas dipadukan dengan baju yang Rangga pakai.

Dan bukan hanya di mata Vita sosok Rangga begitu memesona, tetapi juga di mata Tiara, gadis yang saat ini juga sedang menatap Rangga penuh dengan kekaguman.

Suara petikan gitar itu terdengar merdu dan indah di telinga para penonton yang hadir, hingga beberapa saat kemudian suara husky Rangga terdengar, mengisi lantunan nada yang dia ciptakan.

Kuharap semua ini bukan sekedar harapan ...

Dan juga harapan ini bukan sekedar khayalan ...

Latunan Lagu Andmesh Kumau Dia yang dibawakan apik oleh Rangga mampu menghipnotis para penonton yang mendengarnya.

Biarkan kumenjaganya sampai berkerut dan putih rambutnya
Jadi saksi cintaku padanya
'Tak main-main hatiku
Apapun rintangannya kuingin bersama dia ...

Untuk beberapa detik pandangan Rangga dan Vita bertemu, Rangga menatap Vita dengan sorot matanya yang hangat.

Kumau dia, 'tak mau yang lain
Hanya dia yang s'lalu ada kala susah dan senangku
Kumau dia, walau banyak perbedaan
Kuingin dia bahagia hanyalah denganku

Rangga memetik nada terakhir dari lagu yang dia bawakan. Dan dengan itu penampilan Rangga pun usai.

Penonton yang merasa puas dengan penampilan Rangga pun menghadiahinya dengan tepuk tangan yang meriah.

Awalnya Rangga tak menyangka akan mendapatkan respons yang di luar dugaannya, dia mengira jika dia akan disoraki dan berakhir dengan dilempari botol bekas.

Namun perkiraan itu tidak terjadi, bahkan respons yang dia terima justru sebaliknya, Rangga melihat raut bahagia di wajah penonton dan raut bangga pada wajah Vita dan ... Tiara.

Rangga melirik ke arah tempat duduk di mana kedua orang yang dia sayang berada, namun respon yang mereka berikan diluar dugaan Rangga.

Mereka ... menatap Rangga dengan tatapan tajam yang menusuk, ah tidak, Ano menatap Rangga seperti biasa, datar.

Sedangkan Tama menatap Rangga tajam, seakan-akan pria itu ingin menguliti Rangga saat ini juga. Tatapan itu menelanjangi Rangga.

Rangga yang melihat respons itu hanya bisa tertunduk lesu, binar di wajahnya perlahan mulai redup, senyum mengembangnya ikut memudar.

Apa kali ini dia gagal Lagi?

Ah, sepertinya dia tidak pernah berhasil membuat mereka sedikit saja meliriknya, selalu saja seperti ini. Dia selalu merasa gagal dan gagal.

Rangga sudah tidak tahu lagi harus dengan cara apa agar mereka sedikit saja bangga terhadap kemampuan yang dia punya, namun sepertinya itu mustahil untuk Rangga dapatkan.

Entah Rangga juga tidak tahu mengapa, namun dia tidak akan menyerah, meskipun mustahil tetapi itu tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada harapan nantinya.

Dengan langkah gontai Rangga menuruni tangga, tanpa dia sadari bahwa ada seseorang yang menatapnya dengan penuh rasa bangga.

Tbc...

Maafkan typo yang bertebaran. Akan aku revisi setelah tamat.

Hope u like it.

Jangan lupa Vote dan Komen.

Rizstor37.

16 September 2020.

HIM (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang