Rangga -36-

77 13 1
                                    

"Kamu tunggu di sini dulu, aku mau ke atas. Nanti aku akan kembali saat urusan kamu dengan Bang Ano selesai." Rangga meninggalkan Vita di ruang tamu saat dia melihat Dave menuruni anak tangga.

Dave berjalan menghampiri Vita yang tengah duduk di sofa ruang tamu, kemudian dia mendudukkan dirinya  tepat di hadapan Vita.

"Ada apa, Kak?" Vita bertanya saat Dave telah duduk di hadapannya, namun tak mengucapkan sepatah kata pun.

Wajah datar Dave mengukir senyum tipis. "Hanya ingin memastikan."

Dahi Vita mengerut dalam. "Memastikan apa?"

"Bagaimana hubungan kalian?"

Vita menggigit bibir bawahnya. Sekarang ia mengerti ke mana arah pembicaraan yang dimaksud Dave. "B-baik," jawab Vita singkat dengan nada sedikit terbata.

Sebuah kekehan geli Dave mengalun, seakan mengejek Vita. "Gue harap lo enggak kejebak sama permainan lo sendiri."

Vita tak dapat menjawab, dia hanya bungkam dan mengatupkan kedua bibirnya dengan rapat.

"Kemarilah." Dave melambaikan tangannya, memanggil Vita untuk menghampirinya.

Dengan langkah ringan Vita menghampiri Dave.

"Duduklah di sini." Dave menepuk sisi sofa yang kosong di sebelahnya.

Vita menurut dan duduk di samping Dave. Dengan tangan lebarnya Dave mengelus surai hitam Vita dengan lembut, hingga membuat Vita merasakan debaran bahagia di hatinya.

"Lo udah bekerja dengan begitu keras. Sampai-sampai lo lupa kalau itu hanya permainan." Dave berucap datar dengan tangan yang masih mengelus surai Vita.

Untuk sesaat perasaan bahagia yang sebelumnya Vita rasakan hilang dan menguap. Berubah menjadi perasaan yang sulit untuk dijelaskan. Namun denyut kebahagiaan itu kembali muncul saat Dave menatapnya hangat dan dalam.

Vita meleleh, tatapan hangat Dave mampu membuatnya mencair. Ini kali pertama Dave menatapnya dengan tatapan seperti itu, dan rasanya luar biasa bagi Vita.

Pipi Vita bersemu, ia menundukkan wajahnya. Dia tak sanggup menatap Dave karena malu. Vita terus saja menunduk tanpa ia tahu bahwa Dave mengulas senyum tipis yang tulus.

"Gue ada urusan," ujar Dave seraya bangkit dari duduknya, lalu melenggang pergi meninggalkan Vita setelah sebelumnya ia mengusap puncak kepala Vita yang masih tertunduk.

Setelah beberapa saat atau tepatnya setelah mampu mengontrol dirinya sendiri, Vita menghubungi Rangga dan mengatakan bahwa urusannya telah selesai.

Tanpa harus menunggu lama, Rangga sudah terlihat di ujung tangga dan berjalan menghampirinya.

Perasaan bersalah dan sedih kembali meluap di hatinya saat dia melihat Rangga menghampiri dirinya dengan seulas senyum yang terlihat begitu amat tulus.

Ada perasaan yang mengatakan bahwa ia tak pantas mendapatkan senyum itu, perasaannya mengatakan bahwa ia tak layak menerima seluruh kebaikan Rangga. Ia tak pantas mendapatkan pemuda sebaik Rangga.

Namun tak dapat dimungkiri bahwa sisi lain dari sudut hatinya menghangat juga merasa beruntung karena memiliki Rangga di sisinya.

Vita semakin bingung dan perlahan bertambah ragu. Dia tidak tahu siapa yang diinginkan oleh hatinya. Keduanya memiliki tempat tersendiri di hatinya.

"Hei, Vit...." Rangga melambaikan tangannya di depan wajah Vita yang tengah melamun.

"Ah-iya kenapa, Ga?" jawab Vita spontan.

"Bang Ano memperlakukan kamu dengan baik, 'kan?" tanya Rangga khawatir.

"Iya, Kak Dave baik kok sama gue."

HIM (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang