Rangga -44-

189 15 0
                                    

Setelah dilakukan operasi dan transfusi darah, kondisi Rangga tidak dapat dikatakan baik, tetapi juga tidak separah awal-awal pemuda itu dibawa ke rumah sakit. Bisa dikatakan jika kondisi Rangga saat ini mengalami sedikit kemajuan.

Di luar Dave dan yang lainya hanya bisa memandang Rangga dari balik kaca jendela dengan iba. Di sana mereka dapat melihat tubuh lemah dan ringkih Rangga terbaring dengan selang infus juga ventilator yang terpasang di tubuhnya.

Sudah banyak air mata yang tumpah, sudah banyak kata-kata penyesalan yang terucap, namun rasa bersalah itu tak juga mereda, bahkan perasaan itu semakin mencekik tanpa ampun.

Vita datang dengan langkah gontai, di sampingnya Angle dan Karin pun tidak dapat menahan lututnya yang bergetar.

Kecuali Dave, mereka yang ada di sana melirik Vita dan kedua sahabatnya sekilas, kemudian kembali menunduk. Dapat Vita lihat ada begitu banyak penyesalan di wajah mereka.

Vita mengedarkan pandangannya untuk mencari orang yang bisa dia tanyai mengenai kondisi Rangga. Selain Dave dan ayahnya, dia juga melihat sosok asing seorang wanita yang dia tidak tahu siapa. Namun Vita sadar untuk tidak bertanya pada mereka.

Vita kembali mengedarkan pandangannya sampai akhirnya dia menemukan sosok yang bisa dia tanyai, dia melihat Tiara dan Januar, Vita memilih untuk berjalan ke arah Januar daripada Tiara.

"Kak, kondisi Rangga gimana?" tanya Vita lirih dengan suara bergetar.

Januar sebenarnya tidak ingin menjawab pertanyaan dari Vita, dia merasa sedikit kesal dengan cewek itu. Dia tahu siapa Vita dan rencana apa yang cewek itu dan Dave buat. Sebagai seseorang yang berhati lembut Januar merasa perbuatan mereka sudah keterlaluan.

Januar menghela napas berat, dia tidak tega melihat ekspresi putus asa yang cewek itu tampilkan. Lagi-lagi hatinya terlalu lemah untuk tidak merasa iba.

"Kondisi Rangga mengalami sedikit kemajuan, tapi belum bisa dikatakan baik, alias dia masih kritis." Penjelasan dari januar membuat dada Vita sesak, dia menurunkan pandangannya ke bawah. Bola matanya yang berkaca-kaca bergerak dengan resah.

Vita hampir saja roboh jika saja tidak ditangkap oleh Januar, lelaki itu menangkap tubuh bergetar Vita lalu membantunya untuk bangkit. Angel dan Karin yang melihat itu pun refleks menghampiri Vita, mereka ikut membantu Januar untuk menopang tubuh rapuh gadis itu.

Setelah cukup kuat, Vita berjalan menuju jendela ruangan itu dan melihat tubuh lemah Rangga yang terbaring di sana.

Lagi-lagi Vita hampir roboh, lututnya mendadak menjadi lemah. Dia nyaris tumbang jika saja Angle tidak menyangganya.

"Vi, lo enggak apa-apa?" tanya Angle seraya menatap Vita khawatir.

Vita tidak menjawab, dia hanya menangis. Dia menangis di pelukkan Angle. Sungguh Vita tidak kuat melihat keadaan Rangga saat ini, hatinya nyeri dan ngilu.

Di sana dia melihat Rangga, sosok laki-laki yang paling dia kagumi setelah ayahnya, sosok lelaki yang begitu baik dan lembut. Lelaki dengan sifat penyabar dan hangat.

Bagi Vita, Rangga adalah sosok lelaki yang langka, sikap tulusnya jarang sekali dimiliki oleh orang lain.

Dan bodohnya dia mempermainkan ketulusannya, meragukan perhatiannya, dan menuduh kebaikannya.

Vita merasa bodoh karena sudah menggores luka pada seseorang yang hatinya sudah rapuh. Dia merasa jahat karena telah melibatkan sosok sebaik Rangga dalam permainannya untuk merebut hati Dave, lalu berbalik menuduhnya.

Dia meragukan ketulusan Rangga dan berbalik menuduh lelaki itu, menanyakan ketulusan dari kebaikan dan perhatian yang selama ini Rangga berikan padanya.

HIM (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang