Dua belas

110 18 1
                                    

Vita menyesap avocado juice-nya sembari menunggu Rangga yang sedang ada urusan dengan bosnya.

Jarinya menggulir layar handphone-nya. Ia membuka akun media sosialnya untuk mengusir kebosanan.

Vita mendongakkan wajahnya saat mendengar suara decitan kursi yang ditarik. Ia melihat Rangga sudah ada di depannya dengan wajah datar andalannya.

"Gimana? Apa bos lo bisa memakluminya? Apa lo diberi keringanan?" Vita memberondongi Rangga dengan banyak pertanyaan.

Rangga tersenyum simpul. "Iya, dia ngasih aku keringanan. Dan nanti besok lusa, tepatnya Rabu sore aku sudah mulai bekerja seperti biasa," jawab Rangga tenang.

Tanpa Vita sadari ada rasa lega di hatinya saat mendengar jawaban dari Rangga.

"Syukurlah kalo kayak gitu mah."

"Iya, alhamdulillah."

Vita menatap penasaran ke arah Rangga. "Ga, kalau gue boleh tau, lo kerja sebagai apa di sini?"

"Kalau kamu mau tahu, maka datanglah kemari," Rangga memberi jeda pada ucapannya, "Rabu sore, datanglah kemari, dan kamu akan mengetahuinya." Rangga menatap Vita lurus dan tersenyum manis.

Vita mendengus kesal, ia tidak suka dibuat penasaran. Namun memaksa Rangga agar memberitahunya pun bukan tindakan yang benar, ia tidak bisa melakukanya karena ia tidak mempunyai hak untuk itu.

"Hm," gumam Vita.

Rangga mengulum senyumnya. Melihat raut kesal Vita membuat bibirnya sulit untuk menahan senyum.

Entah sejak kapan, namun yang jelas Rangga mulai menyukai Vita. Rangga menyukai semua hal yang ada pada diri cewek itu.

Bukannya ingin membandingkan, namun saat ini apa yang Rangga rasakan pada Vita berbeda dengan perasaanya saat masih bersama Tiara.

Bersama Tiara Rangga merasa punya teman, ia merasa menemukan orang yang sama sepertinya. Ia merasa Tiara sama sepertinya. Orang yang mengerti akan dirinya dan ia nyaman ketika bersama dengan perempuan itu.

Namun saat bersama Vita semuanya berbeda. Ia merasa lengkap, ia merasa kosong saat cewek itu tidak berada di dekatnya. Ada perasaan ingin melindungi juga memberikan kenyamanan. Perasaan berdebar yang tak wajar. Perasaan yang ia tidak rasakan saat bersama Tiara.

Meskipun tidak dapat dimungkiri bahwa ia menyangi Tiara, ia merasa nyaman saat bersama perempuan itu dan ia juga bahagia saat berada di sampingnya.

Namun perasaan sayang, nyaman dan bahagia yang dirasakannya saat bersama Tiara berbeda dengan perasaan Rangga saat bersama Vita.

Lalu apakah selama ini ia salah dalam mengartikan perasaanya terhadap Tiara?

Apa dia keliru?

Rangga tidak tahu, dan dia juga memilih untuk tidak akan membahas perasaannya terhadap Tiara lebih dalam lagi, karena ia sadar hubungannya telah berakhir.

Rangga tidak akan pernah membenci siapa pun meskipun ia ingin.

Begitu juga dengan perasaannya terhadap Tiara, Ia tidak pernah membenci perempuan itu. Namun untuk berdekatan lagi dengannya ia merasa enggan.

Setidaknya untuk saat ini.

Dan mengenai perasaanya terhadap Vita, ia akan memilih untuk mengabaikannya. Ia masih ragu. Rangga tidak ragu terhadap perasaannya. Tetapi ia ragu pada orang yang menyebabkan perasaan itu muncul. Ia masih ragu pada Vita.

"Rangga."

"Rangga!"

"RANGA!!!" teriak Vita.

HIM (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang