16. Engagement Day!

3K 197 15
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Saat terlalu fokus mencari yang sempurna, justru bisa saja membuatmu kehilangan sesuatu yang sederhana namun, bisa membuatmu bahagia.

~Meitisr_~

Lembayung senja kian datang menyapa. Seorang pria masih terjebak di sebuah kemacetan jalanan kota Jakarta. Tak bisa memungkiri akan sebuah kemacetan yang sudah menjadi momok bagi kota Jakarta kala pagi dan sore hari. Suara klakson mulai bersahutan dibunyikan oleh pengendara yang tak sabaran akan kemacetan itu. Deru mesin dari kendaraan lain pun menyapa rungu, tatkala kemacetan yang terjadi sedikit demi sedikit kian mereda.

Nizar yang sedang melamun memikirkan sesuatu yang hendak ia utarakan pada kedua orangtuanya pun tersentak. Tatkala suara klakson dari arah belakang mobilnya sudah dibunyikan oleh pengendaranya. Nizar tak menyadari jika kendaraan di depannya sudah perlahan maju. Lantas ia pun langsung menginjak pedal gasnya. Bergegas menuju rumahnya.

Tepat pada saat Nizar baru saja menapakkan kakinya di halaman rumahnya. Suara kumandang adan magrib merdu terdengar. Bersamaan saat Nizar hendak membuka pintu. Pintu tersebut telah dibuka oleh seseorang dari dalam. Dia Ryan, hendak pergi menuju masjid kompleks guna salat magrib berjamaah.

“Ehh, Abi. Mau ke masjid, Bi?” tanya Nizar. Ryan menyodorkan tangan kanannya. Lantas Nizar menerimanya, lalu ia cium tangan sang pahlawan keluarga.

“Iya. Mau berjamaah magrib. Cepetan kamu bersih diri, nanti salat magribnya kemalaman. titah Ryan pada Nizar. Kalau begitu, Abi ke masjid dulu. Assalamualaikum.” pamit Ryan.

Selepas Ryan menghilang di balik gerbang rumahnya, Nizar langsung bergegas masuk.

“Assalamualaikum,” salam Nizar saat memasuki ruang tamu. Sepi, tak ada jawaban salam dari sang Ummi.

“Mungkin Ummi lagi salat magrib,” pikir Nizar. Nizar langsung melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Saat Nizar baru memijak anak tangga keempat, Sita keluar dari mushola rumahnya. Langkah Nizar terhenti, dan turun dari pijakan anak tangga itu. Lalu memutuskan untuk menyalami tangan sang Ummi terlebih dahulu.

“Baru selesai magrib, Mi?” Nizar meraih tangan kanan sang Ummi.

“Iya. Tadi Ummi denger ada yang ucap salam, jadinya Ummi keluar dari mushola,” jawab Sita. Di dekapnya ada sebuah Al Qur'an, dan di pergelangan tangan kirinya ada tasbih kayu kokka.

Nizar yang melihat sang Ummi yang dalam dekapannya ada sebuah Al Qur'an. Kontan berucap, “Ummi mau lanjut tadarus?”

“Iya. Mendingan kamu cepetan mandi, terus salat magrib. Nanti keburu Abi datang loh,” titah Sita. Nizar langsung bergegas menuju kamarnya.

Sita meneruskan niatnya membaca Al Qur'an, ia memilih untuk duduk di sofa ruangan keluarga, sembari menunggu sang suami pulang dari masjid.

Baru saja tujuh menit tadarus, suara seseorang mengucapkan salam terdengar. Lantas Sita mengakhiri bacaan Qur'an nya, “Shadaqallahul-'adzim.” saat hendak menghampiri sosok yang barusaja mengucapkan salam. Ternyata sosok itu sudah terlebih dahulu menghampirinya.

Sita menyalami tangan sang suami seraya menjawab salamnya, “Waalaikumussalam.” Ryan mengusap lembut kepala sang istri yang terbalut oleh mukenah berwarna putih bersih.

When I Meet U, My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang