26. The Begins Of Conflict

2K 126 9
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Setelah sekitar lima menit, tak ada jawaban. akhirnya Sindy pun memberikan jawaban, “Bismillahirrahmanirrahim, Insya Allah, bersedia,” jawab Sindy pelan.

Semua orang yang berada di ruang itu, kontan berucap syukur kala mendengar jawaban dari Sindy. Sindy masih menundukkan kepalanya, masih belum berani untuk menatap pada tamu yang hadir.

Andra datang bersama kedua orangtuanya, paman, Tante, kakek, Nenek serta kakak sepupunya. Sedangkan keluarga dari pihak Sindy, hanya ada Paman dan Tantenya saja. Dikarenakan kerabatnya kebanyakan tinggal di kota Bandung.

Setelah mendengar jawaban dari Sindy, mereka memutuskan untuk menyantap hidangan makan malamnya. Saat kedua orangtua Sindy beranjak ke dapur, Naisya pun beralih duduk menjadikan ia duduk bersampingan dengan Sindy. Sedangkan Nizar ikut membuntuti Andra ke dapur, untuk makan malam.

“Sindy, selamat,” ucap Naisya, sambil memberikan  pelukan pada Sindy. Sindy pun membalas pelukannya. 

“Sya, aku masih gak percaya loh,” ucap Sindy. Sindy mengurai pelukannya dengan Naisya.

“Kenapa?”

“Tiba-tiba aja Kak Andra, bilang mau mengutarakan niat baik,” balas Sindy.

“Eh iya, Sind. Kok kamu bisa kenal Kak Andra?” Naisya mulai penasaran.

“Nih, ya, Sya. Aku sekarang mau jujur tentang sesuatu sama kamu,” ucap Sindy. Naisya pun dibuat semakin penasaran, pasalnya Sindy berucap dengan sangat serius.

“Apa?”

Sindy mulai bercerita,“Sebenarnya, awal mula aku bisa kenal sama Kak Andra itu pas di acara nikahan sepupu aku yang di Bandung.” Sindy menghela napas beberapa saat. Lalu kembali melanjutkan bercerita, “Nah, kebetulan, mempelai prianya itu teman dari Kak Andra sama Suami kamu.”

“Terus?” antusias Naisya.

Saat Sindy akan kembali melanjutkan ceritanya, Mama Sindy datang menghampiri Sindy dan Naisya. Mama Sindy menyuruh Sindy dan Naisya untuk ikut makan malam.

“Sya, mendingan kita makan aja dulu,” ajak Sindy. Sindy mulai bangkit dari duduknya, namun Naisya masih tetap duduk. “Sya, ayo,” ajak Sindy.

“Eum, malas,” ucap Naisya pelan sambil tersenyum kaku.

“Ayo makan ish, biar Dedek bayi di perut kamu cepat gede. Aku mau liat kamu jadi gemuk,” ucap Sindy. Setelah mengatakan itu, Sindy terkekeh.

“Ish!” mata Naisya membelalak ke arah Sindy.

“Eh maaf, aku bercanda.” Sindy menghentikan kekehan tawanya. “Ayo kita makan aja, Sya. Suami kamu juga ikut makan,” bujuk Sindy.

“Iya, kamu makan, ya. Tante sengaja masak,” timpal Mama Sindy. Pada akhirnya, Naisya pun mau diajak untuk makan.

Naisya pun mulai bangkit dari duduknya, dan langsung ke dapur mengikuti Sindy. Di dapur, semua sudah bersiap untuk makan. Naisya memilih untuk duduk di samping Nizar, yang kebetulan ada kursi kosong.

“Mas,” sapa Naisya. Nizar menoleh.

“Kirain kamu gak akan ikut makan,” ucap Nizar.

“Hehehe.”

“Ayo,Sya. Ambil aja apa yang kamu mau,” titah Mama Sindy. “Kata Sindy, sekarang kamu lagi hamil, iya?” tanya Mama Sindy.

“Alhamdulillah, Tante,” balas Naisya dengan diikuti senyuman. Andra yang belum mengetahui kabar itupun, langsung menoleh ke arah Nizar. Meminta jawaban. Nizar mengangguk.

When I Meet U, My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang