44. Gladness

2K 75 9
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم اللهم

Suasana pagi masih sangat terasa, apalagi di luaran sana rintik hujan tengah turun membasahi bumi pertiwi. Kicauan burung terdengar begitu nyaring. Naisya baru saja hendak melangkahkan kakinya menuju dapur, namun langkahnya harus terhenti kala suara bel rumahnya terdengar begitu nyaring. Naisya pun langsung mengurungkan niatnya untuk ke dapur dan langsung bergegas menuju pintu utama untuk menyambut orang yang baru saja memencet bel rumahnya.

"Asalamualaikum," salam seseorang dari balik pintu utama rumah Naisya.

"Wa'alaikumussalam, sebentar," balas Naisya dengan sedikit agak berteriak.

"Siapa?" tanya Nizar yang baru saja menuruni anak tangga.

"Nggak tahu, Mas," jawab Naisya sambil berlalu begitu saja. Nizar memilih untuk mengikuti langkah sang istri menuju ruang tamu.

Sesampainya di depan pintu Naisya pun langsung membukanya dengan lebar. "Eh Bunda," sapa Naisya kala Ayesha sudah berdiri di depan pintu dengan senyum yang begitu manisnya. Naisya langsung memeluk sang bunda, begitupun dengan Ayesha, ia langsung membalas pelukan hangat sang anak.

"Barokallahu,Sayang," ucap Ayesha sambil mengurai pelukan.

Nizar melangkah untuk menghampiri Ayesha dan langsung menyalami tangan kanan Ayesha.

"Bunda sama siapa ke sini?" tanya Nizar. Sebelum Ayesha menjawab pertanyaan Nizar, Fauzan terlebih dahulu mengucap salam.

"Asalamualaikum," salam Fauzan

"Wa'alaikumussalam," balas Naisya dan Nizar bersamaan.

"Eh sama Ayah juga ternyata," sambung Nizar.

"Mari masuk, Bun, Yah," ajak Naisya. Mereka bertiga pun langsung masuk dan memilih duduk di ruang tamu.

"Tumben Ayah sama Bunda datang ke sini pagi-pagi," celetuk Naisya.

"Sya, ini orangtua kamu lho, mungkin lagi kangen saja sama anak dan calon cucunya," timpal Nizar.

"Hehehe iya, kan tumben saja Mas."

"Sudah, ini Bunda bawakan sesuatu buat Naisya," ucap Ayesha sambil mengasongkan sebuah kantong keresek putih. Dengan cekatan Naisya langsung meraih uluran tangan bundanya sambil berucap, "Ini pasti brownies kesukaan kakak," tebak Naisya.

"Tahu saja," timpal Fauzan.

"Ya tahu dong, sudah ketebak dari kantong kereseknya."

"Saking seringnya beli dari sana, sampai hafal."

"Ya sudah kakak mau siapkan dulu browniesnya," ucap Naisya sambil bangkit dari duduknya. Dan berlalu menuju dapur.

~✨✨~

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Ayesha dan Fauzan pamit kepada Naisya dan Nizar, mereka hendak pulang.

"Ayah sama Bunda pamit dulu ya. Kalau ada apa-apa kabari saja," pesan Ayesha sebelum keluar dari rumah Nizar.

"Iya, Bund. Hati-hati di jalan," balas Naisya.

"Asalamualaikum," salam Ayesha dan Fauzan seraya melangkah keluar dari rumah Naisya. Nizar dan Naisya ikut mengantar menuju mobil.

"Wa'alaikumussalam," jawab Naisya dan Nizar. Setelah mobil orangtua Naisya keluar dari area rumah. Naisya dan Nizar pun kembali masuk ke rumahnya.

Di tempat berbeda, Sindy tengah duduk di sebuah ayunan yang berada di taman dan tak lama kemudian Andra datang menghampiri sang istri. Di tangannya, Andra membawa dua buah cokelat kesukaan Sindy. Sebelum Andra memberikan dua buah cokelat itu pada Sindy, dengan polosnya Sindy langsung mengambilnya begitu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When I Meet U, My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang