بسم الله الرحمن الرحيم
"Saat sang pagi kembali menyapa. Secercah harapan indah yang ingin dicapai pun kembali hadir, bersamaan dengan rasa optimis yang tinggi.
~Nisha Ayu Anggraini~
Naisya telah bersiap pergi ke kampus. Dengan menggunakan gamis navy yang dipadu padankan dengan pashmina abu muda.
"Selamat pagi, Echa adik kakak yang paling manis. Tapi bohong!" sapa Naisya pada sang adik, yang sudah siap dengan seragam putih abu-abunya.
"Ishh! Gak boleh tuh. Udah muji, tapi langsung dihempaskan," sanggah Echa.
"Biarin, terserah kakak! Kenapa kamu yang gak terima," ucap Naisya santai
Echa yang sudah siap berteriak pada sang kakak , harus diurungkan. Saat dengan tiba tiba, Fauzan—sang ayah menyumpal mulut Echa dengan sepotong roti. Sepotong roti itu masuk ke mulut Echa secara sempurna, bagaimana tak masuk secara sempurna. Fauzan menyupali Echa, saat Echa tengah membuka mulutnya lebar.
Naisya, Ayesha yang menyaksikan kejadian itu pun tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Neisya dibuat cemberut.
"Ish, Ayah! Kenapa mulut Adek di sumpal pake roti?" protes Neisya pada sang Ayah.
Hahaha hahaha hahaha
Naisya masih tertawa terbahak-bahak. Sambil memegang perutnya yang terasa sakit, akibat tertawa yang terbahak-bahak.
"Udah deh, gak usah ngetawain! Gak lucu!" sinis Neisya pada sang Kakak.
"Tapi rotinya enak, kan?" goda sang Bunda.
"Ahh pagi ini semua orang pada ngeselin deh!" rajuk Neisya. Ia duduk di kursi sambil cemberut.
"Ayah! Kenapa sumpal mulut Adek?" tanya ulang Echa pada sang Ayah.
Fauzan yang tengah menikmati teh hangatnya pun, menyahuti sang putri bungsu. "Ayah sumpal mulut kamu, karena Ayah gemes sama kamu!" ucap Fauzan sekenanya. Membuat Neisya bertambah kesal.
"Ah sungguh alasan yang klise!"
Fauzan membenarkan posisi duduknya. "Nih ya dengerin Ayah!" Fauzan menjeda ucapannya.
"Ayah buruan ihh!" ucap Neisya tak sabaran.
"Ayah itu.... Ayah itu....." Fauzan masih saja menggantung ucapannya.
"Ayah ish!"
"Ayah itu lapar, mau sarapan!" ucapnya sambil membalikkan piring. Bersiap untuk diisi menu sarapannya. Nasi goreng spesial, buatan sang istri.
"Ayah nyebelin!" teriak Echa. Ia juga mencubit pelan tangan sang Ayah.
Haha haha haha
Naisya kembali menertawakan sang adik. Neisya semakin kesal dengan ulah sang Kakak, yang kembali menertawakannya.
"Hush! Anak perempuan gak boleh teriak-teriak. Karena suara wanita juga termasuk aurat!" peringat Fauzan. "Ya walaupun tak semua para ulama sepakat akan hal mengenai suara wanita yang dianggap aurat. Tapi Ayah gak mau punya anak yang hobinya teriak-teriak," Fauzan menyesap teh hangatnya terlebih dahulu
"Ayah sumpal kamu, tadi itu, bukan tanpa alasan," sambungnya.
"Ohh ada alasannya, Yah?" tanya Naisya.
"Yaudah, sekarang Ayah jelaskan alasan yang sebenarnya secara terperinci!" sahut Echa. Yang kini telah bersiap mendengarkan nasihat dari pria cinta pertamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Meet U, My Imam
EspiritualPerihal jodoh di masa depan, ya itu memang sudah menjadi Qodarulloh. Tapi tak ada salahnya, kan? Jika kita mengharapkan dia sebagai diaku. Ya kamu adalah diaku Menikah ya, siapa yang tak menginginkannya, apalagi dengan seseorang yang telah mapan dal...