بسم الله الرحمن الرحيم
Tepat pukul empat, Neisya serta Fauzan pergi ke Rumah Sakit. Sepanjang perjalanan menuju Rumah Sakit, Neisya hanya fokus pada gawainya. Sesekali ia menyahuti ucapan dari sang Ayah.
Sepanjang perjalanan yang menemani kesunyian hanyalah lantunan mutoral ayat suci Al Quran. Neisya yang tengah fokus pada gawainya tak jarang tiba-tiba tertawa sendiri.
"Dek?" tegur Fauzan kala Neisya tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.
"Eh iya, Yah?"
"Kenapa tiba-tiba ketawa terbahak kaya gitu?" tanya Fauzan. Matanya masih terfokus pada arah jalanan yang ramai bahkan sedikit macet.
"Eum ini Yah, ada video lucu," balas Neisya tanpa mengalihkan perhatian dari gawainya.
"Sebegitu lucu,ya? Sampe terbahak," ucap Fauzan.
"Ayah ini tuh lucu banget, asli Yah. Kalau Ayah nonton, pasti Ayah ikutan ketawa," jawab Neisya masih sedikit terkekeh.
Mobil yang dikendarai Fauzan berhenti kala lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Di luaran sana hujan gerimis tengah turun, yang sukses membuat jalanan basah. Saat tengah menunggu lampu berubah menjadi hijau, seorang pengamen cilik menghampiri mobil Fauzan.
Pengamen cilik itu membawa sebuah botol yang diisi batu krikil yang digoyang-goyang yang ia jadikan sebagai alat musik. Anak kecil itu menyanyikan potongan lagu D'Masiv yang berjudul jangan menyerah. Kontan membuat Fauzan pun menurunkan sedikit kaca mobilnya, lalu memberikan uang pada pengamen itu. Tak lama kemudian, lampu pun berubah warna. Bersamaan dengan berubahnya warna lampu, suara klakson mobil yang berada di belakangnya pun mulai bersahutan.
Fauzan pun menginjak pedal gasnya, kembali melajukan mobilnya membelah jalanan kota Jakarta.
"Dek, kamu lihat pengamen barusan?" tanya Fauzan.
"Iya, Adek lihat. Kenapa emangnya?" tanya Neisya.
"Banyak orang yang hidup dengan keadaan jauh dari keadaan yang kita miliki," ucap Fauzan.
"Iya, lantas?" Neisya meminta penjelasan.
"Dari mereka, kita harus bisa belajar untuk selalu mensyukuri segala nikmat yang diberikan oleh Allah. Jangan menjadi kufur nikmat, kita harus tetap mensyukuri apapun yang kita dapati. Termasuk hal kecil pun," jelas Fauzan. Neisya kini tak fokus pada gawainya, ia memilih fokus mendengarkan petuah yang tengah Fauzan sampaikan.
"Iya, Ayah," sahut Neisya.
Fauzan menghela napasnya perlahan, kemudian ia kembali berucap, "Termasuk mensyukuri keadaan fisik kita. Tak sedikit loh yang memiliki keterbatasan, tapi mereka sangat mensyukuri keadaannya itu."
"Iya, Adek sering lihat orang yang punya keterbatasan, tapi mereka memiliki rasa syukur yang besar," timpal Neisya.
"Ayah sering heran sama orang yang masih saja ngeluh dengan keadaan fisiknya yang jelas-jelas sudah memiliki fisik yang lengkap, tanpa kekurangan apapun," ucap Fauzan.
"Iya, Yah, teman aku masih ada yang suka ngeluh karena kulitnya dirasa kurang putih, pipinya chubby. Padahal kan, gak setiap cantik itu harus putih, pipi tirus. Tapi harus perempuan," ucap Neisya.
"Beuaty inside. Adek jangan kebanyakan bandingkan keadaan fisik Adek, ya. Mulai lah bersyukur dengan semuanya, kalau keseringan insecure, kapan bersyukur nya?" ucap Fauzan.
"Siap, Yah," balas Neisya.
Sejurus kemudian, mobil yang dikendarai Fauzan sudah memasuki area parkiran Rumah Sakit. Setelah mobil terparkir dengan rapi, Neisya dan Fauzan pun turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Meet U, My Imam
SpiritualPerihal jodoh di masa depan, ya itu memang sudah menjadi Qodarulloh. Tapi tak ada salahnya, kan? Jika kita mengharapkan dia sebagai diaku. Ya kamu adalah diaku Menikah ya, siapa yang tak menginginkannya, apalagi dengan seseorang yang telah mapan dal...