43. Sweet Moments (Again)

2.7K 118 7
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Sesampainya di rumah Naisya langsung masuk ke kamarnya yang berada di lantai atas. Naisya langsung merebahkan tubuhnya yang terasa penat sepulang dari kampusnya. Sebelum benar-benar terlelap, Naisya hanya memandangi langit-langit kamarnya sambil sesekali senyum-senyum sendiri.

"Alhamdulillah, ya Allah, secepat ini Engkau kembali menitipkan calon buah hati di rahim hamba," gumam Naisya. Tangannya mengelus perutnya yang masih datar.

Lambat-laun rasa kantuk pun menghampiri Naisya, dan mengantarkan Naisya ke dalam dunia mimpinya.

Di kantornya Nizar tak henti-hentinya menyunggingkan senyuman, pekerjaan yang berada di hadapannya pun tak terasa berat untuk dikerjakan. Mungkin karena suasana hatinya sedang bagus, pekerjaannya yang terbilang berat pun terasa biasa saja.

Tak lama kemudian dokumen-dokumen yang berada di hadapannya pun telah selesai ia periksa. Dan Nizar pun berniat untuk mengantarkannya pada Luthfi. Namun baru saja bangkit dari duduknya, pintu ruangannya diketuk seseorang.

"Asalamualaikum, Pak," salam orang yang mengetuk pintu.

"Wa'alaikumussalam, silakan masuk!" titah Nizar.

Dan sosok Luthfi pun masuk ke ruangan Nizar, dan langsung mendekat ke arah meja Nizar. Nizar pun kembali mendudukkan bokongnya, begitupun dengan Luthfi.

"Eh baru saja saya berniat untuk mengantarkan dokumen ini ke ruangan kamu, ternyata kamu duluan yang datang ke sini," ucap Nizar dengan senyuman.

Luthfi hanya tersenyum dan menjawab ucapan Nizar, "Iya, Pak."

Nizar pun menyerahkan tumpukan dokumen yang baru saja selesai ia periksa. "Ini sudah saya periksa dan sudah saya tanda tangani. Jika ada yang terlewat kamu antar lagi dokumennya pada saya, ya," pesan Nizar. Luthfi pun langsung mengambil alih dokumen yang diserahkan oleh Nizar.

"Kalau begitu saya kembali ke ruangan ya, Pak," pamit Luthfi sambil bangkit dari duduknya.

"Iya, silakan," balas Nizar. Sejurus kemudian Luthfi pun keluar dari ruangan Nizar.

Nizar melirik jam di pergelangan tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul setengah empat sore yang menandakan jam kerja kantor tinggal setengah jam lagi. Rasanya ia sudah tak sabar untuk pulang ke rumahnya, tempat di mana istri tercintanya menunggu.

Dikarenakan semua pekerjaannya sudah selesai, Nizar pun membereskan barang-barang yang berada di meja kerjanya. Agar saat jam pulang kantor tiba, ia bisa langsung bergegas pulang. Sebelum pulang ke rumahnya Nizar biasa untuk menunaikan salat asar terlebih dahulu di masjid kantornya.

Karena jika ia tak melaksanakan salat Asar di kantor terlebih dahulu Nizar akan sampai di rumah sekitar jam lima karena harus terjebak macet yang sering terjadi kala jam pergi dan pulang kantor. Untuk menyiasati agar tak telat salat asar, maka Nizar lebih memilih salat di kantornya.Begitupun dengan kebanyakan karyawannya.

Orang yang menunda salat fardu saja bisa dikataka orang yang celaka, apalagi kalau sampai meninggalkannya. Tentang umur, kita tak ada satu pun yang mengetahui perihal itu, seandainya kita pulang atau bepergian dan waktu salat sudah masuk akan tetapi justru kita menundanya dengan berdalih akan salat di tempat yang akan dituju, contohnya akan salat di rumah saja. Tapi bagaimana jika Allah mengutus malaikat Izrail untuk mencabut nyawa hamba-Nya dengan cara yang tak terduga, bisa saja kecelakaan saat sedang dalam perjalanan. Dan kita dalam keadaan belum melaksanakan salat padahal waktu salat sudah masuk, akan tetapi kita malah sengaja menundanya, Naudzubillah. Maka dari itu biasakan untuk salat tepat waktu, sesibuk apapun.

When I Meet U, My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang