🍃𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕰𝖓𝖆𝖒: '𝒟𝓊ℴ ℋ𝒶𝓂𝓈𝓉ℯ𝓇'🍃

136 24 6
                                    

Sebenarnya menurut Wheein, Hoshi itu adalah orang yang bisa dengan mudah menyatakan perasaan. Sebab setiap kali ia lihat, Hoshi tidak pernah malu-malu mengakui perasaan di depan gadis yang ia suka. Rekornya sudah ada sejak dia kelas sepuluh.

Hamster sipit itu dengan berani menembak kakak kelas di depan kelas perempuan yang lebih tua dua tahun itu secara langsung. Ditonton oleh banyak orang, termasuk Wheein dan Hyejin yang tidak sengaja lewat. Mereka juga menyaksikan Hoshi ditampar oleh perempuan itu dan diancam oleh pacarnya. Haha, kasihan sekali Hoshi. Menembak orang yang sudah berpacaran, lalu dapat bogem mentah.

"Seinget gue lo nggak pernah malu-malu ya Pit. Terus napa sekarang lo kayak perawan. Malu-malu Kkomo?"

Wheein menghela napas saat berbicara dengan Hoshi di seberang telepon. Gadis berlesung pipi itu mengelus dadanya dengan sabar, lalu mengurut pelan kepalanya yang masih berat. Ini tengah malam. Ia baru tidur dua jam lalu, tapi sudah terbangun hanya karena spam panggilan dari Hoshi.

"Ya kan ini beda! Lo masa nggak bisa gitu kasih tau gue siapa yang harus gue terima? Soalnya dua-duanya gue suka. Tapi gue nggak mau kalau toh akhirnya malah pisah. Buat apa pacaran kalo gitu. Ayolah mamahnya Kkomo, lo kan duk- peramal! masa nggak tau??"

"Yaelah, Pit. Gue mana tau yang begituan. Hyejin yang bisa, gue enggak. Dan gue jamin dia nggak mau ngasih tau elo. Nggak penting banget soalnya. Lagian, kalo emang tuh dua cewek demen sama elo, ya tinggal lo kencani aja dua-duanya," jawab Wheein asal-asalan.

"Pale lu dua-duanya. Lo nggak tahu betapa seremnya cewek kalo tahu diselingkuhin?"

"Mata lo perlu dikasih batang kayu jati biar bisa liat. Gue cewek Pit, ya gue tau kalee," balas Wheein sewot. Rasa kantuknya sudah hilang karena meladeni kegajean Hoshi.

"Lah terus napa lo malah nyaranin buat nerima dua-duanya?" balas Hoshi makin sewot. Lupa bahwa ia sedang meminta saran. Seharusnya ia tidak banyak bacot.

"Elo sih. Masa jam segini minta saran? Untung bukan setan yang ngejawab telpon lo." Wheein merinding sendiri mengingat ucapannya. Ia dengan parno memandangi sekeliling. Depan, belakang, kanan, kiri. Setelah merasa tidak ada makhluk yang aneh-aneh, baru ia tenang.

"Yakan mereka ngasih waktu cuman sampe besok pagi. Gue nggak bisa nanya Woozi, dia nggak peduli sama yang kayak gituan. Jadi gue tanya ke elo. Serius ih, yang mana nih yang bener?" tanya Hoshi lagi.

"Nggak tauuu Sipiittt. Nggak usah diterima dah! Repot bat lu mikirnya, cari yang lain aja!"

Kemudian sambungan telepon diputus oleh Wheein. Dia dengan cepat menonaktifkan telepon pintarnya. Kenapa tidak dari tadi kumatikan saja ya? batin Wheein sedikit menyesal. Waktu tidurnya jadi terbuang sia-sia karena Hamster sipit itu.

"Siapa?" suara serak Hyejin yang terbangun bertanya kepada Wheein yang baru berjalan masuk dari balkon kamar mereka.

"Hamster gila yang merasa dirinya seekor Harimau. Udah ah, yok tidur lagi."

Wheein menarik selimut mereka sampai ke bahu, lalu menghadap Hyejin dan memeluk sahabatnya. Hyejin membawa Wheein mendekat, lalu balas memeluk. Merekapun kembali tidur dengan tenang.

ღღღ

"Hyejin-ah. Nanti siang akan ada instruksi misi dari Jeonghan. Kalian bisa bertugaskan?" tanya Nyonya Ahn, ibu Hyejin saat mereka berempat sedang menikmati sarapan.

"Tapi Hyejin masih ada rekaman Tante," jawab Wheein. Sebab mulut yang ditanya masih penuh dengan ayam bakar. Sementara Wheein telah lebih dahulu menyelesaikan makan paginya.

"Benarkah? Kapan selesainya? Sepertinya ini lebih lama daripada yang terakhir kali," kata Tuan Ahn. Ia menyeruput kopi sambil dengan santai membalikkan lembaran koran di tangannya. Hyejin menyelesaikan kunyahan terakhir lalu berkata, "hari ini terakhir kok appa. Kalau instruksinya diberi sore, kami bisa pergi malam hari."

The Fortune Tellers [WheeSa] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang