⚜𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕾𝖕𝖊𝖘𝖎𝖆𝖑: 'ℳ𝒾𝓈𝒾'⚜

105 25 5
                                    

Mari kembali ke masa awal saat Hyejin dan Wheein baru saja berhasil mendapat gelar sebagai Saviour Master Tingkat Lima. Malam itu pelantikan mereka, Hyejin dan Wheein diberi sepasang gelang kaki emas berbandul lonceng kecil, tanda khusus seorang Saviour dasar atau Master Tingkat Lima. Kedua gadis itu pulang dengan tertawa kecil mengingat akhirnya bisa menempati posisi penting sebagai salah satu Saviour.

"Hyejinie, kalau naik satu tingkat, dapat apa?"

"Gelang tangan emas dengan tanda sayap malaikat."

"Heol, itu keren! Kalau naik satu tingkat lagi, dapat apa?"

"Kalung emas dengan tanda sepasang sayap malaikat."
"Setelahnya?" Hyejin menghentikan langkah, menatap jengah pada gadis manis di sebelahnya. "Kamu baca buku panduan Saviour nggak sih?"

"Ehehehe," suara tawa Wheein adalah jawaban bahwa ia tidak membaca buku itu. Hyejin menghela napas, susah juga bila berhadapan dengan Wheein yang seperti ini.

"Saviour Master Tingkat Dua pakai anting emas dengan bentuk satu sayap malaikat. Yang Master Tingkat Satu pakai cincin emas dengan nama malaikat di bagian dalam cincinnya. Kamu bakal dapat nama malaikat tergantung dengan auramu nanti saat naik ke tingkat satu. Sudah?"

"Sudah! Terimakasih sahabat aku yang baik hati dan tidak sombong."

"Hm."

Sifat datar milik Hyejin itu memang sudah tumbuh sejak dini. Bahkan Wheein kadang salah paham bila gadis itu mulai mengeluarkan tatapan tanpa minat. Wheein kira Hyejin marah, tapi saat ditanya, Hyejin bilang itu memang ekspresi aslinya. Jadi sekarang Wheein sudah biasa dengan kedataran itu.

"Selamat datang anak-anak, bagaimana pelantikan kalian? Maaf tidak bisa datang, aku ada urusan di kantor." Appa Wheein menyambut kedua gadis berumur 13 tahun yang baru saja melangkah masuk ke kediaman keluarga Jung.

"Tidak apa appa, pelantikan kami berjalan lancar kok," ujar Wheein tersenyum. Hyejin ikut mengiyakan dengan anggukan halus. Tuan Jung tersenyum, mengelus pucuk kepala putrinya, lalu menepuk pundak Hyejin.

"Masuk dan bersihkan badan dulu, kalian berdua. Hyejin, kau bawa baju ganti kan?"

"Bawa Om. Eomma dan Appa datang kapan?"

"Ah, sepertinya mereka akan sedikit terlambat dari biasanya. Namun kau tetap pulang kok, karena kalian ada urusan besok. Padahal Om sudah bilang tidak masalah untuk kau menginap dulu."

"Jiniiee!! Ppalii! Tuan Bebek sudah menunggu!" teriak Wheein yang ternyata sudah masuk ke dalam kamar mandi. Tuan Jung menggeleng sambil berkacak pinggang, "anak itu kapan sadar sih, kalau tingkahnya masih seperti anak kecil padahal kalian sudah SMP. Hyejinie, tidak bisakah ajak sahabatmu itu bertingkah sepertimu yang tenang dan kalem?"

"Hyejin tidak masalah kok Om, semua pasti ada waktunya. Biarkan dia menjadi dirinya. Kalau begitu, Hyejin ikut menemani Wheein ya om," ujar Hyejin lalu melangkah masuk.

"Wow, baru kali ini bertemu anak kecil yang bisa bersikap lebih dewasa dalam menghadapi Wheein. Aku saja kalah," monolog Tuan Jung. Kemudian pria paruh baya yang sudah menjadi single-parent itu ikut masuk dan menuju ke ruang makan. Mempersiapkan malam malam mereka bertiga.

"Apakah kau tenang disana? Jangan khawatir pada Wheein. Meski kau tidak senang bila ia mengikuti jejakmu sebagai peramal, lihatlah dia punya bakat Sohee-ya. Percaya pada Wheein, putri kita lebih kuat dari kelihatannnya."

Masuk ke dapur memang selalu bisa membuat pria tua itu mengenang sang istri tercinta. Sebab Nyonya Jung selalu senang memasak. Tuan Jung tersenyum penuh rasa nostalgia, sembari memotong sayuran.

The Fortune Tellers [WheeSa] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang