Keadaan berjalan dengan baik selama hampir setahun sejak misi terakhir Wheein dan Hyejin yang melibatkan Hoshi dan Woozi. Misi yang membuat Wheein dan Hyejin terluka. Semua sudah kembali pada kegiatan masing-masing, meski Hyejin dan Wheein masih vakum dari dunia peramalan.
Persahabatan antara Hyejin, Wheein, Hoshi dan Woozi pun berkembang. Tak jarang mereka saling berbagi pikiran, jalan bersama, belajar pun kadang dilakukan bersama. Mengingat memang masa-masa ini adalah akhir dari perjuangan mereka di tingkat SMA. Jelas mereka tidak akan membuang-buang waktu dengan tidak belajar.
"Hwa-sa! Wassap," Hoshi mengudarakan telapak kanannya, meminta tos dari Hyejin. Tanpa minat dan semangat, Hyejin membalas tos dari Hoshi. Jam masih menunjuk pukul 7:15 pagi, udara sangat dingin, membuat siapa saja malas. Termasuk Hyejin.
Ia menyesal mengikuti keinginan Wheein untuk berangkat lebih pagi. Sebab bagi Hyejin, ini bukan pagi, tapi kepagian. Kelas kan dimulai pukul delapan, bagi murid tingkat 3!
"Hoammmm," Hyejin menguap lebar. Hoshi tertawa.
"Eh, eh! Hwasa. Ntar sore hujan nggak?" tanya lelaki bermata minimalis itu. Hyejin mengalihkan pandang dengan sebelah alis terangkat ke arah Hoshi. Buat apa pertanyaan random itu?
"Jam berapa?" Namun Hyejin yang masih mengantuk tidak mau ambil pusing. Toh dia memang mendadak dijadikan tukang ramal cuaca oleh teman sekelas mereka belakangan ini karena pernah dengan tepat menebak keadaan cuaca saat mereka mau berangkat fun-friday keluar sekolah bersama wali kelas beberapa minggu lalu.
Yeah, Hyejin ingin memukul kepala siapapun yang waktu itu bertanya dan ingin menampar dirinya sendiri karena begitu tanpa beban menjawab saja.
Menyebabkannya dijuluki Hye-Ca (Hyejin Ahli Cuaca). Teman sekelasnya memang rada korslet semua. Hyejin mengerutkan hidung, kesal mengingat dirinya yang berpangkat Saviour Tingkat Tiga mendadak jadi pawang hujan anak sekelas.
"Jammm, eumm, tigaan gitu deh. Pas abis pulang sekolah."
"Hm," Hyejin menutup matanya sebentar. Ia perlu waktu untuk menebak lewat siklus dan kelembapan udara sekitar. "Hujan sih, tapi nggak deras-deras amat."
"Yahh, padahal google bilang hari ini hari yang cerah. Bohong ih si Mbah! Nggak upgrade dia!" Hoshi menunjukkan layar ponsel yang menampilkan aplikasi ramalan cuaca. Hyejin ingin sekali menepuk kepala Hoshi. Kalau sudah punya aplikasi, mengapa harus merepotkannya.
"Lo yang salah baca, Shi. Ini kamis, bukan jumat. Kelopak mata lo perlu digunting deh kayaknya biar lo nggak salah baca." Hyejin memukul pelan pipi Hoshi. Yang dipukul balas memukul sambil merajuk karena dikatai.
"Huaaaa, Mamah. Hyejin nakall!"
Malu? Ah, anak sekelas sudah biasa melihat yang seperti Hoshi berkeliaran di kelas. Ada Seungkwan yang lebih parah dari itu. Mereka biasa saja. Tingkah seperti itu menghibur kok bagi otak-otak lelah mereka.
"Yak! Kwon! Duduk sekarang! Pak Gerald otw noh." Woozi datang, langsung memarahi sahabat absurdnya. Tumpukan buku yang ia bawa dari perpustakaan, ia letakkan di atas meja ketua kelas dan berjalan ke arah Hoshi hanya untuk menjewer si lelaki kelebihan energi.
"Aw-aw! Iya-iya Ndoro! Iya Nyak, ampunn. Sakit Bebb!"
Woozi sudah bodo amat. Dia menarik telinga Hoshi tanpa ampun dan mendudukkan sahabatnya itu di kursi meja mereka. Wheein masuk ke kelas beberapa detik kemudian, langsung tertawa melihat tingkah dua hamster itu. Hyejin berdiri mendekati Wheein, membantu membawakan sebagian buku dari tumpukan di kedua tangan Wheein.
"Oho! Kamshamrigatou-gozaimasu Nona Ahn!" ujar Wheein sambil terkekeh. Hyejin menghela napas pasrah, dan menggeleng lelah. Semakin lama, kelas ini semakin penuh dengan orang-orang seperti Hoshi. Terlalu banyak tingkah absurd yang kelas ini lakukan. Hyejin jadi pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fortune Tellers [WheeSa] √
ParanormalWheein kecil berlarian di taman yang baru saja akan memekarkan bunga berwarna warni, musim semi. Kaki kecilnya mendadak berhenti dan melihat sekuntum kelopak bunga dengan warna unik, jarang dilihat. Kemudian mendadak, ada seorang gadis kecil lain be...