🌸𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕾𝖊𝖒𝖇𝖎𝖑𝖆𝖓: ℱ𝓁ℴ'𝓈 𝒯𝓇𝒾𝒸𝓀🌸

104 25 7
                                    

"Wheein-ah!" seru Hyejin begitu sahabatnya masuk dalam keadaan tergesa-gesa ke ruang rawat Randera. Gadis berlesung pipi itu memegang sebuah bunga yang Hyejin tahu merupakan bunga kesukaan Randera. Wheein mengambil napas dalam-dalam sebelum ia bergerak masuk.

"Lo kenapa lari-larian?" tanya Hyejin.

"Tadi aku ngalamin hal aneh. Tapi udah lewat kok. Sekarang, kita mending ngebikin tubuh ini ngingat kenangan bahagianya. Ini aku udah bawain bunga."

Wheein menyerahkan bunga tersebut kepada Hyejin. Tangan Hyejin terulur mengambil buket bunga tersebut. Ia memejamkan mata sambil merapal mantra, lalu mengarahkan bunga penuh aroma manis tersebut ke tubuh Randera.

Beberapa saat menunggu, muncul sebuah sinar berwarna putih dari dalam tubuh Randera. Cahaya itu bersinar dari redup menjadi terang. Itu mengarah ke bunga di tangan Hyejin. Lalu dari bunga tersebut, muncul bayang-bayang yang samar.

"Jejaknya mulai keliatan!" seru Wheein penuh rasa senang. Bayangan dari jiwa Randera bergerak dari mulai tempat tidur menuju ke pintu keluar, lalu muncul di depan sebuah hutan lebat di pinggir kota. Namun begitu Hyejin melihat hutan dalam pikirannya, bayangan anak kecil tersebut hilang. Cahaya dari bunga tersebut retak dan pecah, lalu tersebar di udara.

"Apa yang terjadi?!!" pekik Hyejin panik. Wheein sama paniknya. Padahal tinggal sedikit lagi mereka bisa menemukan petunjuk kemana jiwa anak tersebut pergi. Bunga dalam genggaman Hyejin berubah menjadi hitam dan layu perlahan. Hyejin menatap cengo ke arah bunga tersebut. Berulangkali ia mencoba lagi menyambungkan sisa keinginan dari tubuh Randera, namun sia-sia. Tidak ada yang bisa Hyejin lihat.

"Hyejin-ah. Aku sepertinya tahu cara lain untuk menemukan jejak anak ini," ujar Wheein kepada Hyejin. Perempuan dengan tahi lalat di pipi itu mengangkat kepalanya, menatap langsung ke manik Wheein. Menunggu orang di hadapannya berbicara lebih lanjut. Ada perasaan janggal di hati Hyejin, tapi dia bingung apa yang salah dengan sahabatnya itu.

Wheein berkata, "kita harus membunuh anak ini. Saat itu, jiwa anak tersebut akan mencari tubuhnya dan memberi kita jejak. Bagaimana?"

"Lo gila?!" sentak Hyejin kaget. Dia sudah tidak bisa mengontrol emosi sebab sedari awal ada perasaan mengganggu yang menghampirinya. Mendengar Wheein mengatakan ide bodoh seperti itu membuat Hyejin makin kesal. Dimana otak gadis itu?

"Ayolah. Toh ini hanya satu jiwa. Ini juga demi menyelamatkan jiwa-jiwa lainnya. Kau tidak mau naik jabatan?" tanya Wheein dengan nada merayu. Hyejin segera menyadari kejanggalan tersebut, Wheein memakai aku-kamu. Ia mundur selangkah menjauh dari Wheein.

"Lo! Siapa lo! Mana Wheein!!" sentak Hyejin kasar. Awalnya Wheein masih tetap berpura-pura seolah tidak paham apa yang Hyejin ucapkan. Namun setelah Hyejin bersikeras, orang tersebut terkekeh.

"Ternyata kau tidak mudah dibodohi ya," ujarnya pelan penuh nada yang menyimpan sifat mengerikan. Wajah yang tadi menampilkan sosok Wheein, berubah menjadi sosok pria dewasa yang tingginya jauh melebihi Hyejin. Ada anting emas di telinganya, dan itu membuat Hyejin shock berat.

"Kau seorang Saviour!"

"Ding-dong! Tebakan yang hampir benar." Pria tinggi itu berjalan melewati ranjang Randera, mendekati Hyejin yang tadi berdiri di sisi lain ranjang. Hyejin mundur teratur. Senior ini tampak familiar, tapi Hyejin belum dapat mengingat.

Ia juga tidak dapat membaca masa lalu ataupun mencari informasi dari senior di depannya. Kekuatan senior ini setara dengan pelatihnya. Sehingga dia tentu saja bisa menyembunyikan jati diri dari Saviour yang lebih rendah tingkatannya, seperti Hyejin.

"Kenapa? Aku tidak makan orang kok. Jangan takut begitu. Mari kita berbicara dengan santai. Bagaimana dengan teh dan kue kering?" tawar si Saviour..

The Fortune Tellers [WheeSa] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang