⚜𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕯𝖚𝖆 𝕻𝖚𝖑𝖚𝖍 𝕰𝖒𝖕𝖆𝖙: 'ℒ𝒾𝓉 𝓉𝒽ℯ 𝒲ℴℴ𝒹'⚜

108 26 17
                                    

Updated for Whee_ismymood

'Fire on fire, would normally killed us.'

'With this much desire, together we're winners'

ღღღ

Woozi baru selesai membersihkan diri setelah berkutat lima jam penuh dengan lagu buatannya. Kepalanya pening, tapi ia tidak bisa tidur karena lapar. Namun saat ingin menyentuh makanan, moodnya mendadak hilang. Membuat Woozi bingung dan frustasi, kalian pasti pernah merasakan hal seperti ini.

Lapar, tapi mau makan rasanya tak berminat. Mau tidur, tapi perut keroncongan.

Mungkin ini efek dari terlalu memforsir diri saat tadi mengerjakan lagu. Atau mungkin karena beban pikirannya sedang banyak. Yang jelas Woozi pusing tujuh keliling. Digigitnya jari jempolnya dengan gelisah. Kaki-kaki imut tapi berotot itu ia hentakkan tak karuan, sampai membuat kursi belajar tempat duduknya bergetar.

"Aishh! Kenapa sih kepala gue terus mikirin elo!" bentaknya kesal. Orang dalam kepala Woozi tidak mau menghilang, membuat ia tak karuan. Woozi akui ia khawatir, mengingat orang itu memang punya kecenderungan untuk berbuat nekat.

Namun ia juga tidak bisa menyerah begitu saja pada rencananya. Ia perlu memastikan semua sudah pada tempatnya, baru ia bisa bertindak atau setidaknya memberitahu orang itu apa sesungguhnya yang ia rasa dan apa rencananya.

Baru ingin mendial kontak, orang yang membuat Woozi cemas sudah lebih dulu mengirimkan pesan.

'Dear, Uji. Thanks ya udah mau jadi temanku. Udah mau ngisi hari-hari aku sebagai sahabat. Ehe, meski aku sih ngarepnya lebih. Maaf ya, aku tahu kau itu nggak enakan makanya nahan-nahan diri ngikutin semua maunya aku. Selamat berbahagia, sahabat. Jangan cari aku ya, bye. :')'

Shock? Tidak. Woozi pernah mendapat pesan lebih alay dan dramatis daripada itu. Namun ada persaan janggal dalam hatinya. Jangan cari aku. Apa-apaan itu?! Woozi kan jadi panik.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat-"

"Goblok!" umpatnya. Segera Woozi melacak lokasi terakhir Hoshi. Saat ditemukan, ia kehilangan kata-kata. Tanpa pikir panjang, ia mengeluarkan motor dan melaju membelah jalanan menuju si gila yang membuatnya cemas.

"Lo mati di tangan gue, Njing."

Berulangkali Woozi mengumpati kelakuan Hoshi. Iya, ia sudah sampai di lokasi kejadian bunuh diri sahabatnya itu. Untung Woozi tahan dengan adegan melankolis, jika tidak, ia pasti sudah menangis bombay. Lagipula tim penyelamat berhasil menarik keluar sahabat gilanya itu pada waktu yang tepat sebelum hanyut lebih jauh.

"Gimana Pak?" tanya Woozi menjaga suara agar kalem.

"Tubuh korban perlu di bersihkan dari air yang masuk. Kita harus segera ke rumah sakit."

Begitulah Woozi mengikuti para tim medis dan ambulance yang mengantar sosok Hoshi. Woozi mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, takut-takut ia kelewat batas karena panik. Setelah sampai, tubuh Hoshi langsung di masukkan ke ICU. Woozi pun disuruh menunggu di luar ruangan.

Tanpa suara, tanpa reaksi berlebihan, Woozi duduk di bangku tunggu. Menurut orang, dia sangat tenang. Namun bila sudah mengenal sosok Woozi pasti sadar. Saat Woozi sudah menggigiti jari jempol dan menggerakkan kaki-kakinya naik turun, itu tanda bahwa ia cemas level dewa. Dia frustrasi dan khawatir maksimal.

"Awas kalo lo berani nggak bangun, gue mutilasi badan lo," ucap Woozi pelan.

ღღღ

Yuna dan Hikari melangkah terburu-buru menuju rumah sakit tempat janjian mereka. Tadi siang, sehabis jadwal kuliah, Hyejin memberitahunya kalau Wheein menghilang setelah mengalami lonjakan kekuatan Siren dalam tubuhnya dan ada seorang sahabat mereka yang masuk rumah sakit.

The Fortune Tellers [WheeSa] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang