🌼𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕯𝖚𝖆 𝕻𝖚𝖑𝖚𝖍 𝕾𝖆𝖙𝖚: 'ℛℯ𝒶𝓈ℴ𝓃 𝒲𝒽𝓎'🌼

85 24 0
                                    

Ini sudah jam 12 malam, Hyejin masih terjaga menunggui sahabatnya yang tidur di ranjang ruang rawat rahasia ini. Hoshi dan Woozi sudah pulang sejak tiga jam lalu, sebab besok ada kelas. Hyejin sendiri memutuskan untuk tidak ikut pelajaran dengan alasan menjaga Wheein.

"Jinnie~" betapa terkejutnya Hyejin mendengar panggilan itu. Telapaknya yang mengelus kepala Wheein terhenti, ia menatap balik kepada sahabatnya. Bola mata itu indah, Hyejin tahu dirinya menyukai itu.

"Apa? Keganggu tidurnya?" tanya Hyejin. Wheein menggeleng pelan, merenggangkan sedikit otot leher yang kaku, lalu bangkit dan duduk. Gadis manis itu tersenyum, menampakkan keindahan dari ceruk kecil di pipinya. Ia mengambil tangan Hyejin, lalu menggengam tangan sahabatnya itu erat.

"Kenapa lo lakuin itu?" tanya Wheein. Hyejin bingung, ia berkata, "lakuin apa? ngusak kepala lo?"

"Bukan. Kenapa lo ngunci memori gue? Gue kira lo selama ini ngelarang emosi gue meledak karna kata dokter gue punya penyakit turunan yang bisa bikin mati kalo tekanan darah gue mendadak tinggi." Hyejin tercengang, ia pikir Wheein melupakan hal ini setelah bangun dari koma. Soalnya gadis itu tampak tidak membahasnya sedari tadi.

"Gue," mulainya. Namun segera berhenti, ia bingung bagaimana menjelaskan ini. "Janji abis ini lo nggak marah, nggak kesal, dan masih tetep teman gue."

Wheein diam beberapa saat, membuat Hyejin berpikir bahwa Wheein marah. Namun detik setelahnya, tawa renyah keluar dari mulut Wheein. "Lo ketularan dramatisasi Hoshi apa gimana sih?" Wheein berdecak sambil terkekeh.

"Hyejin-ah. Kita udah sama-sama dari umur lima tahun. Meski gue nggak bisa ingat banyak kejadian, gue udah kenal lo dari lama. Gue selalu percaya apapun yang lo lakuin buat gue, itu bentuk kepedulian elo. Bentuk perhatian elo, dan gue percaya sama tiap keputusan elo."

"Gue nggak bakal marah, Ahn Hyejinku tersayang. Lo sahabat gue, keluarga gue, dan keluarga tidak akan saling menyakiti. Ya kan?" Oh, kalimat itu lagi. Hyejin sudah mendengarnya dari Woozi. Mungkin inilah alasan mengapa Wheein sangat mudah diperdaya oleh makhluk-makhluk itu. Dia cepat menaruh rasa percaya kepada yang lain.

"Bahkan untuk Mami aja, gue masih tetap yakin ada alasan dibalik itu. Jadi Hyejin, yang perlu lo lakuin sekarang adalah ngejelasin ke gue. Supaya gue paham, dan nggak ada kesalahpahaman diantara kita. Gimana?" tawar Wheein kepada gadis berambut hitam panjang yang selalu Wheein sayangi. Sahabatnya.

"Oke, gue jelasin."

Kemudian Hyejin menceritakan alasan ia mengunci dan mengubah beberapa memori Wheein. Meski ditengah cerita tampaknya Wheein sedih begitu mengingat beberapa memori tentang ibunya. Namun ia sendiri yang meminta sebuah penjelasan. Maka Hyejin sebagai sahabat yang baik akan memberitahu segalanya.

"Besok kalo gue udah sembuh total, kita ketemu Mami. Kita bicara baik-baik, oke?" ucap Wheein setelah mereka selesai dengan sesi bercerita. Hyejin dengan berat hati mengangguk.

Perbedaan pola pikir dan sifat, memang sulit. Bagi Wheein, dunia diisi orang-orang baik. Bagi Hyejin, dunia itu penuh tipu daya dan intrik.

"Baiklah."

Namun, yang namanya sudah lama berada di sisi satu sama lain, mereka pasti tetap menemukan jalan dan solusi paling baik bagi setiap kendala. Bersama-sama, mereka saling melengkapi. Itu saja untuk saat ini. Sebab Wheein tampak mengantuk lagi, dan Hyejin diminta naik ke atas tempat tidur kecil itu.

Hyejin menurut, dan langsung mengambil posisi memeluk Wheein. Sama seperti setiap malam mereka tertidur. Hyejin akan merengkuh Wheein, dan Wheein akan mengucapkan selamat malam lebih dulu. Baru Hyejin membalas pelan dengan wajah datarnya.

The Fortune Tellers [WheeSa] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang