🍀𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕯𝖊𝖑𝖆𝖕𝖆𝖓 𝕭𝖊𝖑𝖆𝖘: '𝒮ℴ𝓊𝓃𝒹 ℴ𝒻 𝒲𝒽𝒾-𝓇ℯ𝓃'🍀

105 23 0
                                    

Sementara kedua anak remaja bersedih di daerah jauh di dalam gua, seorang Saviour pengkhianat berdiri menghadap lukisan pola jimat kuno di tempat yang dekat dengan pintu masuk gua. Senyumnya tidak dapat ia tahan saat memperhatikan gerbang dunia bawah yang sudah ia tunggu bertahun-tahun akhirnya terbuka lebar. Tinggal sedikit lagi menuju keberhasilan rencananya mengambil jiwa Joshua.

DK telah siap dengan setangkai bunga bermantra yang masih kosong. Bunga itu nantinya akan diisi oleh jiwa Joshua, sebelum dipindahkan ke tubuh aslinya yang DK simpan dalam kamarnya. DK berjalan mendekat ke gerbang itu, lalu berdiam disana menunggu Abaddon atau mungkin pelayannya untuk memenuhi perjanjian mereka.

Beberapa detik kemudian, terdengar gemuruh, angin berdesir dan raungan samar dari dalam gerbang. Bumi bergetar sedikit akibat ada sesosok monster penjaga gerbang yang baru dibangunkan. Monster itu berdiri tegak, ukuran tubuhnya sangat besar dan menakutkan. Ia bergerak menuju arah gerbang yang terbuka. Menginjak banyak jiwa di bawah kakinya.

Monster itu memanggul sebuah tempat duduk khusus raja di pundak. Sementara, di dalam tempat duduk itu sudah ada Raja dunia bawah. Dia dengan santai menyilangkan kaki. Di sebelahnya, ada satu jiwa duduk dengan mata ditutup kain merah. Tanda bahwa kesadaran dan akalnya sedang dikunci oleh Abaddon.

Getaran bumi semakin kencang terasa di sekitar DK, monster itu hampir sampai. DK memperhatikan lagi sosok Sang Raja Malapetaka. Ia tampak berbeda dari sejak pertama mereka bertemu. Tampak lebih tua dan lemah, tapi ketampanan dan intimidasinya tak berkurang sedikitpun.

Pandangannya bergeser ke kiri, ia memandang kekasih hatinya. DK hampir berlari masuk dan memeluk Joshua jika saja ia tidak ingat bahwa tempat itu adalah neraka.

"Yang Mulia, kita telah berada di depan gerbang."

Monster tersebut menurunkan rajanya. Lalu menyingkir dari sana. Abaddon bangkit dari tahta, menjentikkan jari agar jiwa Joshua ikut berdiri. DK memberikan hormat, lalu menatap ke manik Abaddon.

"Hai Manusia, Aku sudah tidak sabar melihat hasil kerja keras mu. Sesuai perjanjian, jiwa manusia ini akan aku berikan asal kau beri aku 100 jiwa sebagai gantinya. Sekarang, mana jiwa-jiwa ku?" suara Abaddon dalam dan menyeramkan. Namun DK sudah melihat lebih banyak sosok seperti itu dalam bentuk manusia. Bahkan yang jauh lebih buruk. Jadi ia sudah terbiasa.

"Jiwanya tidak Anda apa-apakan kan?" tanya DK dengan tatapan sangsi. Melihat itu, Abaddon terkekeh pelan.

"Aku hanya mengurung akalnya. Yah, meski kadang jiwanya tampak lezat untuk ku sedot, tapi tidak kulakukan. Kan kita sudah membuat perjanjian."

Kalimat itu seketika mengejutkan DK. Jadi selama ini, Abaddon menjaga keabadiannya dan penampilan dengan mengonsumsi jiwa-jiwa hilang yang sudah masuk ke dunia bawah? Ini mengerikan. DK tidak tahu akan seburuk apa kondisi Joshua bila waktu itu ia tidak membuat perjanjian dengan Abaddon.

Dengan perasaan khawatir dan ingin cepat-cepat menyelesaikan kesepakatan ini, DK mengeluarkan tangkai bunga yang Wheein bawa.

"Di dalam sini semua jiwa yang Anda mau." DK mengarahkan bunga tersebut kepada Abaddon. Iblis itu mengambilnya, lalu tersenyum miring. DK menegakkan tubuh lalu berujar, "kalau begitu, saya minta jiwa Joshua."

"Baiklah, ini." Abaddon menjentikkan jari. Joshua berjalan menuju DK, dan saat sampai, penutup mata berbahan kain itu lepas dengan sendirinya. Mata kucing milik Joshua terbuka dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah kekasihnya.

"Seok-min," ujarnya lirih. DK tersenyum haru. Ia sudah menahan perasaan sakit dan kini ia seperti merasa terbebas setelah melihat kekasihnya berdiri di hadapannya. DK ingin memeluk Joshua, tapi ini masih berbentuk jiwa. Sehingga ia hanya memberi gestur mengelus pucuk kepala saja.

The Fortune Tellers [WheeSa] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang