💐𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝖉𝖚𝖆: '𝒯𝓊𝓀𝒶𝓇𝒶𝓃 𝒯ℯ𝓂𝓅𝒶𝓉''💐

203 30 17
                                    

"Mendung," lirih Wheein pelan begitu ia melemparkan pandangan ke luar jendela kelas yang bening. Teman sebangkunya yang baru, ikut mengalihkan pandangan dari guru sosiologi di depan. Langit tampak menggelap, seperti akan turun hujan deras. Awan berwarna abu-abu pekat terlihat di ujung pandang.

"Nih kalo hujan, enak bat tidur. Apalagi abis ini sejarah. Beh, cepet ngantuk dah gue."

Wheein tertawa pelan mendengar monolog teman sebangkunya itu. Cowok bernama Hoshi, seorang dengan kepribadian santai. Moto hidupnya adalah bersenang-senang. Ia tidak suka mengingat masa lalu, lebih senang menatap kedepan dan bergerak maju. Pikirannya realistis namun dibarengi dengan kreativitas untuk menciptakan inovasi.

"Oh, iya. Betewe, lo tumben nggak sebangku sama Hyejin?" tanya Hoshi. Kelas mereka menerapkan siapa cepat dia dapat dalam pemilihan tempat duduk. Sehingga, siapapun bisa menempati tempat duduk yang ia mau asal datang lebih dulu. Hoshi biasanya duduk bersama Woozi, teman yang jarang sekali mendapatkan teman sebangku karena Woozi jarang bersosialisasi.

Semua orang dalam kelas 11 IPS selalu menghindari Woozi, takut membuat cowok imut itu marah. Sebab ia meyeramkan saat marah. Hanya Hoshilah satu-satunya makhluk hidup yang berani sekali bertingkah macam-macam di hadapan Woozi. Membuat keributan, bahkan memeluk-meluk pria imut yang diduga benci skinship itu. Herannya, meski sudah dibanting berulangkali oleh Woozi, Hoshi tidak pernah kapok.

"Dia lagi ada urusan sama Woozi. Lo tahu kan kalo Woozi udah nyelesaiin lagu barunya. Nah, Hyejin diminta buat nyanyiin lagunya. Yeah, project semacam itu," kata Wheein santai. Matanya melirik ke guru sosiologi yang telah selesai mengajar, guru muda itu berjalan keluar setelah menerima salam dari murid-muridnya.

"Ahhh, macem tuuu!" ucap Hoshi dengan logat. Duduk dengan Hoshi, siapapun bisa merasa senang. Ia seperti moodbooster bagi kelas ini. Wheein benar-benar merasakan energi ceria dari orang di sampingnya.

"Iyeee, macem tuu pitt, Cipittt Sheyenk!" canda Wheein.

"Yaakk!" seru Hoshi sambil mendorong pelan bahu Wheein. Ia merajuk karena dikatai sipit oleh si perempuan dengan lesung pipi yang menjadi teman sebangkunya hari ini. Wheein membalas dengan pukulan main-main ke lengan atas Hoshi.

Lalu mereka saling pukul sampai ketua kelas datang menghentikan aksi kekanakan kedua makhluk kelebihan energi itu karena guru sejarah sudah datang.

"Keknya salah deh gue ngebiarin mereka duduk bareng," ujar Hyejin melihat ke arah Hoshi dan Wheein yang malah kejar-kejaran sekeliling kelas mereka. Woozi di sebelah Hyejin mengangguk. Kemudian keduanya serempak menggeleng lelah melihat sahabat mereka bertingkah konyol.

"Ntar abis sekolah lo ikut ke recording room sama gue, kita latihan lagi sekalian nyoba record beberapa part."

"Oke," Hyejin membuat lingkaran dengan telunjuk dan ibu jarinya. Woozi sudah menunjukkan partitur musik kepada Hyejin untuk ia pelajari. Setelah mencapai kesepakatan mengenai proses perekaman dan penjualan lagu ini, keduanya fokus memperhatikan bapak guru sejarah di depan kelas.

ღღღ

Bila kalian heran mengapa Hyejin bisa mendadak menjadi penyanyi, atau mengapa di usia semuda itu Woozi bisa menciptakan lagu bahkan menjual karya-karyanya secara luas, akan kuberitahu. Itu semua diawali saat akhir masa SMP, untuk Woozi.

Guru musiknya melihat bahwa Woozi memiliki potensial menjadi seorang komposer lagu. Sehingga guru yang merangkap produser musik itu, memberikan dukungan penuh kepada Woozi untuk berkarya. Hingga sekarang, komposer merangkap penulis lagu muda itu, sudah memiliki banyak pembeli untuk lagu-lagu yang ia ciptakan.

Untuk Hyejin, ia biasa diminta bekerjasama dengan beberapa penulis lagu karena suaranya yang unik dan teknik menyanyinya yang berbeda dari kebanyakan penyanyi. Ia juga bisa melakukan rap dengan gaya yang jarang dimiliki rapper di luar sana. Suara gadis itu dipakai, kadang sebagai sampel, atau kadang diminta untuk mentenarkan lagu-lagu ciptaan para penulis itu. Yah, hal-hal semacam itulah. Intinya, meski masih remaja mereka telah memiliki uang jajan sendiri.

The Fortune Tellers [WheeSa] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang